7. Interogasi Malam-malam

846 136 19
                                    

Youngbae duduk diam di ruang keluarga. Melihat jam antik yang kini menunjukkan pukul sembilan malam. Sorot matanya sejak tadi memandang lurus ke arah ruang tamu berada. Menunggu anak gadisnya pulang.

"Sudah jam sembilan lewat lima belas menit, tapi belum juga pulang," gerutu Youngbae.

Suasana hening, membuat telinga Youngbae dapat menangkap suara pintu yang terbuka. Suara langkah yang semakin dekat ke arahnya dan sosok Rosé muncul dari arah ruang tamu berada.

"Sudah pulang?" tanya Youngbae basa-basi.

Rosé hanya melirik malas. "Kalau belum pulang, Rosé mana mungkin ada di depan Papa sekarang."

Youngbae mengangguk. "Jadi, bagaimana kencanmu dengan laki-laki bernama Jemin tadi? Seru? Asik?"

"Papa," panggil Rosé dengan malas.

"Namanya Jaemin, Na Jaemin. Bukan Jemin," koreksi Rosé yang duduk di sofa panjang sebelah sofa single yang diduduki oleh Youngbae.

"Whatever," balas Youngbae tidak minat dan berhasil membuat Rosé berdecak kesal.

Rosé mendengus kasar, memilih menaruh tas jinjingnya di atas meja kaca. Melepas sepatu heels dan meletakkan di samping kakinya. 

"Kencan Rosé berjalan dengan lancar. Dan Rosé juga mau mengucapkan terima kasih kepada Papa."

"Terima kasih karena mengizinkanmu untuk kencan bersama Jemin?"

Rosé mengembuskan napasnya pelan. Ia pikir, telinga ayahnya harus dibersihkan agar tidak salah mendengar nama orang lagi.

"Jaemin, Papa! Jaemin! Bukan Jemin, tapi Jaemin!" ulang Rosé dengan kesal.

"Dan." Kedua mata Rosé langsung mendelik tidak suka ke arah ayahnya. "Rosé bukan berterima kasih karena Papa mengizinkan kencan. Tetapi, karena Papa sudah menginterogasi Jaemin sebelum berangkat."

"Dia cerita sama kamu?" tany Youngbae penasaran.

"Rosé yang memaksanya bercerita. Bisa-bisanya Papa nanya hal-hal kayak gitu ke Jaemin. Memangnya salah kalau Jaemin jadi dokter anak? Enggak, kan? Jangan diremehin kayak gitu. Rosé tahu impiannya tidak sebanding dengan kedua orangtuanya, tetapi itu impiannya, Pa."

Youbae menarik napasnya dalam-dalam. Kalau bukan karena permintaan laki-laki bermama Jaemin itu. Papa sudah balas perkataanmu itu, Sayang.

"Papa kalau penasaran sama Jaemin lebih lanjut, tanya aja sama Om Jiyong. Minta kontak mantan pacar sekaligus sahabatnya Om Jiyong." Rosé melipat kedua tangannya di dada. Pundung Rosé sama ayahnya.

Bisa-bisanya Papa nanya soal itu. Kalau Jaemin mikir keluarga gue lihat status pekerjaan di keluarganya, gimana? Papa ... Papa ... ada-ada aja, sih!

Youbae tampak berpikir. Tidak mengerti dengan perkataan anak perempuannya yang membawa nama sahabat dan juga mantan pacar dari sahabatnya itu.

"Maksud kamu apa, Sayang? Kenapa bawa-bawa Om Jiyong? Memangnya Om kamu kenal sama Jaemin?" tanya Youngbae penasaran.

"Papa enggak ngerti sama kata-kata Rosé? Gini, deh, gampangnya. Mamanya Jaemin itu mantan pacar sekaligus sahabatnya Om Jiyong," jelas Rosé.

Youngbae memiringkan kepalanya. Mengingat-ngingat jaman sekolah dan kuliah. Mengabsen setiap nama mantan Jiyong yang dikenal olehnya. Tapi, hasilnya nihil. Tidak ada satupun yang diingat olehnya.

"Siapa mantan kekasih Om Jiyong yang juga sahabatnya? Setahu Papa enggak ada, Sayang."

"Ya emang Rosé tahu nama Mamanya Jaemin? Ke rumahnya aja belum," balas Rosé jutek.

"Rosé kira, Papa juga bertanya seenaknya sama Jaemin, kan? Buat Jaemin sedikit enggak nyaman tadi."

Youngbae mengusap wajahnya kasar. Anak keduanya ini benar-benar perpaduan dirinya dan Hyorin. Bertanya terus-terusan hingga mendapatkan jawaban yang pasti seperti dirinya. Dan menyudutkan seseorang seperti Hyorin.

"Lain kali, Papa tuh kalau nanya yang benar dikit. Kalau Jaemin nilai keluarga kita hanya dari status pekerjaan di keluarganya gimana? Tahu, enggak, pertanyaan Papa tadi itu bikin Rosé kesal. Apalagi soal impian Jaemin, pakai merendahkan segala lagi."

"Rosé pokoknya kesal sama Papa. Udah, ah. Rosé capek. Mau tidur."

Rosé berlalu menuju lantai dua dengan membawa tas dan sepatu heels miliknya. Meninggalkan Youngbae dengan muka bingungnya.

"Baru lolos tahap pertama aja udah nyusahin gue. Pakai segala bilang rahasia mau jadi dokter apa." Youngbae mengusap wajahnya kasar.

"Tapi tadi Rosé bilang mantan pacar Jiyong yang jadi sahabat. Bocah itu bilang Mamanya adalah dokter."

Youngbae kembali berpikir. Mengingat-ngingat mantan Jiyong yang bercita-cita menjadi dokter atau mahasiswa kedokteran.

"Ah! Dia anaknya Yoona?!" seru Youngbae saat berhasil mengingat satu nama. "Pantas wajahnya enggak asing. Anaknya Yoona ternyata."

Senyum Youngbae semakin merekah. "Boleh juga dapet anaknya Yoona. Kalau itu bocah macam-macam sama anak gadis gue, tinggal gue laporin aja ke Yoona. Harus kasih tahu Mama informasi penting ini."

***

June 21st, 2020

Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 2 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang