Guys part kali ini lumayan panjang ya, semoga kalian gak bosen hehe^•^
Sorry for typo and happy reading•
•
•
Sean melirik Irene yang tengah menatap kosong bulan di atas sana. Guratan wajahnya seakan menggambarkan rasa penat yang begitu kentara. Sean tidak mengerti mengapa wajah itu terlihat begitu lesu.
"Rene.." panggilan itu membuat Irene tersentak. Sean bingung, sebenarnya apa yang tengah di pikirkan oleh Irene?
"Ya?" Senyumnya mengembang. Irene kembali sadar bahwa di depannya ada sosok Sean yang sedang menatapnya kebingungan.
"Kenapa?" Sean memastikan jika gadis itu baik-baik saja hingga anggukan singkat Irene menjawabnya.
"Aku lihat bulan sabit itu," Irene menunjuk dimana lengkungan bulan itu berada. Menerangi mereka berdua dalam suasana yang cukup hening.
"Cantik ya?" Ujar Irene.
Sean beralih menatap Irene kembali. Dengan segala keberanian dan keyakinannya ia menggenggam tangan Irene membuat sosok itu terkejut.
"Rene,"
"Ya?" Jawab Irene cepat.
"Gue punya sesuatu buat Lo." Sebelah tangan Sean meraih sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak bludru berwarna ivory. Dibukanya kotak tersebut, memperlihatkan sebuah cincin berbentuk bulan dan bintang yang saling berkaitan membentuk satu garis lingkaran.
Sean memasang cincin itu pada jari tengah Irene. Cincin itu pas. Sangat cantik melingkar di jari Irene.
"Cantik.." gumam Irene tersenyum menatap jarinya. Ia sangat menyukai cincin pemberian Sean.
"Ini buat aku?" Tanya Irene memastikan kembali, seakan-akan tidak menyangka bahwa Sean akan memberikan hadiah berupa cincin indah berbentuk bulan sabit, dan ya.. Sean mengangguk, membuat senyum Irene semakin mengembang.
"Ayo kita menikah!"
Kedua mata Irene sukses membulat sempurna. Apa Sean sedang bercanda? Apa ada sosok arwah yang merasuki jiwa Sean?
"Sean, kamu aneh banget malam ini. Tadi kamu tiba-tiba bilang aku pacar kamu, dan sekarang... kamu mendadak ajak aku nikah?"
Pukul saja Sean hingga tewas jika tidak ada yang percaya bahwa ia dengan kesadaran penuh mengajak Irene menikah. Karena itu sudah menjadi keputusan Sean. Ya anggap saja Sean gila karena mengambil keputusan itu dalam satu malam, padahal Irene bukan lah seorang Roro Jonggrang. Lihatlah bahkan Irene saja tidak percaya.
"Aku serius, Rene!"
Tawa hambar Irene mengudara. Irene rasa Sean memang sudah terlalu berlebihan untuk dianggap bercanda. Irene tentu saja senang, tapi apakah dengan sikap Sean yang dingin dan acuh pada Irene selama ini bisa menganggap ucapan Sean adalah sebuah keseriusan?
Tak tahan akan reaksi Irene yang hanya tertawa, Sean lantas merangkul pinggang gadis itu menariknya mendekat kemudian mengecup bibir plum merah muda Irene.
Bahkan ia sadar tidak hanya sekedar mengecup, tapi lebih dari itu. Sean sedikit melumat bibir Irene. Sang empunya hanya dapat mematung dengan mata yang melebar. Sean semakin menarik tubuh mungil itu dalam pelukannya hingga menenggelamkan sosok Irene dalam dekapannya. Tidak ada yang bisa gadis itu lakukan selain memejamkan mata dan mengikuti alur Sean dengan payahnya, tentu saja.
Setelah hampir dua menit mereka saling berpagutan, Sean melepaskannya. Ia menangkup kedua pipi Irene.
"Mungkin semuanya terasa tiba-tiba. Tapi satu hal! Aku sudah pasti memikirkan semuanya dengan matang, Rene. Gak ada sedikit keraguan dari aku!" Sean menegaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/216297195-288-k984044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time For The Moon Night : Love And Sin
FantasiHunRene Versi Lokal! Kisah dua sisi kehidupan gadis cantik belia bernama Irene Clarissa. Ia memiliki keistimewaan diantara milyaran manusia. Melihat hal yang tidak akan bisa dilihat dengan kedua retina mata biasa. Ya, Irene kini dapat melihat dunia...