16

410 48 15
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

Bias cahaya lampu mampu mengundang kelopak mata sang gadis mungil untuk terbuka perlahan. Begitu sayup menatap sekitar, berusaha mengenal keberadaannya dimana saat ini. Telinganya sedikit mendengar suara keributan, membuatnya penasaran.

"Irene, Lo sudah bangun?"

Kedua mata Irene bergerak mengarah pada sosok Wendya yang menatap begitu khawatir disampingnya.

"Wen.. Gue dimana?" Vokal Irene setengah sadar.

"Dikamar Lo." Jawab Wendya menciptakan kerutan halus pada dahi Irene. "Lagian Lo tuh bisa-bisanya susah Gue bilangin, energi Lo terkuras habis sama hantu itu." Jelas Wendya sebal.

"Lo tahu? Gara-gara Lo, adik Gue pingsan! Awas kalau sampai terjadi sesuatu sama Irene, Lo habis ditangan Gue!"

Teriakan marah Chandra lantas membuat Wendya dan Irene menatap satu sama lain. Irene dengan tatapan bingung, sedangkan Wendya menunjukkan ekspresi canggung.

"Ada apa diluar?" Gumam Irene penasaran. Namun ketika Irene hendak turun dari kasur, Wendya sontak menahan.

"Jangan keluar! Kita tunggu disini aja, ok?"

"Kenapa? Gue mau susul Abang Chandra."

"Jangan Rene, kita disini aja."

"Woy! Punya mulut kan Lo! Jawab! Kenapa adik Gue bisa pingsan??"

Mendadak perasaan Irene tidak enak, tanpa mengindahkan Wendya ia berlari keluar kamar diikuti Wendya yang memanggil namanya.

"Rene! Tunggu!!"

"Lo tuh cowok apa banci sih, huh?! Pengecut banget!" Ketus Chandra seraya menatap lawan bicaranya seperti ingin menguliti seseorang tersebut detik ini juga.

"ABANG!! BERHENTI!!!" Suara teriakan Irene berhasil membuat Chandra dan Sean menoleh. Kiel yang tengah diam memperhatikan luapan emosi Chandra ikut terkejut oleh lengkingan Irene.

Tanpa ragu Irene langsung pasang badan di depan Sean yang tengah terduduk. Irene melayangkan tatapan tajam menusuknya tepat ke kedua mata Chandra.

"Rene.. kamu ngapain?" Tanya Chandra.

"Harusnya aku yang tanya gitu! Abang ngapain marahin Sean??" Ketus Irene.

"Ya Abang harus marahin si kunyuk itu! Berani banget dia bikin kamu pingsan!" Jawab Chandra menggebu-gebu. Sepertinya dia belum puas memarahi Sean.

"Si Chandra serem juga kalau sudah serius gitu marahnya." Celetuk Kiel yang tentu saja tidak dapat didengar oleh yang lain, kecuali Irene.

Irene berdecak sebal. "Abang kalau gak paham kejadian yang sebenarnya tuh gak usah sok tahu! Aku pingsan bukan gara-gara Sean tapi karena energi aku terkuras habis sama arwah, paham?"

"Hah?" Chandra menatap Irene tak percaya. "Jadi... kamu.."

"Iya, aku sengaja minta arwah itu buat masuk kedalam tubuh aku, jadi sekarang berhenti salahin Sean karena ini gak ada hubungannya sama sekali." Tegas Irene tak terbantahkan, kemudian tanpa persetujuan Sean ia menarik begitu saja tangan pria itu menuju taman belakang.

Chandra yang hendak menyusul segera ditahan oleh Wendya. Gadis itu menggeleng pelan.

"Aku masih gak paham kenapa kamu bisa ada dirumah aku? Terus kenapa kamu diam aja dimarahin Abang Chandra?" Tanya Irene beruntun sampai Sean yang mendengar pun mendengus sebal.

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang