35. Merasa Bersalah

18.2K 1.9K 83
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


'Karena setiap masa lalu selalu berhak menjadi baik di masa depan.'

De Beste Imam

~Thierogiara

***

“Kok ngomong gitu?” Andaru mengelus kepala Zahra berusaha menenangkan.


“Aku nggak pantes buat kamu Ru, aku nih cewek banyak dosa, nggak mau menutup aurat, kamu berhak sama cewek yang lebih baik.” Bahu Zahra mulai naik turun bergetar menandakan tangisannya semakin menjadi.

Andaru mengeratkan pelukannya, sekarang Zahra sedang merasa tak percaya diri, maka Andaru yang harus percaya padanya. Andaru mengelus kepala dan bahu Zahra, Zahra harus tahu kalau Andaru di sana bersamanya menerima segala kekurangannya.

Zahra semakin menangis, kenapa Andaru sangat baik, kenapa Andaru tidak lelah menghadapi gadis penuh drama seperti dirinya?

Zahra menatap mata Andaru. “Maaf karena selalu jadi istri yang nyusahin,” ucap Zahra menatap manik mata hitam milik Andaru.

“Sssst.” Andaru menggeleng. “Jangan ngomong gitu, kamu nggak nyusahin kok, udah kewajiban aku sebagai suami ngejagain kamu,” jelas Andaru.

Kini Zahra yang mengeratkan pelukannya, di satu sisi dia merasa bersalah, namun di sisi lain Zahra juga merasa beruntung Allah hadirkan Andaru dalam hidupnya, sosok luar biasa yang memberi Zahra banyak pelajaran.

***

Pagi ini seperti biasa, Zahra mempersiapkan segala kebutuhan Andaru, dari mulai menyiapkan baju sekolahnya hingga makannya, Zahra bertingkah seperti biasa, namun ada yang aneh, Zahra banyak diam, biasanya pagi-pagi gadis itu akan mengomel, namun kali ini dia terus diam.

Andaru menggandeng tangannya menuju garasi.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Andaru, laki-laki itu menempelkan tangannya ke dahi Zahra  ingin memastikan suhu tubuh istrinya itu.

“Nggak apa-apa kok.” Zahra menurunkan tangan Andaru lantas tersenyum.

“Kalau nggak enak badan, apa kita libur aja?” tanya Andaru, kenapa kita? Karena Andaru mau menjaga Zahra jika memang Zahra sedang sakit.

“Nggak apa-apa Andaru, aku baik-baik aja kok,” kata Zahra masih dengan senyum tipisnya.

Andaru lantas mengangguk kemudian memasangkan helm ke kepala Zahra. Dia mengelus bahu Zahra lalu langsung naik ke atas motor. Zahra ikut naik ke atas motor. Di atas motor Andaru mengambil tangan Zahra kemudian memasukkannya ke dalam hoodie, pagi ini embun lumayan tebal, Andaru tak mau Zahra kedinginan.

Jadi sepanjangan perjalanan Zahra memeluk tubuh Andaru, berhenti di lampu merah, Andaru mengelus lutut Zahra, berusaha membuat gadis itu merasa hangat.

“Kamu kenapa sih?” tanya Zahra karena merasa ini sangat menggelikan.

“Aku takut kamu kedinginan,”  kata Andaru.

“Nggak kok, kan aku udah pake jaket,” ujar Zahra.

“Nggak apa-apa, biar semakin hangat.” Andaru bersikeras.

Jadi mereka begitu terus hingga sampai di sekolah, turun dari motor Andaru langsung mengambil tangan Zahra, dia terus menggandeng tangan Zahra hingga ke kelas gadis itu.

De Beste Imam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang