08 | Planning

3.2K 591 569
                                    

oke sebelum mulai mohon dibaca dulu ya!⚠️

mungkin di sini ada banyak yg pusing sama ceritanya, kenapa beda sm asli?

oke aku jawab;

[1] alur tetap sama, hanya tokoh yang beda, dari nama dan watak.

[2] ada beberapa readers yg nyadar kalo ini aku tuker-tuker adegannya.

[3] kenapa aku tuker-tuker? mohon maaf sekali yang gak nyaman sama alur ceritanya, aku sengaja tuker biar gak sama banget kayak aslinya🙏.

[4] terus, aku emang suka ngebadut gais, alias suka bikin jantungan, jadi salah satu jalan ceritanya kurang mirip ya itu.

[5] karena di book sebelumnya udah bikin momment jaemryu sad bgt walau happyend ttp aja, aku mau bikin mereka di sini bucin dan gak terlalu konflik.



gitu jadi alesannya, mohon maaf bgt makanya dari awal aku udh sering nanya ngefeel nggak?

atau pendapat kalian gimana? ya karena takut kaya gini)):

jadi mau dilanjut aja apa gimana? aku udah tanggung bikin konsep sampai finish, kalau dirombak agak susah gais..





kalian ngomongin apa?







Ryujin dan Chaeryeong masih setia menemani Yeji yang tidak kunjung selesai menangis. Mereka dengan sabar memunguti tisu tak bersalah yang dilempar asal.

Tersangka pembuangan tisu malah semakin gencar menyampahi kamarnya. "Jeno... Masa kakak ipar gue dia sih? Ya minimal kalau Kak Lia kandas cari yang lain kek! Yang jangan kayak Jeno, apalagi Jeno!"

Kedua adiknya hanya saling pandang, mereka juga bingung harus menanggapi apa. "Menurut gue, ada baiknya kita jangan terlalu larut, Kak." Ryujin bersuara.

"Iya, tenang kok ini kita—hmmmpp.."

Si bungsu segera membekap mulut bocor sang kakak. Sambil tersenyum, Ryujin menatap penuh arti.

"Aduh gak bisa mikir! Gue boker dulu ya, Kak! Bye!!!"

Yeji hanya menatap jengkel kepergian Chaeryeong, ia kini kembali meratapi nasib yang sudah berantakan. "Apa gue bisa sama Jeno nantinya?"

Kriet...

Pintu kamar terbuka menampilkan Lia yang masih mengambang di depan pintu. "Boleh masuk?"

"Masuk aja sini, Kak!"

Si pemilik kamar hanya menatap sinis lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Sedangkan Lia melangkah ragu menuju ranjang yang diduduki kedua adiknya.

Si sulung masih bimbang ingin bersuara atau tidak, sedangkan si bungsu juga bingung harus mencairkan suasana atau tidak.

"Gue mau minta maaf."

Yeji menoleh, netranya yang sedang tidak bersahabat memancarkan aura julit tersendiri. "Maaf lo udah kayak ngangkat jemuran ya? Ringan!"

𝙊𝙥𝙚𝙧𝙖𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙒𝙚𝙙𝙙𝙞𝙣𝙜 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang