[28] Rencana & Bukti.

2.2K 374 46
                                    

Pintu ruangan terluar operasi dibuka oleh Dokter Woojin, dokter bedah umum yang tadi menangani Jungkook.

Jam 1.19 dini hari sebagian OSIS Inti masih menunggu di depan ruangan operasi. Ketika pintu dibuka mereka langsung mengerubungi dokter itu.

"Dokter! Bagaimana keadaan Jungkook, dokter?!" jerit Eunha, Yugyeom langsung merangkul pundak kecil Eunha dan menenangkannya.

"Eunha, tenanglah," bisik Yugyeom, menepuk-nepuk kecil pundak Eunha.

"Jungkook... dia selamat," ucap Dokter Woojin yang disambut helaan napas bahagia. "Tapi tadi dia di ruang operasi sempat mengalami syok hipovolemik tingkat 3," lanjutnya.

"Hah?" sontak Mingyu. "Apaan sih?"

Tolong ya, ini tuh udah jam 1 dan apaan tuh tadi hipolemik hipolemik, kerjaan dia tuh di kelas cuma ngitungin PPh 25 woy! Itupun remednya masih ngulang mulu.

*PPh 25 itu Pajak Penghasilan pribadi.

Mina menghela napasnya ketika mendengar pacarnya yang berisik itu, "Syok Hipovolemik itu kondisi gawat darurat yang disebabkan hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar," jelas Mina.

Mingyu tetap bingung, "Hah?"

Eunwoo jadi gedeg sendiri, "Intinya parah, Ming. Intinya tuh bisa menyebabkan kematian," jelas Eunwoo menjelaskan maksud Mina.

Mingyu hanya, "Oke. Terus, dok?"

Dokter Woojin hanya tersenyum canggung melihat mereka, "Sebenarnya tadi dia hampir table death, tekanan darahnya tadi sempat di 0, tapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Jungkook melanjutkan hidupnya di dunia ini," jelas Dokter Woojin.

Mina dan Yuju menutup mulutnya tidak percaya. Jungkook... hampir meninggal tadi?

"Terus sekarang kondisinya bagaimana, dok?" tanya Dokyeom sambil merengkuh punggung Yuju yang bergetar.

"Dia dalam kondisi yang sangat kritis, kami akan memindahkannya ke ICU untuk mengawasinya lebih dalam," ucap Dokter Woojin.

"Kalian pulanglah," suruh Dokter Woojin. "Kalian harus istirahat, besok Senin kalian sekolah kan? Tenangkan diri kalian."

Eunwoo mengangguk pelan, "Terima kasih, dokter," ucap Eunwoo.

Sang dokter itu hanya tersenyum ramah lalu menepuk pundak menguatkan dan pergi dari sana.

Pintu terluar ruang operasi terbuka dari dalam. Beberapa perawat dan dokter anestesi tadi mendorong bangkar Jungkook untuk dipindahkan ke ICU.

Jaehyun yang melihat itu dengan segera berdiri lalu menatap Lisa yang masih duduk, "Lis, itu Jeka. Nggak mau nyamperin?" tanya Jaehyun.

Lisa terdiam. "Gue hampir ngebunuh Jungkook, Jaehyun!" jeritnya tiba-tiba lalu menjambak rambutnya frustasi.

"Lisa, ini bukan salah lu," ucap Jaehyun menenangkan.

Lisa tetap menjambaki rambutnya, "Gue hampir ngebunuh Jungkook, Jaehyun... Gue pembunuh," racau Lisa.

"Lalisa! Jungkook nggak suka ya kalau lu ngomong kayak gitu!" bentak Jaehyun geram.

"Lu pulang sama gue, gue bakal bilang Mingyu sama Mina," ucap Jaehyun pelan lalu meninggalkan Lisa yang masih menangis, menghampiri Mingyu dan Mina.

"Mingyu," panggil Jaehyun.

Mingyu hanya berdehem sebagai respon.

"Ayo pulang. Kita juga butuh istirahat," ucap Jaehyun, dia merangkul pundak sahabatnya itu.

Mingyu hanya mengangguk. "Mina, ayo pulang," ucapnya kepada Mina.

Mina menatap Mingyu dengan pandangan tidak rela, "Tapi Jungkook?"

sekretarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang