N Mulai beraksi

646 51 132
                                    

N POV
Malam Senin, iya aku sedang jalan-jalan menikmati angin malam bersama adik kecilku. Sebut saja mereka J Twins, ya mereka anak kembar dan aku anak tertua. Kami sering jalan-jalan di malam hari untuk sekedar bersantai atau pun melakukan aksi. Salah satu adikku sebut saja J1 sedang melihat seorang pemuda, sepertinya dia mengenalnya terlebih lagi tatapannya mengisyaratkan kebencian yang luar biasa.

"Nii-chan, orang itu tadi mendorongku ke selokan saat pulang sekolah," J1 menunjuk si pemuda yang asyik merokok.

"Jadi dia orangnya, baiklah kalian berdua tunggu disini," aku pun segera menuju pemuda itu.

"Selamat malam Tuan," ucapku.

"Siapa kau??" Tanya si pemuda.

"Seorang malaikat maut," aku pun segera menutup mulutnya dengan kain yang sudah ada obat biusnya sehingga pemuda tersebut pingsan (jangan kira aku tidak membawa peralatanku karena aku selalu membawanya).

"Nii-chan kita bawa kemana dia?" Tanya J2.

"Ke kuburan saja," aku menggendong si pemuda menuju kuburan di ikuti oleh adikku.

Saat pemuda tersebut sadar, aku dan adikku mendekatinya.

"Si-siapa kalian!? Apa yang kalian lakukan??" Pemuda itu berusaha lepas dari ikatannya tapi nihil.

"Katakan saja kau telah mendorong adikku ke selokan saat pulang sekolah dan membuatnya terluka," jawabku dengan tenang.

"Ma-maafkan aku telah membuat adikmu terluka tapi aku tak sen-" tanpa diduga adik terkecilku memukul perutnya dengan tongkat bisbol.

"Kau telah membuat kakakku celaka!" J2 terus saja memukul si pemuda dengan tongkat bisbolnya hingga timbul beberapa memar pada tubuhnya.

"Dik sudah dulu nanti kurang seru bunuh dia," aku mengelus kepala adikku.

"Nii-chan aku ada bawa tali tambang nih bagaimana kalau kita gantung dia?" Sahut J1.

"Oke," aku menggantung pemuda tersebut di atap tapi sebelumnya kulepas ikatannya.

Pemuda itu tidak bisa bicara, karena lehernya kuikat.

"Ayo kita bermain," aku gergaji kaki kanannya. Ya aku memutilasi dia hidup-hidup.

"Hei kak boleh tidak organnya kuambil dan dijual ke Deep Web?" Tanya J1.

"Boleh kok," jawabku.

"Aku punya ide, gimana kalau badannya kita bawa sementara kepalanya kita gantung dalam posisi terbalik? Maksudku kita hanya meninggalkan kepalanya saja disini," usul J2.

"Ide bagus, tapi Nii-chan punya rencana lain yaitu mengirimkan kepalanya ke markas besar," aku tersenyum.

"Woah!!!" J Twins bersemangat sekali dengarnya.

"Kapan-kapan kita lakukan idemu J2,"

Pemuda tersebut kesakitan, air mata dan suara rintihan menjadi hiburan tersendiri. Dia tidak akan bisa teriak karena ikatan di lehernya.

"Eehhhmm kenapa kita tidak menyalakan lilin dan membakar kepalanya?" Kali ini J1 memberi usul.

"Lakukanlah adikku,"

J1 menyalakan lilinnya kemudian membakar kepala pemuda itu yang semakin merasakan kesakitan.

"Padahal aku ingin dia teriak," keluh J2.

"Hei sudahlah ikuti saja," timpal J1.

"Ibaratnya kita menyaksikan dia sakaratul maut," ucapku yang masih gergaji tubuhnya.

J2 memutuskan untuk memotong perutnya perlahan dengan cutter tumpul, membiarkan pemuda itu kesakitan (bayangkan kalian di gantung dipohon terus serangkaian siksaan dilakukan bersamaan).

J1 masih membakar kepala pemuda itu mulai dari rambut, pipi, telinga bahkan dia memasukkan lilin itu ke mulut korbannya (alias dipaksa).

Pemuda itu akhirnya meninggal dunia setelah tidak kuat menahan deritanya. Tangan dan kakinya terpisah, perutnya sudah terbuka memperlihatkan isi perut yang kemudian diambil J Twins, kepalanya sudah terbakar bahkan mulutnya ikut terbakar dengan bekas lilin di dalamnya.

"Oke kita akan ke markas besar," aku pun memotong kepalanya dan mengukir di keningnya dengan inisial namaku dan kedua adikku.

Kami segera ke markas besar dan aku melempar kepala itu ke jendela lantai teratas gedung.

"Sudah ayo kita pulang," aku menggendong dua adikku yang tengah memegang bungkusan berisi tubuh dan isi perut korban.
.
.
.
Normal POV
Di markas besar, semua berjalan seperti biasa. Ada yang latihan, main catur, baca buku, bahkan minum kopi. Tapi ketenangan itu terganggu karena sesuatu yang dilempar dari luar.

"Apa itu?" Tanya Geed yang tiba-tiba bangun.

Benda itu pun berhenti menggelinding dibawah meja Geed dan dia pun memeriksanya.

"AAAAHHHHH!!!!!!!" Geed nampak terkejut.

"Kenapa woy!?" Tanya Blu yang panik.

"Ke-kepala!!!!!" Geed naik ke atas meja saking takutnya.

"Kepala? Coba gua cek," Zero pun memeriksa di bawah meja Geed dan terdiam.

"Kenapa Zer??" Perasaan Ginga mulai tidak enak.

"Elu semua periksa ke bawah," Zero seperti orang yang ketakutan.

Semua pun memeriksa ke bawah dan teriakan pun terdengar di seluruh markas.

"Ada apa ini?" Tanya Zoffy.

"Ada kepala yang dikirim kesini," jawab Victory yang gemetaran.

Zoffy dan yang lain memeriksa ke bawah meja dan terkejut bukan main.

"SIAPA YANG MELEMPAR INI!?" Zoffy sudah emosi duluan.

"Sepertinya ini dari si psikopat N, tapi kenapa ada nama J Twins?" Dengan menggunakan sarung tangan, Taro mengambil kepala itu.

"Apa menurutmu dia mengajak dua orang anak kembar?" Pikir Seven.

"Masa dia mengajak anak kecil??" Orb tidak percaya.

"Tapi kita tak bisa berpikir sempit, dia bisa saja punya sekutu," sanggah Seven.

"Atau dia mengajak saudaranya," tambah Jack.

"Untuk kasus ini kuserahkan pada Ira, Vincent, Reno, Nadia, Kenji dan Naura," ujar pak Ken.

"Tentu saja, akan kulacak dia sampai ke ujung alam semesta," ucap Ira dengan senyum khasnya.

"Kepala ini akan dibawa ke rumah sakit untuk di periksa, Taro kau ikut denganku," kata bu Marie.

"Baiklah," Taro pun meletakkan kepala itu dalam sebuah kotak.

"Anjir serem banget kepala itu," Taiga merinding hebat.

"Ya kasihan orangnya mati dengan cara mengenaskan," ucap Titas.

"Siapa pun dia, kita harus menangkapnya dan diadili!" Zero teriak dengan lantang.

"You benar Zer, kita gak bisa biarin dia bebas berkeliaran dan membunuh lebih banyak lagi," dukung X.

"Kunyatakan kasus ini masuk level luar biasa!" Ujar pak Ken.

PSIKOPAT (Ultraman Version) *COMPLETED*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang