بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
'Beberpa hal yang membuat nyaman terkadang justru tak bisa dimiliki.'
De Beste Imam
~Thierogiara
***
Sehabis isya Andaru dan Zahra baru sampai ke rumah, rumah sepi membuat keduanya saling menatap. "Ke mana semua orang?" tanya Andaru.
Zahra menggeleng. "Man ague tau, kan kita di warnet daritadi," ujar Zahra lantas berjalan menuju kamarnya.
Sampai di kamar Zahra ternyata ada sebuah nota temple yang bertuliskan, 'Umi sama Abi lagi ke rumah Oma, jaga diri baik-baik Abi Umi pulang selasa sore.'
Zahra menghela napasnya kemudian langsung membuka pintu kamar dan masuk. "Jadi kita berdua aja di rumah?" tanya Andaru mengikuti Zahra masuk ke dalam kamar.
"Iyalah apalagia." Kata Zahra memperbaiki ikatan rambutnya.
"Bang Fatih sama Bang Al?" tanya Andaru.
"Bang Fatih kayaknya ikut dia kan cucu kesayangan Oma, Bang Al terbang palingan." Zahra mengedikkan bahu, ditinggal di rumah sendirian adalah hal yang lumrah untuk Zahra, dia sudah terbiasa sebenarnya di rumah sendirian, namun karena sekarang ada Andaru jadi Zahra tak benar-benar sendiria. Para asisten rumah tangga juga ada sebenarnya, namun ranah mereka biasanya di dapur dan Zahra juga jadi makan terbang karena meski ada beberapa asisten rumah tangga yang bertugas mengurus rumah, urusan masak memasak tetap dilakukan oleh uminya.
Zahra masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi, sementara Andaru turun ke bawah untuk mandi di kamar mandi lantai satu, dia juga tak ambil pusing dengan dirinya dan Zahra yang hanya tinggal berdua, dia adalah menantu sekarang, rumah itu bisa dikatakan adalah rumahnya juga.
Selesai mandi Zahra turun ke bawah dan langsung bergabung dengan Andaru yang sedang memakan apel di meja makan. "Laper nggak lo?" tanya Zahra.
Andaru mengangguk. "Laper sih," kata Andaru, bagaimana tidak? Mereka sudah membersihkan gudang sampai sedemikian rupa, niatnya tadi mau makan di luar namun Zahra merasa tak nyaman karena tubuhnya lengket berkeringat.
Zahra berjalan menuju kulkas. "Cuma ada indomie, telor, sosis, ck males banget makan ginian," keluh Zahra, dia sudah sering kali makan makanan instan, rasanya hampir mau muntah kalau makan itu lagi itu lagi.
"Makan sate di depan gang aja yuk," ajak Andaru.
Zahra berpikir sejenak, ide bagus. "Yuk deh, daripada mati kelaperan, tunggu sebentar gue ambil cardigan dulu." Zahra berjalan melewati Andaru.
"Ambil hijab sekalian dong," sindir Andaru.
"Nggak! Rambut gue masih basah!!!"
Andaru hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah biasa Zahra membangkang dan tak mendengarkan omongannya, kalau orang tua Zahra saja mempercayakan Zahra pada Andaru, maka Andaru harus percaya diri kalau suatu saat Zahra pasti akan berubah karena pengaruhnya.
Lima menit kemudian Zahra kembali denggan cardigan rajut berwarna mocca, Andaru langsung bangkit lantas berjalan di sisi Zahra sama-sama menuju garasi. Naik motor sekitar tujuh menit mereka sampai ke tempat tukang sate kaki lima depan gang kompleks perumahan. Andaru sudah biasa makan di sana, tidak tahu kalau Zahra.
"Makan di sini aja?" tanya Andaru. Zahra menjawabnya dengan anggukan, dia terlalu malas mencuci piring.
"Ayam, kambing atau sapi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
De Beste Imam
Spiritual"Masih bocah udah nikah? Kurang bercanda apa takdir sama gue?" ~Fatimah Az-Zahra Hanidar. *** Namanya adalah Fatimah Azzahra Hanidar, biasa disapa Zahra, nama itu terdengar sangat lembut, kalem dan indah. Namun sang pemilik nama sama sekali tidak s...