Menemukan diri

71 8 0
                                    

Sampai hari ini, saya mengakui bahwa saya masih belum benar-benar tahu siapa saya, mengapa, dan untuk apa saya ada. Secara garis besar tahu sih, untuk beribadah dan menjadi hamba yang bermanfaat, tapi dengan cara apa? saya masih belum yakin.⁣

Saya banyak membaca ini dan itu, saya banyak berdiskusi, saya banyak bertanya, tapi saya belum tahu ingin berarah kemana. Saya terus merasa kurang dan kurang, belum cukup, dan seperti selalu akan berada di bawah, meski mungkin memang seperti itu seharusnya seseorang berpendapat atas dirinya, kalau merasa cukup berarti dialah sebodoh-bodohnya manusia.⁣

Hanya saja, saya merasa seperti tersesat dan terus-menerus bingung tentang berbagai hal, ya tidak semuanya dibingungin juga, tapi saya merasa sangat kecil, sangat bodoh, sangat tidak apa-apa. Saya gundah ingin memilih apa, hati atau kepala, akal atau cinta, sebab saya melihat contoh nyata, sangat sedikit sekali yang dapat memiliki keduanya, masing-masing menenggelamkan, masing-masing mendewasakan.⁣

Sejak kecil, bibit-bibit mabuk cinta itu sudah tertanam di dalam diri saya, sudah ada, dari sananya, tanpa saya minta, dan kadang tanpa saya dapat kendalikan kedalamannya. Kini, saya sedang membuka mata, sedikit memaksa diri untuk hidup di dunia nyata, yang bukan dunia cinta, dan sulit, sebab ketika sudah mulai tenggelam di sana, di dalam cinta itu, seperti tidak ingin kembali lagi ke dunia, seperti ingin menangis selamanya, tangis yang anehnya terasa manis.⁣

Sedang saya tidak ingin menjadi manusia kaleng-kaleng, yang kosong pengetahuan, kosong pengalaman, juga tidak mau menjadi manusia yang kurang ilmu, kurang budi. Jadi seperti perang, panas berkecamuk dan dingin mencekam, haus pengetahuan dan haus cinta, entah nanti akan terbang kemana, moga dapat mempermudah jalan surga.

30 hari bercerita by Fatima Musawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang