Location Unknown

404 46 0
                                    

"Pasport udah?"

Aku menatapnya, lalu mengangguk pelan.

Ia tersenyum simpul memunculkan sedikit lesung pipinya.

"Maaf aku gak bisa anter ke bandara, nanti Rosé yang anter kamu." Kemudian Jaehyun memeriksa ponselnya, "Yuk aku anter, dia udah dibawah."

Aku menggeleng. "Gak usah, aku sendiri aja."

Ia terdiam sejenak, lalu mengangguk.

Aku segera menarik gagang koperku dan berjalan menuju pintu apartment ini. Sejenak, aku memperhatikan seisinya.

Kemudian melihat foto pernikahan yang tergeletak di lantai dengan posisi terbalik, sudah setahun berada dalam posisi yang sama.

'...And they live happilly ever after.'

Sejak kecil aku selalu percaya kalimat itu. Kalimat yang selalu diucapkan saat pangeran dan putrinya bertemu, saling mencinta dan hidup bahagia.

Tapi bagaimanapun itu hanya dongeng.

Dan hidupku jauh dari semua itu.

Pernikahan yang sudah kubangun selama 5 tahun, yang selalu kupertahankan.. semua sia-sia.

Aku tak tahu apa yang menjadi penyebab renggangnya hubunganku dengan Jaehyun.

Yang kutahu hanya egonya yang begitu tinggi.

5 tahun bukan waktu yang singkat, bagiku yang selalu memberikan seluruh energiku baginya.

Saat ia jatuh, ia bangkit, ia naik, ia bersinar, bahkan saat ia jatuh lagi. Tak ada pernah satu momen pun yang kulewatkan untuk hadir disisinya.

Mengesampingkan segala ego dan mimpiku demi menjadi penolong yang selalu hadir baginya.

Tapi tak pernah sekalipun ia hadir saat aku membutuhkannya.

Ia begitu sibuk dengan pekerjaannya.

Pedih rasanya mengingat setahun yang lalu saat ia mengabaikan panggilanku. Panggilan yang hanya kulakukan di saat tertentu, karena tak ingin mengganggu.

Tapi saat itu aku sangat membutuhkannya, saat dimana kandunganku melemah.

Saat aku membutuhkan pertolongan, ia tak hadir. Hingga akhirnya buah hati kami pergi bahkan sebelum hadir di dunia.

Sejak saat itu kami merenggang.

Aku sedih saat kehilangan bayiku, namun bagiku tak apa bila aku dan Jaehyun tetap bersama. Aku percaya kami bisa melewatkan semua waktu yang berat.

Tetapi ia tetap tak ada disisiku. Bahkan tak mengucapkan kata maaf atau mengungkapkan rasa cintanya padaku.

Sejak saat itu pula rasaku telah mati.

Ragaku tetap berada disisinya, tapi hatiku jauh darinya.

Dan saat ini, berpisah adalah jalan terbaik. Setidaknya bagiku dan bagi kesehatan jiwaku.

Bahkan saat terakhir inipun ia tak bisa hadir disisiku.

Aku menahan tangisku.

"Zoe..." panggilan pelan.

"Aku pergi ya." Pamitku, tanpa melihat wajahnya.

Aku takut.

Aku ragu.

Aku tak mau berubah pikiran.

Aku harus bisa mengesampingkan egoku.

Aku tahu ia pasti akan hidup dengan baik tanpaku.

NCT (One-Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang