Sorry for typo and happy reading^^
•
•
•
"Lo bilang apa barusan? Kantor polisi?" Tanya Sean beruntun. Sebenarnya dia takut kalau si pendek ini semakin menambah masalah . Bilangnya saja ingin memecahkan kasus ini, mungkin saja yang ada Irene malah menambah masalah.
"Lo mau ketemu sama pembunuh hantu itu?" Kini Gio yang dilanda rasa penasaran.
Irene menggeleng pelan. "Gue gak bisa jawab iya atau enggak. Karena Gue juga belum tahu petunjuk selanjutnya dari hantu itu."
"Gue gak setuju!" Tolak Sean tegas. "Mending Lo sekarang balik daripada Lo tambah buat masalah!" Usir Sean membuat Wendya tidak terima bahwa secara tidak langsung Sean menuduh Irene biang dari masalah ini.
"Heh, Om! Jangan songong ya sama sahabat saya!" Sinis Wendya yang justru mengundang tawa kelakar dari Gio.
"Om? Hahaha... Bang! Muka Lo emang sudah kelihatan berumur sih.." ejek Gio sampai timpukan bantal untuk yang kedua kalinya mendarat tepat di wajah tampan Gio.
"Rese Lo! Abangnya diledekin malah ketawa!" Sean menatap Gio tidak terima.
"Stop! Gak perlu pakai ribut, bisa? Intinya Gue akan tetap cari pembunuh itu!" Ucap Irene tak terbantahkan. Niatnya sudah bulat jadi tidak akan ada yang mampu membuatnya goyah, mungkin..
Sean mengusap wajahnya kasar. "Lo paham gak? Gue bilang enggak ya enggak! Biar Gue yang tanganin masalah ini. Gue bakal nikah sama hantu itu!"
Kalimat barusan sukses membuat Gio, Irene, dan Wendya terkejut bersamaan.
"Jadi lebih baik sekarang Lo sama temen Lo balik!"
"Enggak mau! Pokoknya aku tetap bantuin kamu, Sean ganteng.." kekeuh Irene sama sekali tidak menghiraukan perkataan bahkan amarah Sean. "Atau kita buat kesepakatan aja? Gimana?" Tawar Irene menciptakan keheranan yang begitu kentara pada wajah tampan Sean.
"Apa?"
Irene tersenyum misterius. "Kalau aku berhasil menyelesaikan masalah ini, kamu harus kencan satu hari penuh sama aku!"
Kembali Sean tersulut emosi. "Hidih ogah! Kenapa mesti Gue kencan sama Lo! Masih mending Gue nikah aja sama hantu rese itu."
Bibir Irene mengerucut lucu. Merasa tidak terima jika makhluk secantik dan seimut dirinya ini dibanding-bandingkan oleh hantu yang bahkan dimata Irene saja levelnya masih jauh dengan kecantikan original visualnya ini.
"Gak perduli yang penting kita harus kencan satu hari full. So, lebih baik kamu aja ya yang duduk tenang dirumah, biar aku yang usaha, ok? Bye my future husband..."
Sebelum emosi Sean semakin meledak, Irene segera menarik tangan Wendya dan pergi dari sana. Dibelakangnya, Wendya hanya mampu mendengus malas.
"Rene, bisa gak sih bucin Lo dikurangi? Geli Gue lama-lama. Serius." Wendya mengeluh setelah mereka sudah berada didepan rumah Sean.
"Gapapa kali, lagian juga sama calon masa depan sendiri kok." Jawab Irene sambil mesem-mesem.
"Terserah! Sekarang kita pergi ke kantor polisi? Lo tahu alamatnya dimana?"
Irene mengedikkan bahunya. "Gak tahu, tapi kan hantu pengantinnya ikut, jadi kita punya google maps." Celetuk Irene tanpa rasa bersalah.
Setelahnya, Irene dan Wendya bergegas menuju halte bus terdekat sesuai petunjuk yang diarahkan oleh hantu pengantin itu setelah kesepakatan yang mereka buat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time For The Moon Night : Love And Sin
FantasyHunRene Versi Lokal! Kisah dua sisi kehidupan gadis cantik belia bernama Irene Clarissa. Ia memiliki keistimewaan diantara milyaran manusia. Melihat hal yang tidak akan bisa dilihat dengan kedua retina mata biasa. Ya, Irene kini dapat melihat dunia...