Teruntuk yang pernah patah

7 1 0
                                    

Aku paham rasanya jatuh sejatuh-jatuhnya.
Aku paham rasanya ingin memiliki orang lain tanpa karena.
Aku juga paham rasanya ketika beberapa harap, hanya berakhir di relung gelap.

Ketika kau mencintai seseorang, kau akan jatuh pada kemungkinan-kemungkinan yang tanpa sadar kau pilih untuk menguatkan usahamu, sekaligus melemahkan hatimu.

Lalu kau mulai yakin dalam gerak, seolah kau dan dia akan bersatu di tengah bentangan jarak.

Kau berpikir bahwa dia akan merasakan hal yang sama; "mau bersamamu di tengah dunia ini".
Tetapi, apa yang kita inginkan tidak selalu menjadi kenyataan.

Setelah kau cukup berusaha dengan segenap kekuatan, ia kemudan pergi setelah mengenalkanmu pada hal pahit bernama ‘penolakan’.
Lalu tanpa kau sadari, kepatahan hatimu memaksamu untuk melakukan penyangkalan.

Kau mulai bertanya-tanya mengapa ia tak mau menerima?
Kau mulai mencari tahu apa yang kurang dari dirimu?
Kau mulai mengingat kembali semua pengorbanan yang telah kau lakukan.
Sampai-sampai, setiap doamu seolah mendikte Tuhan agar kau dan dia dipersatukan.

Aku paham rasanya.

Aku pernah berada dalam fase itu beberapa bulan lalu dan mungkin ketika aku menulis ini.
Pada akhirnya, kita hanya perlu memahami bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita paksa.
Termasuk perihal seseorang yang kita cintai ingin bersama siapa.

Beberapa hati memang tidak bisa dipaksa luluh walau sudah disinggahi dengan jutaan peluh.

Jadi, tak ada gunanya mengeluh.
Kembalilah berjalan lagi; kembali mencari dan berharap akan dipertemukan dengan seseorang yang memang layak untuk diimbangi.

Jika kau sungguh mencintainya dan sudah berusaha yang terbaik untuk membahagiakannya, apa yang perlu disesalkan?

Bukankah ia yang rugi karena telah menolak seseorang yang datang dengan setulus perasaan?

Bersabarlah...

Kelak, kita yang saat ini dipatahkan pasti akan lebih layak untuk disandingkan..

Cianjur, 22 juni 2020
..✍

Aksara BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang