5

473 64 66
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

"Jadi apa yang bisa gue bantu?" Tanya Irene sambil duduk dikasur, sedangkan Kiel dan Seila duduk di sisi kanan dan kiri Irene.

"Maaf ya sebelumnya, aku jadi ngerepotin ka—"

"Ahh gak kok tenang aja." Sergah Kiel cepat sambil tertawa hambar. "Lo gak ngerasa direpotin kan, Rene?" Tatapan Kiel lalu tertuju pada Irene yang balas menatapnya datar.

"Dia nanya Gue, bukan Lo!" Sinis Irene hingga Kiel terkikik geli.

"Lo tenang aja selama Gue bisa bantu yaa.. gue usahain."

"So, apa yang bisa gue bantu?"

"Jadi gini, aku punya adik umurnya 17 tahun. Dia sekolah di SMA Garda."

"Serius??" Tanya Irene kaget. Pasalnya kan Irene juga sekolah disana. "Nama adik Lo siapa? Kelas berapa?"

"Nama adikku Shilla, dia kelas 11 IPA 1."

"What?! Lo serius?" Ok, sepertinya kaget Irene berlebihan tapi, ternyata dunia bisa sesempit ini. "Kemarin adik Lo kena bullying disekolah."  Jelas Irene.

Kiel yang sedari tadi hanya jadi pendengar kini ikut bertanya. "Lo kenal sama adiknya?"

Irene mengangguk. "Kenal, kemarin Gue tolongin dia waktu di bully dikantin."

"Dan kamu kasih pinjam seragam ke Shilla." Tutur Seila dengan senyum tipis.

"Lah, kok Lo bisa tahu?"

"Karena aku ada disana."

Lah, tapi kok gue gak bisa lihat Seila waktu itu? Tanya Irene dalam hati.

"Eh, mau tanya dong," Kiel mengangkat tangannya. "Boleh tahu gak Lo meninggal kapan dan karena apa?"

Tatapan yang semula ceria kini berubah sendu. Irene rasa pertanyaan Kiel barusan cukup menyinggung perasaan Seila. Tapi dengan segala ketegarannya, hantu cantik itu bercerita.

"Aku meninggal satu Minggu yang lalu, karena aku berusaha menolong Shilla." Seila nampak sedikit terguncang, terlihat dari guratan wajahnya. "Waktu itu Shilla hampir aja meninggal kalau sampai aku telat menolong dia. Shilla hampir ditabrak sama mobil yang jelas sengaja ingin menabraknya. Dan pelakunya adalah perempuan yang waktu itu membully Shilla dikantin."

Mata Irene membulat, kedua tangannya terkepal disisi paha. Emang ya cewek itu beneran sinting! Terlalu benci dengan seseorang membuat dia melakukan tindak kriminal.

"Aku tinggal berdua dengan Shilla. Waktu aku masih ada, aku yang kerja supaya Shilla bisa sekolah. Tapi sekarang Shilla melakukannya sendirian, apalagi ketika dia mendapat tekanan bullying dari sekolah. Aku merasa seperti kakak yang gagal menjaga adik kecilnya."

Duh, Irene jadi ikut sedih dengarnya. Seila benar benar menyayangi adiknya bahkan dia rela mengorbankan nyawanya sendiri. Ia jadi ingat tentang bagaimana perjuangan kakaknya, Shirene yang bekerja untuk Irene, sementara ia hanya bisa meminta ini itu dan merengek pada kakaknya.

"Jadi selama ini Lo ngikutin Shilla?" Tanya Irene.

Seila mengangguk tipis. "Cuma itu yang bisa aku lakuin, tapi disatu sisi aku sudah gak bisa jagain dia seperti dulu."

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang