[24] Gelebah.

2.6K 384 180
                                    

Dua minggu telah berlalu sejak kejadian di Richeese Factory. Pulang-pulang, Mas Jongin yang sedang membaca koran di teras depan dan A' Sehun yang sedang menyirami bunga di halaman tergopoh-gopoh menghampiri Lisa yang berjalan dengan sedikit pincang kala itu. Kedua kakak laki-laki Lisa itu langsung membombardir Jungkook dengan pertanyaan-pertanyaan dan dijawab secara lengkap oleh Mingyu yang kala itu juga ikut mampir ke rumah keluarga Hariyanto.

Yah... pertolongan pertama yang dilakukan di rumah keluarga Mina sangatlah tepat dan saat itu juga di rumah keluarga Hariyanto, Lisa diperlakukan bak tuan putri oleh kakak-kakaknya.

Seperti sekarang, walaupun sebenarnya lukanya perlahan pulih, Lisa tetap saja pura-pura masih sedikit sakit, dia telah menyuruh Mas Jongin untuk memijat kakinya dan A' Sehun untuk menggantikannya mencuci piring.

Sehun membuka pintu kamar Lisa yang menampakkan sang pemilik kamar kini sedang mengerjakan tugas dibantu Jongin.

"Ngerodi apa sih?" tanya Sehun penasaran, ikut duduk lesehan di samping Jongin.

Jongin menunjukkan buku tugas Lisa, "Iki, matematikane si bocah iki," keluh Jongin yang sedang memeriksa latihan Integral Lisa. (Ini, matematikanya si anak ini.)

Lisa mengambil buku lks ekonominya di meja kemudian memberikannya ke Sehun yang menatapnya bingung. "Nah, Aa' kan anak akuntansi terus katanya anak kesayangan guru ekonomi, pasti Aa' ngerti ini," ucap Lisa, membuka halaman sub-bab tentang hitungan Teori Keuntungan Mutlak oleh Adam Smith.

Sehun langsung menggeleng dan mendorong buku itu kembali ke Lisa, "Henteu, uteuk Aa' geus hareudang," tolak Sehun mentah-mentah dengan bahasa Sunda. (Nggak, otak Aa' sudah panas.)

Lisa langsung merengut mendengarnya lalu mencoba mengadu ke Jongin. "Mas, iku Aa' cethil banget." (Mas, itu Aa' pelit banget.)

Sehun bingung mendengarnya, kosakata bahasa Jawa itu belum dia pernah dengar sebelumnya.

Jongin berdecak malas, "Wis wis, A'," keluh Jongin. "Dibantuan eta adik kowe, Sehun," suruh Jongin campur-campur. (Dibantuin itu adik kamu, Sehun.)

Sehun tetap menolak kukuh, "Teu!" (Nggak!)

Jongin yang mendengar itu langsung melirik Sehun tajam, "S-e-h-u-n," desisnya penuh penekanan.

Sehun menghela napas pasrah, "Heem," gumamnya asal-asalan, mengambil buku Lisa dengan kasar yang membuat si pemilik buku langsung berbahagia.

Lisa tersenyum girang melihat kakak-kakaknya yang juga ngerodi bersama, "Nah... kalau kayak gini kan cepet selesainya," ucap Lisa bahagia. "Punya kakak yang pinter matematika sama pinter ekonomi, berkah sekali hidupku astaga..." Lisa tersenyum-senyum sendiri sementara kakak-kakaknya mulai stress berkutat dengan hitung-hitungan.

Padahal Sehun kan akuntansi... Rata-rata mata kuliah dia juga pakai itung-itungan... :(

Ketiga saudara itu akhirnya telah menyelesaikan tugas Lisa setelah kurang lebih dua jam kemudian. Jongin dengan matematika Integral, Sehun dengan ekonomi hitungan Teori Keuntungan Mutlak, dan Lisa dengan geografi hitungan Dinamika Penduduk.

Wah...

Lisa menatap kakak-kakaknya dengan pandangan penuh prihatin. Terbesit di hatinya untuk membuatkan cemilan malam. "Siapa yang mau mie?" tawarnya menatap Jongin dan Sehun yang sudah tergelepar tak berdaya.

Mendengar kata mie, energi Jongin dan Sehun langsung meningkat 100%. Kedua laki-laki itu langsung mengangkat tangan mereka dengan semangat yang berapi-api.

"Ayam bawang!" - Jongin.

"Soto soto!" - Sehun.

Lisa mengangguk mengiyakan, "Ayo ke bawah aja lah. Temenin," suruh Lisa, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam hampir 12 malam.

sekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang