Jeno

3.8K 245 5
                                    

(Bahasa acak banget dan lokal)

Jeno - Jumantara Pradipta
Chenle - Chiko Atmajaya

..... Keep voting!

Tara mematut dirinya di depan cermin. Sisa malam ini akan ia habiskan bersama teman-temannya. Mereka akan pergi mencari pengganjal perut untuk nanti malam. Belajar tanpa camilan bagi mereka belum belajar namanya.

"Tara, ayo buruan!" celetuk Maher dari arah pintu. Menunggu Tara keluar agar segera mengunci pintu kamar.

Tara sudah siap dengan dompet dan ponsel yang ia tenteng. Maher lekas mengunci pintu, berjalan beriringan dengan teman sekaligus adik kelasnya. Mereka berjalan ke arah kumpulan remaja yang berjongkok dekat tiang listrik.

"Ayo keburu tutup wartegnya, udah malem banget ini."

"Ya elah si Harris ga sadar apa ya, mana ada warteg jam 11.30 masih buka."

Jhony sebagai guru pendamping hanya menggeleng melihat pertengkaran Harris dan Surya. Berakhir keduanya dijauhkan oleh Tirta dan Jefri.

"Kalian kalem dikit dong, masa iya Maher sama Tara doang yang kalem." ujar Tony membuat keduanya menatap sinis ke arah dua pemuda yang disebutkan namanya.

"Mmm... Jadi beli cemilan kan? Udah laper soalnya" Tara tersenyum kikuk setelah melontarkan pertanyaannya.

"Ayo lah, deket dari alun-alun kan ini? Ga perlu pesen ojek kan?"

"Jalan doang, paling sekitar 10 menit langsung masuk area makan-makan kok."

Mereka beranjak dari area parkir hotel. Berjalan ke pusat ramainya malam di tengah kota. Melontarkan beragam candaan untuk memecah sepinya malam.

"Udah ngasih kabar Chiko? Jangan sampai lupa, ntar putus nanggis tujuh bulan tujuh tahun."

Tara menatap Maher dengan matanya yang mulai mengantuk. Ia mengangguk sebagai jawaban. Tak ingin hubungannya kandas hanya karena masalah sepele, seperti bertukar kabar. Menurutnya itu penting agar kekasihnya tak khawatir dan curiga.

"Udah tadi sekalian narik duit buat jajan. Disuruh hati-hati sekalian beli oleh-oleh."

"Hmm...Chiko kebiasaan banget, minta oleh-oleh apa?"

"Kaget ya kita Ris, bisa-bisanya asal nyeletuk. Coba kalo kita kira setan, udah kita tinggal kabur."

"Jahat banget Maher sama pacar sendiri. Jangan ditiru Tar, ntar hubunganmu kandas sama Chiko."

"Ya janganlah, perjuangan dari awal dianggap tukang parkir sekolah sampai akhirnya kenal dan jadian butuh waktu lama banget. Masa iya baru jadian udah putus gitu aja."

Maher merangkul keduanya dan tertawa. Tara yang tau apa niat terselubung dari Maher segera menghindar. Berakhir Harris dijitak oleh Maher.

"Woe bercanda mulu, makan sini aja ya sekalian, mau kan?"

Semuanya mengangguk setuju dengan usulan Jefri. Bisa-bisa mereka tidak mendapat jatah makan jika tidak setuju. Sebab Jefri adalah guru pendamping yang bertugas dibagian konsumsi.

Mereka makan dengan diselinggi candaan juga kritikan terhadap pihak sekolah. Nayuta sangat aktif mengkritik tentang kebijakan baru yang tentunya disambut panas oleh Harris. Tara makan dengan senyap dan terkekeh seperlunya. Peka terhadap anak didiknya Tirta menoel bahu Tara.

"Kalau kangen si Chiko coba telfon, ngelihat lu diem begini asline rasanya aneh banget, walaupun emang lu anak yang ga banyak omong kayak Harris."

Ting!

Senyum Tara mengembang, Chiko mengiriminya pesan terlebih dahulu. Menanyakan tentang harinya.

𝔸𝕥𝕥𝕖𝕟𝕥𝕚𝕠𝕟 𝔽𝕠𝕣 ℂ𝕙𝕖𝕟𝕝𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang