20

278 44 25
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

Hembusan angin perlahan membelai lembut wajah Irene membuat sang empu sayup membuka kedua matanya. Objek pertama yang a lihat adalah tempat asing. Ruangan yang di dominasi warna abu-abu gelap. Jelasnya tempat tersebut bukanlah kamarnya yang memiliki warna ungu lucu berhiaskan boneka kelinci maupun kamar Chandra dengan warna cream cerah berhiaskan segala hal yang berbau musik.

Sekelebat ingatan Irene memutar reka adegan dimana terakhir kali ia berada di gedung tua, raganya diambil alih oleh Agatha, namun sebelum kesadaran Irene lenyap, samar-samar ia mendengar suara bass khas Sean yang memanggil namanya seolah begitu khawatir.

Untuk yang terakhir itu, entah nyata atau hanya sekedar ilusi tingkat tinggi Irene semata.

"Hai cantik!" sapaan itu membuat Irene tersadar tatkala pandangan matanya menyapu sudut ruangan lantas terhenti pada sosok yang tidak tahu sejak kapan berada disampingnya.

"Kamu!!" Tanpa sadar Irene menunjuk sosok itu. Wajahnya terkejut hingga mulutnya menganga lebar.

Sosok yang tidak lain, Sehan tersenyum manis. Mata yang dulu hanya berongga hitam kini menatapnya lembut dibalik kacamata kotak. Tanpa ragu pria itu menunjukkan sikap sok kenal sok dekat pada Irene.

"Akhirnya kamu bangun juga." Ucapnya dengan senyuman yang masih bertahan disana.

"Kamu kok bisa mirip banget sih sama Sean ganteng?" Irene mengabaikan ucapan Sehan dan masih memandang sosok itu terperangah.

Sehan tertawa jenaka. "Ya namanya juga kembar." Jawabnya membenarkan.

"Jadi kamu yang namanya Sehan?" Tatapan Irene seolah meneliti, kemudian pria itu mengangguk tegas. "Tapi kenapa waktu pertama ketemu kamu tuh nyeremin banget?" Kedua tangan Irene terlipat di depan dada.

"Sorry.."

"Padahal kan kalau kayak gini ganteng loh! Sebelas dua belas sama Sean."

"Susah ya, kalau lihat yang ganteng dikit langsung oleng kalau kata anak muda jaman sekarang."

Bukannya merasa tersinggung Irene malah cengengesan. "Makanya kamu jangan ganteng-ganteng banget kayak gitu. Nanti kalau aku beneran oleng dari Sean ganteng gimana?"

Sehan hanya menggeleng heran. Memang benar apa yang para arwah katakan tentang Irene. Perempuan yang jarang ditemui. Tidak heran banyak arwah yang membicarakan Irene, mulai dari kebaikan, kepolosan sampai keanehannya. Awalnya Sehan tidak tahu siapa itu Irene, dan ternyata gadis itu lah yang sering ia lihat di rumahnya.

Secara diam-diam Sehan mengikuti gadis itu, seperti mengawasi dari jauh. Dan setelah cukup lama mengikuti, Sehan mengetahui satu fakta baru bahwa Irene sangat menyukai adik kembarnya, Sean Ashton. Tidak habis pikir, Irene sampai rela berjuang mendekati Sean padahal sudah jelas jika pria itu sangat tidak menyukai keberadaannya.

"Btw, ini dimana ya? Kamu gak ada niat buat rebut aku dari Sean, kan? Gak mungkin kamu sampe culik aku?" Pertanyaan konyol Irene yang bertubi-tubi sedikit membuat terperangah. Jalan pikir lugunya sungguh tidak bisa ditebak.

Sekilas Sehan terkekeh lalu menjawab, "Aku gak mau mati buat kedua kalinya karena Sean tebas kepala aku."

Irene mendengus sebal. "Mana mungkin! Sean itu takut hal-hal yang menyangkut dunia perhantuan." Jelas Irene disetujui Sehan. "Kamu jadi selingkuhan aku aja! Sean gak akan tahu kok!"

Ucapan kelewat jujur Irene lagi, terus mengundang tawa kelakar Sehan. Sungguh! Kalau Sean bisa dekat dengan Irene maka begitu senang hati Sehan merestui keduanya. Sikap dingin dan cuek Sean pasti akan kalah telak oleh sikap Irene yang kelewat ajaib.

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang