13

389 50 17
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

.

.

.

Irene dan Wendya melihat deretan buku beraneka macam yang tersusun rapih di beberapa rak. Sepulang sekolah Irene mengajak paksa Wendya untuk menemaninya guna mencari tahu sesuatu yang sudah sejak lama menjadi tanda tanya besar di otak cantiknya. Tujuh dosa mematikan. Pikir Irene siapa tahu saja ada buku yang menjawab teka teki itu.

Dan Irene tidak perlu pusing sendiri karena ada Wendya yang membantu, walaupun awalnya Wendya menolak tapi pada akhirnya gadis itu mengiyakan apa yang Irene mau.

"Ish! mana sih bukunya, Wen! Dari tadi Gue cari gak ketemu buku tentang tujuh dosa itu!" kesal Irene sambil menghentakkan kakinya.

Wendya mendugus sebal. Irene kalau dalam mode bodoh itu selalu saja membuatnya naik pitam. "Ya gimana mau ketemu kalau Lo cari bukunya di deretan komik!" Irene terkekeh geli, kenapa dia baru sadar. "Kita harus cari buku dibagian mitologi, ayo ikut Gue!"

Wendya menarik tangan Irene, membawa sahabatnya itu menuju rak bagian mitologi. Untung saja ia ikut menemani, kalau tidak bisa sampai malam Irene pusing di dalam toko buku.

"Nah disini, sekarang kita cari buku yang Lo mau itu." Irene mengangguk tipis.

Baik Irene dan Wendya menelisik beberapa buku dengan serius. Banyak buku yang menjelaskan tentang teori mitologi kuno Yunani. Sayangnya tidak ada tanda tanda buku yang berhasil mereka cari, atau mungkin tidak ada buku seperti itu.

"Kok gak ada ya?" Tanya Irene menatap sebal kearah jajaran buku yang dipegangnya.

"Sebenernya kenapa sih Lo penasaran tentang hal kayak gitu. Lo gak ada niat yang aneh aneh kan?"

"Lo tuh terlalu berpikir jauh tahu gak? Gue cuma mau cari buku itu karena ini berhubungan dengan banyak masalah yang Gue hadapi sekarang ini." Irene berkata seraya melihat wajah Wendya yang menunjukkan sisi tak pahamnya. "Ini ada hubungannya dengan keselamatan Kiel."

Hembusan nafas Wendya terdengar begitu berat. Ternyata kelebihan Irene ini cukup berbahaya juga, apalagi menyangkut nyawa. "Kenapa kemampuan Lo itu sampai buat diri Lo sendiri dalam keadaan gak jelas gini sih, Rene? Gue jadi khawatir sama Lo lama lama."

Bukannya merasa cemas akan ucapan Wendya, Irene malah tertawa pelan. "Lo tenang aja, gak akan terjadi apa apa kok sama Gue."

Tidak tahu harus menjawab apa, Wendya hanya mengangguk tipis. Ia tahu bagaimana kebiasaan Irene yang tidak bisa jauh dari hal yang bersifat ceroboh hingga membuat sahabatnya itu terluka. Dan disaat itu Irene mengatakan jika baik baik saja. Sudah berulang kali Wendya mengingatkan Irene untuk berhenti mengurusi masalah tentang makhluk tak kasat mata, tapi bukan Irene namanya jika tidak keras kepala.

"Lo sudah janji sama Gue! Awas aja kalau sampai sesuatu terjadi sama Lo, Gue marah!"

"Siap kapten! hehehe..."

.

.

.

"Aku tidak mungkin salah! Pasti dia!" Begitu melihat keberadaan sosok yang dicarinya, Amon berjalan mendekat namun segera ditahan oleh Lucis.

"Jangan melakukan hal diluar kendalimu!"

"Apa kau mau melepaskan kesempatan ini begitu saja? Manusia itu sudah berada dalam jangkauan kita!" Amon mengerang kesal. Kenapa Lucis selalu menghalanginya untuk berbicara dengan manusia itu.

"Jangan gegabah atau aku akan menghukummu!" Ketegasan Lucis berhasil membuat Amon mau tak mau terdiam. "Jangan membuatnya semakin rumit." sambung Lucis yang hanya dijawab dengusan sebal dari Amon.

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang