Alena turun dari mobil jazz putihnya lalu dirinya berjalan santai dilorong gedung sebelah utara. Sebenarnya hari ini dirinya masih harus beristirahat total tapi dirinya kekeh untuk masuk sekolah dengan alasan tidak ingin ketinggalan mata pelajaran. Padahal dirinya termasuk siswi yang pandai, bahkan terkadang dirinya mempelajari bab bab yang belum dijelaskan oleh guru. Dering telfon memperlambat jalannya dan tangannya mengambil benda pipih di saku roknya. Tertera tulisan mama dilayarnya yang menyala.
"halo?" sapa Alena sembari melanjutkan jalannya.
"iya sayang." jawab Dewi disebrang sana.
"kenapa ma tumben telfon pagi pagi?" tanya Alena.
"ngga papa, minggu depan mama sama papa pulang kamu baik baik ya dirumah." ucap Dewi.
"iya maa." jawab Alena.
"yaudah kalau gitu jaga diri oke sayang dah."
"dah maa." ucap Alena lalu langsung menaruh ponselnya disaku roknya.
Dirinya berjalan santai menuju tangga yang akan membawanya kearea kelas sebelas. Dirinya sudah lebih baik dari semalam bahkan saat dirinya terbangun dirinya sudah ada didalam kamar, mungkin sepupunya yang telah memindahkannya.
"hai!"
Alena memutar badannya kebelakang saat ada seseorang yang menyapanya.
"Bara?!" ucapnya terkejut.
"kamu mau a-apa?" tanyanya gugup dengan berjalan mundur.
"kenapa Anna kamu ngga seneng kalo aku ada disini." ucap Bara dengan senyum manisnya tapi bagi Alena senyuman itu begitu menakutkan.
"kenapa kamu bisa ada disini." ucap Alena dengan terus berjalan mundur walau kakinya bergetar karena rasa takutnya yang menguasai dirinya.
"Anna aku kangen." ucap Bara sendu dengan terus berjalan maju kearah Alena, koridor memang masih sepi karena hari yang masih pagi dan Alena sudah terbiasa untuk berangkat pagi. Tapi sepertinya ini hal yang salah, kelasnya yang jauh dari kantor guru dan satpam membuatnya bingung harus melakukan apa.
"Bara plis gue takut." ucap Alena yang selalu melihat kesegala arah saat Bara berusaha menatapnya.
"Anna aku kangen." ucap Bara cepat lalu langsung memeluk Alena hingga badannya menegang seketika.
"lepas Bar." teriak Alena berusaha untuk terlepas dari pelukan Bara. Bara tetap saja memeluk Alena dengan erat tidak peduli jika tangan Alena memukul dada dan lengannya, dirinya hanya ingin menguraikan rasa rindunya yang tidak pernah terobati karena Alena yang selalu menolaknya.
"lepas!" teriak Alena lalu menendang alat vitalnya hingga Bara terjatuh. Alena berlari kencang menuju tangga dan turun dengan cepat, dirinya benar benar takut jika harus bersama Bara yang sangat menakutkan hingga dirinya lengah dan terjatuh tepat diujung tangga.
"aww." ringisnya saat lututnya terluka.
"Alena."
"kak L-Leo?" panggil Alena yang terkejut dengan menahan rasa sakitnya.
Alena kembali terkejut karena tiba tiba Leo mengangkat tubuhnya.
"kak Leo ngapain?!" teriak Alena dengan menggerakkan tubuhnya agar kakak kelasnya ini mau menurunkannya, tapi percuma saja bukannya menurunkannya malah semakin mengeratkannya.
Alena hanya diam dan pasrah hingga dirinya diturunkan diranjang uks yang tempatnya dekat dengan lapangan outdoor. Dirinya hanya diam saat tiba tiba Leo menyentuh lututnya dan membersihkan lukanya dengan alkohol walaupun dirinya harus menahan rasa sakitnya tapi dirinya tidak merubah tatapannya kearah Leo yang begitu serius mengobati lukanya hingga dirinya dapat melihat betapa pedulinya Leo saat berusaha menempelkan plester diluturnya agar tidak terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leopaty
Teen FictionBACA DULU BARU KOMEN ! Leopaty - 19 maret 2k20 Kenangan - 22 maret 2k20