4

468 70 22
                                    

Sorry for typo and happy reading^^

Irene menatap sekelilingnya dengan was-was, walaupun sedari tadi Irene juga sibuk misuh-misuh tidak jelas karena ulah siapa lagi kalau bukan Abang Chandra. Pria yang mengaku tampan sejagat raya itu dengan tega menghabiskan makan malam yang sudah dibuat oleh Kak Shirene, dan kebetulan kakaknya sedang menginap dirumah temannya karena besok pagi ia ada acara untuk pembukaan butik salah satu temannya, sekedar bantu sedikit saja.

Sebenarnya bisa aja Irene mengadu pada Shirene tapi dilubuk hatinya terdalam, kasihan juga kalau Bang Chandra kena marah terus sama Kakaknya itu. Mana masih muda terus jomblo lagi. Apaan sih nggak jelas banget..

Jadi Irene dengan terpaksa Keluar rumah dan pergi ke minimarket dekat komplek jam sembilan malam untuk membeli ramen kesukaannya. Sebenarnya Irene ingin meminta tolong pada Abang Chandra, tapi setelah melihatnya dikamar sibuk ngefanboy dengan idol kesukaanya, Red Velvet, Irene sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Pasti dia tidak akan pernah mau.

"Sshh.. kenapa sih jalan kalau malem tuh sepi banget? Kan ngeri jadinya." Irene sengaja merapatkan jaketnya, tiba-tiba saja hawa dingin menghantam tubuhnya. Pikirannya langsung membayangkan hal yang negatif. "Kalau tahu gini mending ajak Kiel aja."

Yah Kiel, hantu itu malah sibuk ngapelin cowok blok sebelah yang kalau gak salah namanya Kafka. Tapi kalau dipikir miris juga sih, Kiel yang bentukan hantu aja bisa punya gebetan, terus apa kabar Irene yang bentukannya masih manusia gini? Jangan kan doi, cowok yang ditaksir aja gak ada. Mana Irene sempat curiga sama dirinya sendiri, jangan jangan dia belok??

"Ish! Mikir apaan sih Gue? Udah gila kali kalau sampai Gue suka sama cewek." Irene merutuki dirinya.

Pluk!

Kedua mata Irene sontak membulat sempurna, tepukan dibahunya berhasil membuat tingkat merinding Irene naik lima kali lipat. Jika tadinya Irene hanya ketakutan biasa, sekarang Irene rasanya sangat luar biasa.

"Woy elah nengok, Rene!"

Irene lantas menoleh dan hampir saja rahangnya jatuh waktu melihat siapa yang sudah dengan sengaja menepuk bahunya.

"Kiel!!! Sumpah ya! Lo hampir aja bikin Gue jantungan tahu gak?!" cerocos Irene pada Kiel yang hanya tertawa geli.

"Lebay Lo!"

"Udahan Lo ngapelin Kafka?" ledek Irene.

"Sialan lo! Ember banget itu mulut, ada makhluk lain selain kita btw."

Refleks Irene mengerutkan dahinya bingung. Ah! Ternyata ada sosok lain disamping Kiel yang masih satu jenis, Hantu. Menurut Irene penampilannya sih tidak terlalu menyeramkan, dress putih selutut, rambut hitam legam sebahu dan wajah pucat tapi kalau Irene boleh jujur wajahnya cantik.

"Dia siapa Kiel? Temen lo?" Bisik Irene pada Kiel sambil melirik hantu cantik itu. Duh lama lama Irene bisa insecure nih kalau lihat hantu yang lebih shining, shimmering, splendid. Kalau dia masih manusia pasti dia glowing.

"Nah hantu ini loh Rene yang kemarin gue bilang kalau dia mau minta tolong." Kiel menjelaskan dan Irene cuma manggut-manggut sambil bilang oh.

"Hai.. Irene ya?" Sapa hantu itu.

Irene yang disapa malah tersenyum canggung. "Hai, iya nama Gue Irene."

"Kenalin nama aku Seila."

"Oh, hai Seila.." Irene melambaikan tangannya. "Terus kalian ngapain disini?" Tanya Irene bingung.

Time For The Moon Night : Love And SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang