Aku tak lagi terduduk dengan cemas, curiga dan menyulut api cemburu, atau menanyakan waktu pada kesibukanmu.
Aku tak lagi berharap ada dikehidupanmu.
Aku tak lagi ingin membeli dan menanyakan berapa harga tanggal merah?
Aku tak peduli apapun kesibukanmu,
Tiada tanggal yang ingin ku tanyakan.Bukan benci yang menikam, tetapi hadirmu yang menyeretku dalam kelam.
Kau terlalu repot mengelak
Padahal dengannya, kau sudah menjalin cinta untuk suatu saat kelak.Kau terlalu repot berbaik hati,
Padahal dengannya, kau telah saling untuk menyayangi.Aku kalah,
Kau pembohong,
Kau tak pernah sibuk
Hatimu yang tak pernah terketuk.Kau pendusta,
Kau tak pernah tak punya waktu
Hatimu yang terisi sosok baru.Aku masih ingat suatu waktu kau menyambutku begitu hangat
Namun segala rasa yang kau beri hanya deretan angan yang begitu palsu dan sesaat.Kau dan aku seperti saling melengkapi
Aku menyanjungmu begitu dalam
Kau, memujiku seakan tak ada pria lain yang pernah dilahirkan.Namun, kau menjadi angkuh.
Bukan karyaku yang kau beri tanda seru, bukan pula setiaku yang meriuh haru.
Adalah satu lelaki, alasan awal semua cerita ini berhenti.Perih, nadiku berdenyut lirih
Kaulah poros kenapa rinduku bisa terisi, tetapi bukan aku yang kau jadikan alasan rasa berotasi.Aku termakan delusi,
Aku terlalu percaya diri
Kenangan kita sudah tak ada bedanya dengan dongeng menjelang tidur.Kau, tak lagi kubicarakan dengan tuhan
Terutama tentang kitaAku ingin lupa akan luka,
Hilang akan benci
Melepas genggaman, dan cinta
biar kubunuh pelan-pelan.Cianjur, 23Sep19
..✍
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Bersuara
Poesiakelak jika aku telah tiada Maka biarkan aksaraku bercerita Bahwa, pernah ada kisah yang luar biasa