14. Maukah Kamu Menunggu?

710 117 13
                                    


Setelah melihat Rosé yang berada di seberang tempat bekerja sambilannya. Jaemin segera berpamitan untuk pulang. Jam kerjanya sudah selesai sejak tiga puluh menit lalu. Dan karena belom mendapatkan kabar dari Rosé, ia memilih untuk tetap berada di tempat kerja sambilannya.

Jaemin cukup terkejut saat kedua matanya bertemu langsung dengan Rosé, walau jarak di antara keduanya cukup jauh. Setelah melepas apron yang dikenakan olehnya, Jaemin meraih tas miliknya dan berlalu menuju restoran di mana Rosé, Lisa dan seorang laki-laki.

"Roseanne," panggil Jaemin. Matanya melirik ke arah Lisa dan terkejut saat melihat salah satu sahabatnya ada di sana.

"Renjun?"

"Sudah selesai dengan bekerja sambilan lo?" tanya Renjun yang hanya diangguki oleh Jaemin.

"Kok kamu enggak bilang kalau di mall ini juga, Roseanne?" tanya Jaemin yang mengambil tempat duduk di depan Rosé.

"Kamu sendiri yang bilang buat ngabarin di mana, kalau udah selesai shopping sama Lisa," jawan Rosé.

"Oh iya-iya. Aku lupa," balas Jaemin yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Malu karena lupa.

"Jadi," Rosé menopang dagungnya dan menatap intens ke arah Jaemin. "apa yang dilakukan seorang Na Jaemin di tempat penitipan anak?"

"Aku hanya bekerja sambilan, tetapi bukan uangnya yang aku cari. Untuk menjadi dokter anak, aku harus bisa tahu bagaimana sifat anak-anak pada umumnya," jawab Jaemin dengan berbohong.

Rosé menghela napasnya. Mungkim Jaemin memang membutuhkan waktu untuk jujur. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah bersabar.

Jaemin mengalihkan perhatian Renjun yang sedang makan. "Nanti mau sekalian gue antar pulang, Ren? Kebetulan gue nanti antar Lisa pulang, sebelum ke rumah Roseanne."

Renjun menggeleng. "Enggak usah," tolak Renjun.

"Biar nanti gue yang antar Lisa pulang. Lo pulang berdua saja sama Rosé," lanjut Renjun yang mengabaikan Lisa yang menatapnya ingin protes.

"Lo nganter gue pulang? Pakai apaan? Taksi? Mending gue pulang sendiri, Ren," tolak Lisa.

"Gue udah hubungin supir keluarga gue buat jemput gue di sini," balas Renjun yang masih menikmati makanannya.

Lisa membentuk tanda silang dengan kedua tangannya di depan dada. Menolak ajakan Renjun. "Gue minta jemput Bambam aja."

"Lo enggak kasihan sama pacar lo? Rumah lo sama dia itu berlawanan arah, kan? Mending sama gue yang searah sama lo," kata Renjun.

Rosé menyikut lengan Lisa. "Benar kata Renjun. Bambam sama lo itu beda arah, mending lo bareng sama Renjun yang memang searah."

Lisa memberikan tatapan gue mau pulang di antar sama pangeran jurusan kedokteran, Rosé. Tetapi, seakan mengerti arti tatapan itu, Rosé menggeleng cepat.

"Rumah lo sama gue itu beda arahnya jauh banget Lisa. Kasihan juga Jaemin kalau harus muter-muteri."

Lisa mencebik kesal. "Gagal sudah di antar sama Pangeran Jurusan Kedokteran."

"Pangeran Jurusan Kedokteran? Siapa?" tanya Jaemin bingung.

Renjun yang mendengar itu hanya menepuk keningnya pelan saat mendengar pertanyaan polos Jaemin. Pasti dia bakal mikir itu Jeno.

"Jeno? Lah! Yang ada lo diamuk sama Jennie, Lis," kata Jaemin kemudian.

Kan benar yang gue bilang. Kalau dia mengira itu Jeno, batin Renjun menggeleng.

Lisa yang mendengar itu hanya menganga tidak percaya dengan perkataan Jaemin. Dia emang enggak tahu, kalau dapat julukan itu di kampus apa, ya?

Sedang Rosé, ia hanya menggeleng menahan tawanya. Jaemin terkadang memang terlihat begitu polos di matanya.

"Bukan siapa-siapa, Jaemin. Abaikan aja perkataan Lisa. Dia memang suka asal ngomong," ujar Rosé menunjuk ke arah Lisa.

"Sembarangan!" kesal Lisa.

Setelah memakan waktu hampir tiga puluh menit untuk menghabiskan makanan masing-masing dan kepergian Renjun dan Lisa. Jaemin menutup matanya sebentar. Memusatkan perhatiannya kepada perempuan yang mencuri hatinya itu, sebelum memanggilnya.

"Roseanne."

"Iya, Jaemin."

Jaemin terlihat ragu. Namun, pada akhirnya ia kembali memusatkan perhatiannya kepada Rosé.

"Renjun cerita apa aja sama kamu?" tanya Jaemin.

"Cerita? Cerita apa?" tanya Rosé balik seakan memancing Jaemin untuk bercerita. Dan laki-laki itu paham ke mana arah bicara Rosé nantinya.

Jaemin sudah tahu bagaimana sosok Renjun. Terkadang, sahabatnya itu seperti Haechan yang suka membuka rahasia orang. Namun, Renjun lebih kepada memberikan suatu clue kepada lawan bicaranya. Dan Jaemin sangat yakin, bila Renjun akan mengatakan itu.

"Setelah aku menjawab pertanyaanmu tadi, aku melihat kamu menghela napas. Jadi, aku tahu pasti Renjun bercerita mengenai hal itu, kan, Roseanne?"

"Hal itu?" tantang Rosé. Jiwanya sebagai seorang pengacara kembali muncul untuk menarik lawan bicara bercerita.

"Wait. Tunggu aku selesai bicara," ucap Jaemin yang langsung diangguki oleh Rosé.

Kali ini, Jaemin yang menghela napasnya. "Aku minta maaf," katanya yang membuat Rosé bingung.

"Aku minta maaf, karena sudah berbohong soal jawabanku tadi. Aku punya alasan lain kenapa aku bekerja sambilan di sana," lanjut Jaemin yang menundukkan kepalanya.

"Dan alasan ini belum bisa aku katakan sekarang, Roseanne. Aku akan mengatakannya saat aku yakin, kalau aku bisa memanjat tembok yang kamu bangun itu," kata Jaemin.

Rosé menarik napasnya. Kamu sudah hampir sampai puncak, Jaem. Jangan karena semua ini, kamu membuatku semakin meninggikan tembok yang aku bangun.

"Kenapa? Kenapa aku harus menunggu?

Jaemin menggigit bibir bawahnya. "Aku mungkin sedikit egois. Tetapi, kamu tahu kalau aku begitu menyayangimu, Roseanne. Aku hanya ingin mencari waktu yang tepat, karena aku rasa alasanku akan membuatmu berpikir ulang untuk menerimaku," jelas Jaemin.

"Memikirkannya lagi? Maksud kamu apa, Jaem?" tanya Rosé bingung.

"Satu hal yang harus kamu, Roseanne. Sebagaimanapun rintangannya aku akan tetap mempertahankanmu," kata Jaemin dengan serius, mengabaikan pertanyaan Rosé

"Jadi, maukah kamu menunggu? Aku hanya ingin berusaha sekuat tenagaku untu memanjat tembok yang kamu bangun, Roseanne. Dan membuatmu tidak bisa menolakku, karena alasan itu." Senyum Jaemin.

"Karena aku ingin membuat kamu menerimaku dengan melihat bagaimana usahaku dan meyakinkanmu, kalau alasan yang selama ini aku simpan bukanlah rintangan yang harus kita takuti. Semua itu aku lakukan karena aku sangat serius denganmu, Roseanne."

Perasaan Rosé menghangat hanya karena mendengar perkataan Jaemin. Walaupun masih ada rasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Jaemin. Tetapi, Rosé menepis semua pikiran itu dan memilih untuk percaya dengan Jaemin.

"Baiklah. Aku akan menunggu," balas Rosé yang langsung mendapatkan sebuah senyuman dari Jaemin.

"Aku bayar dulu makanan kalian. Setelah ini kita langsung pulang, ya? Soalnya aku belum ijin sama Papamu, Roseanne," kata Jaemin yang berdiri dan mendekat ke arah Rosé.

"Kalau aku nekat bawa kamu pulang malam, yang ada aku diinterogasi lagi sama Papa kamu."

***

July 3rd, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 2 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang