Rabu - Bagian 3

55 12 2
                                    

"Ada pendapatmu soal ketua kelas dan wakil ketua kelasmu sendiri, Kuroki-san," Zahira bertanya kepada Kuroki saat mereka berjalan ke stasiun.

"Suwabe orang yang baik dan rajin," jawab Kuroki. "Matsumae sedikit galak kalau soal peraturan, tapi terlihat cukup menyenangkan kalau sedang bercanda."

"Apa kamu pernah berbicara dengan mereka?"

"Tidak lama-lama," Kuroki menggeleng. "Aku hanya sering memperhatikan."

Mereka berdua baru akan memasuki stasiun saat langkah Kuroki terhenti. Zahira pun ikut terhenti dan memperhatikan ke mana arah pandangan Kuroki.

"Ada apa?" Zahira bertanya. Dilihatnya dua orang, laki-laki dan perempuan, yang baru saja sampai di puncak tangga dari stasiun bawah tanah.

"Itu...." Belum selesai Kuroki bicara, salah seorang dari mereka yang perempuan menyadari keberadaan Kuroki dan Zahira. Yang laki-laki ikut memperhatikan ke mana perempuan itu melihat.

"Oh, kau... Takashi?" Yang perempuan menyebut nama Kuroki. Kuroki tersenyum masam. "Hai! Apa kabar? Kau baru pulang sekolah?"

"Iya, aku baru pulang sekolah," kata Kuroki datar.

Zahira memperhatikan interaksi canggung Kuroki dan perempuan tersebut. Perempuan tersebut kelihatannya seumuran dengan Kuroki. Perempuan dan laki-laki bersamanya memakai seragam SMA sekolah lain, mungkin sebuah SMA swasta.

"Wah, kamu sedang bersama siapa sekarang?" tanya perempuan tersebut. Yang dimaksud perempuan tersebut adalah Zahira.

"Ini siswa studi banding dari Indonesia di sekolahku," jawab Kuroki. Zahira berusaha tersenyum walaupun singkat dan menganggukkan kepala sekali.

"Oh, sekarang kau sedang bersama seorang siswa banding," ulang perempuan tersebut. "Oh ya, ini pacarku, Momose Junpei."

Laki-laki bergaya rambut quiff[1] yang bersama dengan perempuan tersebut mengangguk sekali. Laki-laki itu tidak tersenyum, hanya berekspresi datar. "Jadi, siapa siswa studi banding ini?"

"Namaku Zahira," Zahira memperkenalkan diri cepat walaupun Kuroki melirik tajam kepadanya.

"Senang bertemu denganmu, Zahira. Namaku Hashiguchi Ayaka. Aku teman SMP-nya Takashi. Aku juga pernah berpacaran dengan Takashi."

Jadi, ini mantan pacarnya Kuroki-san? Zahira menelan ludah saat menyadari hal itu. Mantan pacar Kuroki tampak seperti orang yang ramah, tetapi Zahira merasakan ketidaknyamanan menjalar di tulang punggungnya.

"Jadi, ini mantan pacarmu itu, Ayaka? Penggila manga dan anime yang tidak bisa membahagiakanmu?" Laki-laki bernama Momose Junpei itu menuding.

"Bukan begitu. Ia hanya bisa menunjukkan anime dan manga yang begitu-begitu saja. Makanya jadi statis. Hal tersebutlah yang membuatnya menjadi membosankan dalam hubungan."

Zahira terkejut dalam hati. Apa-apaan ini? Mengapa orang yang bernama Hashiguchi Ayaka ini terlihat congkak dan manipulatif? Di sebelahnya, Kuroki tampak mengepalkan tangan.

"Eh, maaf," Zahira angkat bicara, "Kuroki-san bukan orang membosankan. Kuroki-san hanya orang yang pasif, tapi ia cukup baik. Aku sering ditemaninya melihat-lihat Tokyo hingga aku jadi tahu Tokyo karena Kuroki-san. Itu menyenangkan."

"Oh, tumben sekali Takashi yang pasif mengajak orang berkeliling," tanggap Ayaka. Ayaka lalu beralih kepada Kuroki, "Apa kau menyukai siswa studi banding ini, Takashi? Atau siswa studi banding ini menyukaimu sehingga ia mau diajak berkeliling denganmu?"

Kuroki melirik lagi ke Zahira karena perkataan pembelaannya yang malah menyulitkan kondisi mereka. Zahira menelan ludah lagi dan mulai berkeringat. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Seminggu di AsakusaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang