Rabu - Bagian 1

78 19 29
                                    

Keesokan paginya, Zahira dan Maya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Waktu masuk sekolah mereka pukul 8 pagi sehingga mereka harus siap-siap pukul 7. Zahira dan Maya mempersiapkan barang bawaan mereka. Maya tampaknya sudah selesai bersiap-siap dan mengamati Zahira yang memakai jaket kardigannya.

"Zahira," Maya memanggil.

"Ya?"

"Apa kamu berencana untuk pergi bersama Kuroki-san lagi?"

Zahira terdiam sejenak lalu menjawab. "Aku tidak tahu. Mengapa?"

"Aku ingin memberi tahumu sesuatu, tapi aku tidak yakin ini benar untuk dikatakan."

"Apa itu?"

"Kamu bilang, kamu bersimpati kepada Kuroki-san karena teman dekatnya pindah ke Hiroshima. Tapi, apa kamu tidak berpikir bahwa kamu yang bersimpati kepadanya sedari awal melakukan suatu kekeliruan?"

"Kekeliruan apa?"

Maya menjelaskan. "Kamu di Jepang hanya sementara. Karena hanya sementara, kamu pasti akan pergi meninggalkannya. Katakan saja, seperti temannya yang pindah itu. Kamu bersimpati kepadanya lalu kamu meninggalkannya. Jika kamu yang sudah bersimpati kepadanya meninggalkannya, kamu malah akan membuatnya sedih lagi."

"Lalu, apa yang harus kulakukan? Apa... kamu mau aku menjauhi Kuroki-san?"

"Tidak. Tidak seperti itu," kata Maya sambil menggeleng. "Aku tidak tahu juga harus menyarankan apa. Aku hanya mengatakan apa yang kupikirkan. Maaf."

"Ah, tidak masalah. Kamu sudah memberiku pandangan lain." Zahira menggendong tas punggungnya. "Lalu, bagaimana dengan kamu sendiri? Kamu juga jadi anggota sementara klub Astronomi, ya? Mereka juga akan kamu tinggalkan."

"Oh, iya juga," ujar Maya. "Tapi, aku senang bersama dengan para anggota klub Astronomi. Mereka tampaknya senang juga menerimaku. Klub mereka punya kegiatan yang menarik. Gotō-senpai[1] dari kelas 3-A, ketua klub Astronomi, sangat baik. Ia berencana untuk memberiku buku tentang tata surya yang klub Astronomi buat sendiri. Cuma-cuma, katanya."

"Ah, itu pasti buku sisa untuk festival sekolah mereka yang tidak terjual," cetus Zahira. "Lagi pula, kita seangkatan dengan ketua klub Astronomi. Mengapa kamu panggil senpai?"

"Ya, aku hanya berusaha sopan selagi aku ditempatkan di kelas 1. Lagi pula, kalau bukunya bermanfaat, kan, aku punya oleh-oleh untuk diriku sendiri yang gratis."

Zahira tertawa mendengarnya. "Iya, deh, Maya, si otaku Astronomi."

"Dengan begitu," Maya membuka kulkas, "aku mau minta roti susu ini untuk kubawa ke sekolah. Aku juga mau membawa permen bontan ame[2], kohakutō[3], dan kaminari okoshi[4] untuk cemilan di klub Astronomi nanti."

"Nah, tolong bayar setengah dari uang kugunakan untuk membeli stok makanan dan bayar penuh untuk ornamen lampion titipanmu dari Sensōji," Zahira memperingatkan. "Jangan kaubawa semua permennya juga."

"Iya, tentu saja. Pasti kusisakan untukmu dan untuk oleh-oleh kita pulang ke Indonesia," kata Maya berseloroh. Maya melirik jam tangannya. "Sudah mau jam 6. Ayo kita sarapan!"

***

Zahira, Maya, dan enam siswa studi banding lainnya sarapan dengan sereal granola dengan yoghurt yang telah disiapkan oleh Pak Ohara Nobuyuki, juru masak di penginapan. Nobuyuki-san, begitu ia ingin dipanggil, juga sudah menyiapkan kotak bekal siswa-siswa yang ingin membawa bekal makan siang.

"Terima kasih, Nobuyuki-san," ucap Zahira dan Maya menerima kotak bekal mereka.

"Nobuyuki-san, apakah anda memiliki kantung plastik untuk membawa makanan kecil seperti permen?" tanya Maya.

Seminggu di AsakusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang