Jaemin tidak tahu sudah berapa lama ayah Rosé menatapnya. Seperti tatapan hewan buas yang tidak ingin mangsanya kabur dari hadapannya."Jadi, siapa namamu tadi?" tanya Youngbae.
"Na-na Jaemin, Om," jawab Jaemin sedikit gugup.
"Kuliah di mana dan mengambil jurusan apa?"
"Saya satu kampus dengan Roseanne, Om. Untuk jurusan, saya mahasiswa kedokteran, Om."
"Kedokteran?" tanya Youngbae memastikan. Matanya memperhatikan tampilan Jaemin yang terlihat seperti orang berada.
Sepertinya memang mahasiswa kedokteran. Dari pakaian dan aksesoris mahal yang dikenakan olehnya.
"Alasan kamu apa sampai mau mengambil jurusan kedokteran?"
Jaemin menarik napasnya pelan. Menyamankan posisi duduknya. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh ayah Rosé masih seputar dirinya. Jaemin sedikit lebih percaya diri.
"Sebenarnya alasan klasik, Om. Kedua orangtua saya adalah dokter. Papa merupakan dokter ahli bedah. Sedangkan Mama, dia adalah dokter ahli penyakit dalam. Namun, Mama lebih prefer ke spesialis jantung," jelas Jaemin dan membuat Yongbae mengangguk mengerti.
"Pekerjaan orangtua kamu sangat mulia sekali menjadi seorang dokter. Terus kamu sendiri mau menjadi dokter apa?"
Jaemin terlihat ragu. Jawaban yang akan diberikan olehnya nanti pasti berada di gray area--jawaban mengambang--dan membuat dirinya tidak bernilai di mata ayah Rosé. Tetapi, perkataan ibunya selalu terngiang.
Jaemin. Apapun itu kamu harus selalu jujur. Walaupun jujur itu menyakitkan, tetapi itu lebih baik. Dari pada kamu berbohong untuk menyenangkan orang lain, tetapi pada akhirnya orang itu akan sakit saat mengetahuinya dari seseorang.
Jaemin menarik napasnya dan mengembuskannya dengan pelan. Ia harus menjawab dengan apa adanya.
"Sebagai seorang anak tunggal, saya berada di dalam posisi di mana saya harus memilih di antara profesi kedua orangtua saya, Om."
Dulu Mama selalu mengatakan, kalau saya berhak memilih untuk menjadi apa saja saya saat besar nanti."
"Sedangkan Papa, lebih prefer untuk memilih salah satu di antara menjadi seorang ahli bedah, atau seorang ahli penyakit dalam, sesuai keinginan keluarga."
"Tetapi, Papa saya tetap menyerahkan semua keputusan itu di tangan saya sendiri, Om."
"Bila, ditanya apa yang saya inginkan. Maka saya akan menjawab dalam sisi Mama."
"Tapi, kalau ditanya perihal martabat keluarga, saya akan menjawab dalam sisi Papa."
Jaemin tersenyum di akhir penjelasannya. Matanya tertutup dan menarik napas. Membuka kembali matanya memfokuskan seluruh atensinya kepada ayah Rosé.
"Jadi, kamu masih belum tahu mau menjadi apa?" tanya Youngbae yang hanya dijawab anggukan pelan oleh Jaemin.
"Kalau begitu, bagaimana saya bisa yakin kamu adalah yang terbaik buat anak saya? Memilih jalan hidup saja kamu masih belum bisa. Mau di bawa ke mana anak saya nanti?"
Jaemin menarik napasnya lagi. Pikirannya harus tenang, agar setiap jawaban yang ia katakan tetap memiliki nilai.
"Saya akui, perkataan Om benar. Saya masih belum layak dengan Roseanne saat ini. Tetapi, perjalanan hidup saya masih cukup panjang, Om."
"Mungkin terdengar seperti saya yang masih mencari jati diri. Tetapi, saat ini. Saya berada di sebuah jalan yang harus saya pilih."
"Bila Om bertanya mana jalan yang saya pilih, saya akan mengatakan untuk saat ini saya masih memikirkannya. Tapi, hanya ada satu jalan yang bisa saya ambil untuk bisa bersama Roseanne."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 2 ✅
FanfictionAku & Kamu Book 2: Pendekatan Sepulang dari liburan di Bali, Jaemin mendapatkan lampu hijau untuk lebih dekat dengan Rose. Meyakinkan Rose mengenai perasaannya. Namun, siapa sangka bila Jaemin harus bertemu Park Yongbae, ayah Rose di hari pertama me...