06 | Who is the Father?

4.2K 621 873
                                    

ada yg nunggu? maafin aku ya baru bisa update.

huhu pusing kemarin tuh harus nulis apa, stuck bgt asli.

konsep udah mateng sampai ending, ttp aja otak gabisa rangkai kalimat.

maaf ya, jadi merasa bersalah banget
(╥﹏╥)








"Renjun, kamu harus menang."

Ucapan Lia penuh penekanan yang membuat lelaki di hadapannya mengeryit bingung. "Kenapa? Gak apa-apa kali kalau kita nikah akhiran."

Wajah gadis itu memerah dan tangannya mengepal. "Gak bisa, harus menang!"

Masih tidak paham, Renjun hanya menatap bingung tanpa membuka suara, membiarkan Lia melanjutkan kalimatnya.

"Now, i'm pregnant. It's been almost three weeks, kita harus nikah!"

Renjun diam, tangannya ikut mengepal. "Tapi itu anak siapa? Kita gak pernah ngelakuin—"

"Please Renjun, save me. Nikah sama aku, tolong..."

Lelaki yang bernotabene menjadi kekasihnya hanya menggeleng tak percaya lalu pergi meninggalkan sang gadis.

Oh tentu Lia tidak akan membiarkan satu-satunya pemegang jalan keluar masalah pergi begitu saja.











Di ruang keluarga, Chenle masih terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya sudah di pindahkan ke sofa, dan Chaeryeong juga masih setia memberi kipasan pelan.
"Kenapa harus pingsan segala sih, By?"

Jinyoung tertawa pelan, sedangkan anak ketiganya hanya mendengus sebal. "Terlalu kaget dia Chaer, makanya pingsan. Padahal kan Ayah cuma muji doang."

"Muji sih, tapi nakutin juga." Ujar Yeji yang disusul kekehan pelan dan Jeno.

Tak berselang lama, Chenle akhirnya membuka mata. Rasa pening menjalar saat ia tersadar, belum lagi dikagetkan dengan wajah Jinyoung yang terlihat pertama kali. "Astaga, Om. Ngagetin aja..."

Chaeryeong menghela nafas lega, ia mengusap pelan peluh yang berceceran di pelipis kekasihnya. "Keringetan nih, tegang banget ya?"

Duda beranak empat itu tertawa lagi, lalu duduk di kursi kebesaran ruang keluarga. Menatap Jeno dan Jaemin beegantian, lalu netranya kembali fokus pada Chenle.
"Kamu, anak konglomerat. Hebat, saya salut banget."
"Oke—semua boleh nikah, kalian emang kebanggan saya."

Yeji dan Jeno saling berpandangan, tidak menyangka ada keajaiban yang terjadi. "Akhirnya Sayang, kita nikah juga!"

"Huhuhu mimpi kita gak sia-sia punya triplet!" Balas Jeno.

Sedangkan Chenle dan Chaeryeong masih terdiam sambil mencerna kalimat yang dilontarkan Jinyoung. "Jadi maksudnya saya sama Chaer boleh, Om?"

Si anak ketiga mengangguk cepat. "Jadi, beneran boleh?"

"Iya boleh. Tapi tetap ya, lulus dan cari kerja dulu baru nikah."

𝙊𝙥𝙚𝙧𝙖𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙒𝙚𝙙𝙙𝙞𝙣𝙜 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang