19

275 42 49
                                    

Fyi, part ini mengandung drama🙂

Sorry for typo and happy reading^^

Irene mentransfer ongkos taksi melalui ponselnya sekaligus memberikan tip pada sopir taksi tersebut. Kemudian ia bersama Kiel turun dari taksi. Matanya terpaku pada gedung tiga lantai yang terbengkalai didepannya. Seperti gudang minyak yang sudah tidak terpakai bertahun lamanya dihiasi ilalang yang menjulang tinggi. Suasana ditempat itu sangat sepi karena lokasi yang jauh dari kata strategis, diluar lingkungan masyarakat.

"Serius tempatnya di sini?"

Kiel mengangguk cepat. "Tadi Gue ikutin Agatha sampai sini. Pembunuhnya ada dilantai paling atas." Dagunya menunjuk rooftop diatas sana.

Mendadak Irene dilanda perasaan takut. Jelas ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. "Menurut Lo aman gak?" Cicit Irene menatap Kiel cemas. Menangkap pembunuh merupakal hal yang sama sekali tidak pernah Irene pikirkan dalam hidupnya. Padahal ia hanya ingin membantu arwah Agatha untuk kembali sekaligus menggagalkan pernikahan itu secara tidak langsung.

"Kita balik aja kali ya? Gue juga takut." Ucapan Kiel barusan membuatnya menatap arwah itu tidak percaya.

"Ck! Kenapa malah jadi sama-sama takut gini sih?! Lagian juga Lo kan hantu masa takut?"

"Ya emangnya kalau Gue hantu gak boleh takut gitu?" Kiel mendelik. "Hantu itu sebelumnya manusia juga, Rene!"

"Terserah Lo deh! Kita masuk sekarang, buruan!" Irene berinisiatif maju lebih dulu diikuti Kiel yang melayang disampingnya.

Namun baru saja di dekat pintu masuk, langkah Irene terhenti. Ia menoleh sambil memasang senyum yang menyebalkan bagi Kiel saat ini. "Coba Lo duluan gih! Kan Lo gak keliatan jadi bisa memastikan ke Gue kalau di dalam sana aman."

"Lo sekarang mau jadiin Gue tameng?"

Irene terkekeh garing. "Bukan gitu Kiel sayang..." Wajah Irene perlahan berubah sok serius. "Masa Lo gak mau bantuin Gue?"

"Gak usah drama, geli Gue lihatnya."

"Sekarang Lo jalan duluan. Sekali-kali bantuin Gue dong biar Lo berguna dikit." Kiel menyentakkan kepalanya kesal. "Jangan nyusahin terus jadi hantu!" Ledek Irene.

Terlalu kesal, akhirnya Kiel melayang cepat sengaja meninggalkan Irene membuat gadis yang masih dalam balutan gaun putih itu kesusahan mengejarnya. Lagian seenaknya atur Kiel, sekalian saja kerjain balik biar tahu rasa!

"Kiel tungguin dong, ish!"

.

.

.

Masih berdiri ditempat yang sama, Wendya melirik jengah Sean yang sibuk bolak-balik. Setelah gagal menghalangi Irene pergi, pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Pun Wendya juga ikut bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Sama seperti apa yang Gio rasakan.

Setelah mendapat kabar dari Sean perkara Irene yang pergi menyusul pembunuh arwah pengantin itu, Gio segera datang. Bahkan pria itu sampai rela izin tidak mengikuti kelas terakhir. See? Kurang baik apa coba Giovano terhadap Irene dan Abangnya?

"Bang! Bisa gak sih Lo jangan bolak balik terus? Ikut sawan Gue jadinya."

Sean berhenti lalu menoleh pada Gio. Ekspresi yang ditunjukkannya masih terlihat datar, berbeda dari pancaran retina matanya yang jelas menyiratkan kekhawatiran disana. "Gue lagi mikir."

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang