Pada lubang-lubang aspal di sepanjang Jalan Sudirman..
Pada langit legam menjelang tengah malam..
Pada lampu merah di setiap perempatan..
Pada gerobak kacang rebus dikeramaian..
Pada harum sate dipinggir jalan yang kucium pekat aromanya..Pada dua ribu rupiah karcis masuk serta keluar dari area parkiran..
Juga pada sebuah sarapan pagi di minggu ketiga bulan Juli..Pada Khayal yang tewas terjegal..
Pada asa yang direnggut nestapa..
Serta pada Punah sebelum sempat jadi nyata..Puisiku yang tak sempat kurampungkan atas Ikhlas yang dipaksa takdirkan..
Kita kehilangan sapa,
tersesat dibawa tujuan entah ke mana?Kabar-kabar yang diculik manusia-manusia baru..
Manusia lama, makin usang dan nyaris hilang..
Hampir melupa nama dan bahkan jalan pulang..Perkenankanlah saya untuk senantiasa memanjatkan aamiin
Pada setiap do’a yang dipinta..
Perkenankanlah saya pada gubuk terakhir..
Tempat singgah dan berbenah..
Menetap pada sebuah rumah,dan matilah ..
Matilah di usia renta dalam pelukan seorang wanita baik-baik,
Yang ramah dan searah....
Altar jl.sudirman, 18-19 Juli 2020
..✍
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Bersuara
Poetrykelak jika aku telah tiada Maka biarkan aksaraku bercerita Bahwa, pernah ada kisah yang luar biasa