Para sufi

60 5 0
                                    

Sebaris syair akan berubah menjadi pedang saat terucap oleh seorang pecinta dengan jiwa yang melayang tinggi, dan kita yang menafsirkan segalanya sesuai penggaris kita sendiri, selalu tak habis pikir, dan tidak bisa mengerti. Sehingga pada suatu titik kita akan berkata, para penyair itu berlebihan dan sesat, sedang sesungguhnya kitalah yang buta dan tak dapat melihat. Ketika bahkan firman Tuhan pun kita merasa harus terjemahkan dengan kata, harus dimengerti akal rendah kita, besar kepala seakan tahu segala, sombong seperti punya kuasa, padahal hanya hamba, lain tidak. Bagaimana dapat paham, kalau tidak mau mengerti?⁣

Para sufi adalah orang-orang yang telah terlepas belenggunya terhadap dunia, sedang kita adalah kita yang nyaman dengan kehancuran diri perlahan, kita menyukai pembodohan, kita mendukung kekerasan, kita menutup seluruh panca indra dari kehidupan. Mereka, para sufi itu, tidak seperti kita, mereka melihat apa yang tidak kita lihat, mereka merasakan apa yang tidak kita rasakan, mereka mengerti apa yang tidak kita mengerti. ⁣

Dengan ini kitapun melihat, bukan hanya para sufi, pun sesederhana para penulis puisi, tidak bisa kita berlaku egois dan mengartikan apa yang berasal dari mereka dengan sesuka hati. Seorang penyair pernah menjelaskan, bahwa merekapun setelah menulis syairnya, tidak lagi ingat apa makna dari syair itu secara pasti, sebab begitu banyak hal yang tersembunyi. Mereka adalah orang-orang yang tindakannya tidak bisa dihakimi, sebab tiada seorang tahu sudah sejauh mana jiwa mereka pergi⁣

“kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.” -Rumi

30 hari bercerita by Fatima Musawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang