"Entar kalo kita beda kelas jangan lupa sama gue ya" Ucap Ara.
*ARA REYNATA*
Seorang gadis periang, cerdas, suka berkhayal, dan juga baik. Berasal dari keluarga kaya namun selalu tampil apa adanya. Warna ungu adalah warna kebahagiannya. Angka 7 adalah angka keberuntungannya. Makanan apa saja dia makan asal tidak beracun. Kpop dan Kdrama adalah bagian dari kehidupannya. Putri dari Bapak Setyo Pradana dan Ibu Sutiani ini adalah seorang ARMY. Ya, dia adalah penggemar BTS dan biasnya adalah KIM TAEHYUNG.
"Iya dong pasti, kita kan sahabat selamanya" Jawab Sania.
*SANIA PUTRI*
Sahabat Ara sejak SMP. Mereka sangat dekat bahkan banyak yang menyebut mereka sepasang kekasih. Dia baik, pintar, juga seorang kpopers. Dia adalah CARAT sebutan fans untuk SEVENTEEN.
"Janji ya?" Kata Ara mengacungkan jarinya.
"Iya Araaaaaaa" Balas Sania memegang tangan Ara.
*****
Sudah sebulan mereka libur, saatnya mereka kembali ke sekolah. Dihari pertama, pembagian kelas diumumkan, ternyata lagi-lagi Ara sekelas dengan Sania.
"Niaaaaaaa" teriak Ara yang langsung memeluk Sania dengan erat ditengah lapangan dan diperhatikan banyak orang.
"Paan si ra? Malu taukkkkk" Kata Sania yang langsung melepas pelukan Ara.
"Ya maaf, abisnya seneng banget kita sekelas lagi"
"Kan, gue bilang juga apa, guru aja gak tega misahin kita"
"Aaaaa, pokoknya seneng bangettttttt"
Ketika mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba terdengar teriakan dari para siswi. Jelas itu langsung membuat perhatian dua orang sahabat itu teralihkan.
"Hansssssssss" Teriak para siswi heboh.
"Siapa sih itu? Kok pada heboh kayaknya?" Tanya Ara yang tak mengerti keadaan saat itu.
"Ya ampun Ra, lo gak tau? Dia Hans cowok idola SMA kita" Jawab Sania heran.
"Hans?"
"Iya Hans, Hans Arvino"
"Ya ampun Hans? Si ketua kelas MIPA 4?"
"Iya ketua kelas MIPA 4, gini ni anak MIPA 1 yang gak pernah keluar kelas kerjaannya cuman ngehalu doang"
"Ya maaf kan gak tau, emang seterkenal itu ya dia? Sampe tiap hari anak kelas gak pernah absen ngomongin dia"
"Ni ya gue kasi tau sama lo, Hans itu anaknya baik tapi dia susah bergaul sama cewek, dia pintar, dia peringkat 1 waktu kelas X, terus dia itu anaknya dokter, dokter bedah, gila gak tu, dan satu lagi dia itu gantenggggg banget, tapi tetep wonwoo paling ganteng"
"Terus lo suka sama dia?"
"Ya gak lah, gue gak akan mau bersaing sama cewek-cewek di sini, ogah banget, lagian ya, gue itu sukanya sama yang humoris bukan yang tegang kayak dia, mana dingin lagi mukanya, kan entar gue masuk angin"
"Niaaaa, gue gak bercanda"
"iya-iya maaf, udah yuk cari kelas capek tau berdiri"
Ara dan Sania pun akhirnya beranjak dari lapangan menuju kelas yang mereka dapat.
"Ah, akhirnya duduk juga" Kata Sania.
"Ternyata temen sekelas waktu kelas X masih banyak di sini ya" Kata Ara melihat sekeliling.
"Bagus dong kita gak perlu beradaptasi lagi"
"iya sih bener banget"
Tak lama masuk cowok yang langsung menjadi pusat perhatian, ya dia adalah Hans.
"Hans?" Ucap Ara sambil memegang tangan Sania.
"Iya gue tau" Balas Sania yang juga menatap Hans.
"Kita sekelas sama dia?"
"sepertinya iya"
Mereka masih sangat kaget, sedangkan Hans duduk di depan Ara dan Sania bersama temannya. Kedua sahabat itu pun terdiam cukup lama melihat Hans tepat didepan mereka. Dan ya, Hans sudah dikelilingi dengan banyak cewek yang membuatnya merasa risih.
"Keluar yuk?" Ajak Sania.
"Yuk" Jawab Ara mengiyakan.
*****
"Kita gak salah liat kan?" Kata Sania masih tak percaya.
"Gak, itu beneran Hans" Jawab Ara yang juga tak menyangka.
"Temennya cakeppppp"
"Lah kok jadi temennya?"
"Iya kayaknya orangnya asik deh, gue mau kenal dia titik"
"Hih, gimana sih lo? Jelas-jelas Hans didepan lo, tapi lo malah oleng sama temannya?"
"Bodo ah, gue gak peduli sama Hans, lo aja gih kalo mau ngestan Hans"
"Gak ah, gak mau, banyak saingan, serem"
"Yakin?" Kata Sania yang menatap tajam Ara.
"I......ya"
"Lo suka ya sama Hans?"
"Ya gak lah, gak mungkin, kan ada V"
"Keliatan kok"
"Apaan sih, udah ah gue lapar" Kata Ara yang pergi meninggalkan Sania yang terus mengejeknya.
"Gapapa ntar gue bantu" Ucap Sania yang masih menjahili Ara.
*****
Ara dan Sania pergi ke kantin, karena masih hari pertama jadi mereka masih jam kosong. Adik kelas juga masih MPLS."Akhirnya setelah sekian lama makan dikantin juga" Ucap Ara bahagia.
"Lo tu orang kaya, bisa makan di restoran besar, kenapa sukanya makanan kantin si?" Balas Sania heran.
"Enak dikantin tau, gue bebas"
"Hem....."
Lagi dan lagi terdengar suara gaduh dikantin, tak lain karena kedatangan Hans.
"Anak itu lagi, pusing gue denger teriakan anak-anak" Ucap Sania kesal.
"Gue pengen makan dengan tenang" Kata Ara yang juga kesal.
"Nih, lo bayangin deh, kalo lo pacaran sama Hans bakal kayak apa hidup lo"
"Gak, gue masih mau hidup tenang"
"Itu alasan gue gak mau suka sama dia"
"Udah paling bener gue ngestan V, paling gak Kuanlin lah"
"Eh kurang ajar lo, mereka gak akan mau sama lo"
"Jodoh bisa datang dari mana aja ya, kali aja mereka jatuh dari langit di depan gue"
"Lo pikir coboy junior?" Kata Sania kesal.
*****
Setelah selesai makan mereka kembali ke kelas, karena tidak ada kegiatan mereka pun asik dengan ponsel masing-masing. Ara sibuk dengan drama koreanya, sedangkan Sania sibuk dengan MV-nya. Dan ketika mereka sedang asik, tiba-tiba datang Hans dan temannya, mereka duduk dikursi depan.
"Sorry boleh pinjam polpen? Polpen gue hilang soalnya" Ucap Hans lembut, dia juga mengetuk meja Ara.
Suara itu mengalihkan perhatikan Ara dan Sania. Sempat terdiam tapi akhirnya Ara meminjamkan polpennya.
"I.....ni"
"Pinjam bentar yah? Nanti kalo udah gue balikin" Kata Hans dengan suara manisnya.
"Iya pake aja"
Dan semenjak kejadian itu jantung Ara selalu tak terkontrol saat berada di dekat Hans.
Note : terimakasih sudah mampir, jangan lupa follow akunku ya, terus like, coment, dan share cerita ini karena dukungan dan masukkan dari kalian sangat berarti untuk aku....
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER {END}
Teen FictionMenyukai seseorang yang disukai banyak orang nyatanya membuat Ara harus memendam perasaannya. Namun, menjadi pengagum rahasia ternyata tak semudah yang dipikirkan. Ia harus siap terluka disaat Hans bersama orang lain. Memang sulit mengagumi Hans, se...