27

195 22 8
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

"Hmm.. Apa kamu masih punya perasaan sama Stella?" Tanya Irene sangat penasaran. Irene tidak kuasa menahannya terus menerus. Harapannya adalah dapat mendengar langsung jawaban dari Sean. Ya walaupun belum tentu pria itu mau menjawabnya terus terang.

"Kenapa Lo mau tahu?" Sebelah alis Sean terangkat.

Irene mengedikkan bahunya. "Kalau misalnya kamu gak mau jawab gapapa kok. Aku cuma sekedar penasaran aja." Bohong! Rasanya kepala Irene hampir pecah jika sekelebat bayangan antara Sean dan Stella selalu memenuhi kepalanya.

"Kalau gak kenapa? Kalau iya kenapa?" Tanya Sean balik. Tangannya sibuk membuka kemasan obat untuk Irene.

Hati Irene mencelos. "Kamu kok malah balik tanya sih? Kan tinggal jawab iya atau enggak!" Kesalnya.

Sean belum menjawab. Pria itu malah memberikannya obat. "Minum dulu obatnya, baru Gue jawab."

Irene mendengus kesal. Padahal tinggal jawab saja, kenapa rasanya susah sekali bagi Sean. Malah semakin membuat rasa penasaran Irene bertambah.

"Udah sekarang jawab!" Paksa Irene setelah ia menenggak semua obatnya membuat Sean menggeleng. Gadis itu sungguh ambisius dalam mengetahui segala hal.

"Sebelum jawab, Gue harap Lo bisa bedakan rasa sayang sama cinta. Gue takutnya otak pendek Lo berpikir gak make sense sama jawabannya." Jawab Sean seraya merapihkan nakas.

Spontan Irene langsung mengangguk cepat.

"Ok, sekarang Lo mau tanya apa?"

"Yang tadi, aku males ulangi pertanyaannya." Mood Irene sudah buruk, tapi rasa keponya lebih mendominasi.

"Kalau sayang, sampai kapanpun itu pasti." Jawaban Sean refleks menohok hati Irene. Raut wajahnya berbeda langsung dirasakan oleh Sean. Ia tahu pasti gadis itu gagal memahami jawabannya.

"Tapi kalau cinta, udah enggak."

"Hah?"

Sean heran. "Kenapa malah hah?"

Otak Irene mendadak loading. "Oh enggak, hehe.."

"Udah puas sama jawaban Gue?"

Irene menggaruk tengkuknya canggung. "Kalau misalnya Stella ajak kamu balikan gimana?" Tanya Irene memastikan lagi.

"Ya kenapa enggak." Jawab Sean kelewat santai. Tanpa sadar pria itu sudah membuat perasaan Irene sakit.

"Mending Lo sekarang istirahat lagi, Gue mau pulang." Baru saja Sean hendak bangkit, Irene lebih dulu menahan tangannya. Gadis itu menggeleng pelan.

"Kamu bisa temani aku disini? Paling enggak sampai aku tidur aja kok, bukan sampai Abang Chandra pulang." Irene sadar hari ini sudah banyak merepotkan Sean. Seharusnya setelah pulang kantor Sean beristirahat di rumah bukan malah menjaganya disini.

Namun semenjak pertemuannya dengan Stella, semakin banyak arwah yang mengincarnya dan itu semakin membuat Irene takut. Akhir-akhir ini pun Kiel tidak pernah terlihat, biasanya Kiel yang menjaganya. Entah apa yang terjadi, Irene rasa semakin lama kehidupannya malah semakin rumit.

Pria itu tidak menjawab. Sean memapah Irene, memperbaiki posisi tidur dan selimutnya. Tangannya memegang dahi Irene.

"Suhunya udah agak mendingan." Ucapnya pelan, namun masih dapat Irene dengar. "Sekarang Lo tidur, Gue jagain Lo disini."

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang