You're Gonna Live Forever in Me

204 20 0
                                    

"Daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini..."

Dalam keadaan mata yang masih terpejam dan usaha untuk mengumpulkan kesadaran, Haechan ketawa kecil denger lagu yang diputer oleh Papanya di hari minggu pagi.

Dibalik jabatan yang tinggi, Papa Haechan memang penganut aliran dangdut garis keras.

Lagu ini dari Haechan kecil sampe sekarang di tingkat akhir kuliah masih aja jadi lagu yang ada di list teratas di ponsel Papanya. Haechan sampe hapal di menit ke berapa Meggy Z tarik napas.

Bedanya, akhir-akhir ini lagunya jadi harapan Haechan. 

Iya, dia lebih milih buat sakit gigi daripada patah hati. Sakit gigi bisa sembuh pake obat, tapi sakit hati gak ada obatnya.

Setelah satu tahun yang lalu putus, Haechan masih belum bisa lupa sama mantannya. Ryujin.

Semua kontak Ryujin udah gak ada lagi di ponsel Haechan. Tapi rasa yang dulu tetap masih ada. Dulu mereka satu SMA dan pacaran ketika lulus, tapi hubungannya cuma bertahan kurang dari tiga tahun.

Haechan bengong liat langit-langit kamarnya. Kalau dipikir-pikir alasan mereka putus itu sepele banget. Cuma karena Haechan gak bilang kalau dia mau naik gunung, tapi Ryujin marah besar.

"Kalo lu sayang dia, ya pertahanin lah goblok!!" kata teman-teman Haechan waktu dia cerita betapa sedihnya setelah putus.

"Gue gak bisa maksa."  balas Haechan, langsung ditanggepin dengan berbagai kata kotor dari teman-temannya. 

Mungkin mereka pikir cara menyayangi itu harus selalu maksa untuk pertahanin hubungan. Tapi menurut Haechan, Ryujin punya hak untuk minta pisah karena mungkin masalah itu emang betul-betul nyakitin hati Ryujin.

Sangking sayangnya sama Ryujin, Haechan gak bisa maksa Ryujin untuk tetap tinggal.

"Halah galau lagi kan, udah Papa bilang mending jogging sana. Gak liat itu perutmu udah kayak bapak-bapak anak 3? Ngalahin Papa besarnya." Tiba-tiba Papa Haechan udah ada di depan pintu kamarnya.

"Gak dulu." Haechan kembali nutup badannya dengan selimut. Belum ada lima detik, selimutnya di tarik paksa  dan langsung di bawa lari ke luar sama Papanya.

"CEPAT SANA OLAHRAGA KE LAPANGAN, PAPA UDAH PANASIN MOTOR KAMU TINGGAL GAS AJA."

Dengan semangat rendah, Haechan bangkit dan ganti baju sambil cuci muka dan sikat gigi. Lalu jalan gontai ke motor.

"Perasaan gue gak enak deh. Apa gak usah pergi aja ya? Pura-pura sakit perut kali ya?" Monolog Haechan sambil mainin poninya di hadapan kaca spion motor.

"Papa dengar." Ucap Papanya bikin Haechan kaget dan langsung ngidupin motor. "Kamu itu jauh-jauh dari luar kota pulang ke rumah kalo cuma buat tidur ya mending di kostmu aja."

"Iyeeeeee." Ketika Haechan udah siap pergi, tiba-tiba pundaknya ditepuk pelan. Haechan jadi nengok lagi ke Papanya.

"Inget lagu Elsa Frojen, Chan."

"Hah??"

"Let it go, nak. Kita mesti legowo, biarin dan izinin dia pergi dari hatimu."

Haechan ngegeleng pelan dan pamit. "Ada-ada aja."

Sesampainya di lapangan, Haechan peregangan sebentar sambil menikmati udara bebas. Walaupun keadaan lapangan saat ini rame banget, tapi Haechan masih punya ruang untuk bergerak bebas.

Setelahnya Haechan lari kecil sambil denger musik dari earbudnya. Di tengah-tengah playlist workout, lagu John Mayer terputar. Bikin suasanya hati Haechan sendu lagi.

NCT (One-Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang