Keep Cold

418 35 7
                                    

"Ell!"

"APA?!"

Mina terkejut mendengar balasanku. Maaf, tapi ini memang sudah menjadi tabiatku.

Aku dapat lihat bagaimana ia menelan ludahnya dengan susah saat berjalan mendekat kearahku.

Aku mengusap wajahku, bangkit dari posisi tidurku dibangku panjang didepan perpustakaan kampus; tempat favoritku.

Bukan untuk belajar, melainkan tidur siang. Ya, tempat sempurna untukku yang menyukai ketenangan.

Kalian tidak salah membaca, aku memang suka ketenangan, namun banyak yang berkata aku adalah orang yang berbicara dengan volume keras dan berwajah garang.

Terserahlah, yang penting aku tetap bisa tidur dengan tenang.

Kembali kepada si gadis Jepang bernama Mina. Wajahnya masih tegang seperti tadi. Dengan ragu ia maju mendekat kearahku.

"E-eh ini, mau kasih tau pembagian kelompok, ibu yang bagiin. Karna tadi lo gak masuk jadi ibu Irene ngasih ke gue daftarnya dan bagian perkelompok." Dia menyerahkan sebuah kertas kepadaku namun aku menolaknya.

"Bacain aja."

Ia kembali menelan ludahnya dengan susah payah. "Lo sekelompok sama Winwin, kalian ngerjain bagian desain iklan salah satu merk sneakers terkenal."

Aku mengerutkan dahi, "Siapa? Win?"

"Winwin"

"Winin?"

"Winwin, Ell."

"Wingin?"

"WINWIN" Suaranya meninggi.

"GAUSAH NGEGAS AMA GUE." Balasku tak kalah keras, lalu ia menghela nafas.

"Win,Win. W-I-N-W-I-N. Lo sekelompok sama dia. Tugasnya dikumpul besok."

Aku berdecak kasar. Dasar Irene. Tugas kelompok macam apa yang dikerjakan dalam sehari? Sinting.

"Winwin itu yang mana?"

Mina menggigit bibir bawahnya, "Lo tau cowok kurus tinggi putih yang selalu duduk didepan?"

"Gak tau."

Mina terlihat menahan amarahnya. "Oh iya lo kan jarang masuk." Aku membalasnya dengan pelototan. 

"Yaudah minta kontaknya."

Mina buru-buru mengirim kontaknya lalu lanjut berkata, "Pokoknya Winwin yang tinggi, putih, mata sipit, kurus, agak cengo, temenannya sama Jaehyun dkk. Dan..."

"Dan apa?"

Mimiknya berubah, "Katanya dia tuli dan bisu."

Irene sialan. 

Bagaimana mungkin aku bisa berkomunikasi dengan orang tuli? Berbicara dengan Mina saja sudah membuat emosiku terus naik. Terlebih lagi besok adalah pengumpulan tugas.

Tanpa menunggu aku langsung menghubungi kontak yang dikirimkan Mina.

Panggilanku terangkat.

"Halo? Winwin bukan?" tanyaku ketus. Namun tak ada jawaban selama beberapa detik.

Mungkin saat ini ia sedang terkejut mendengar suaraku yang terdengar seperti orang membentak.

Tunggu. Ia kan tuli? Bodoh. Untuk apa aku meneleponnya.

Dengan segera aku mematikan telepon dan langsung mengiriminya pesan dan berkata bahwa aku akan menunggunya di cafetaria kampus. Ia hanya membacanya.

NCT (One-Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang