17

275 42 36
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

Irene berjalan gontai menuju kelasnya. Hari ini ia tidak ada semangat sama sekali. Sejak pertemuannya dengan Tante Lia -Bunda Agatha-Irene terus memikirkan cara yang tepat untuk mengusut tuntas masalah ini. Sebenarnya Irene juga tidak yakin. Kecil kemungkinan untuk berhasil, tapi jika belum dia coba, Irene tidak akan tahu hasilnya nanti. Toh, Kiel dan Agatha pasti akan membantunya.

Sesampainya di kelas, Irene lagi-lagi jadi yang pertama datang.

"Doorr!!!"

Saat Irene hendak masuk ke dalam kelas, Mina yang iseng langsung mengejutkannya. Sayang, karena terlalu sibuk berkutat dalam pikiran, Irene tidak terkejut sama sekali. Matanya malah menatap Mina begitu datar membuat hantu itu terkekeh canggung.

"Kok gak kaget sih?"

Gadis cantik itu tidak menjawab dan terus berjalan melaluinya begitu saja menuju bangku.

"Irene, Lo kenapa sih? Ada masalah? Masih tentang tujuh dosa itu?"

Sekilas Irene mengangguk lemah. "Selain itu juga Gue masih harus selesaikan masalah hantu pengantin itu." Irene menjatuhkan kepalanya diantara lipatan tangannya. Hari ini adalah hari terakhirnya mencari keberadaan pembunuh Agatha. Ada rasa sedikit menyesal, baru kali ini Irene menggunakan kemampuannya untuk menolong arwah dan ternyata serumit ini.

"Arwah itu kasih petunjuk gak? Kalau gak ya mending gak usah bantu lah."

Irene mendongak, menatap Mina memelas. "Dia sudah kasih Gue petunjuk. Cuma ya gitu, Bunda-nya Agatha sampai Agatha pun gak tahu jejak si pembunuhnya."

"Petunjuk lain gak ada?"

"Ada sih, tapi gak yakin juga Gue."

"Apa?"

Perlahan Irene mendekat ingin membisikan sesuatu pada Mina secara sembunyi-sembunyi. Namun Mina justru menatapnya malas. Kenapa Irene harus bisik-bisik kalau suasana dikelas saja masih sepi. Tapi berhubung Irene sedang dalam mood yang jelek, mungkin ini bisa jadi pengecualian.

"Kemarin Gue ketemu sama Bunda-nya Agatha buat cari petunjuk dan voila... ternyata pembunuh Agatha itu adik tiri dari calon suaminya." Irene berucap dengan wajah bak seorang agen FBI yang telah menemukan jalan keluar dari sebuah kasus. "Tapi pembunuh itu masih buronan jadi susah buat cari keberadaannya."

Mina manggut-manggut seolah paham yang diceritakan oleh Irene. "Kalau menurut Gue sih gak ada salahnya Lo ketemu sama si calon suaminya Agatha itu.. siapa namanya?"

"Randi." Tukas Irene diiringi jentikan jari Mina.

"Nah iya Randi. Coba Lo minta penjelasan tentang kejadian itu, siapa tahu aja bisa dapat petunjuk baru lagi."

"Gitu ya?"

Mina mengangguk tegas. Menunjukkan jika apa yang barusan dikatakannya adalah ide yang tepat.

"Kalau gagal gimana?" Irene ragu. Menemui Randi lagi juga masuk dalam list pencarian petunjuknya. Tapi ia baru bertemu Randi satu kali, mana mungkin dia mau bercerita banyak tentang kejadian pembunuhan itu.

Mina memberenggut. "Belum juga dicoba!"

Irene terdiam sekali lagi memikirkan saran Mina. Dari sudut pandangnya tidak ada salah juga mencoba. Lagipula mumpung dapat ide gratis sudah gitu cemerlang pula, jadi Irene tidak perlu capek berpikir keras dan mengandalkan otak minimnya ini.

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang