Haechan (Lokal)

1.4K 153 25
                                    

Ketagihan buat cerita lokal, mohon maaf kalau selama ini ceritanya garing dan ga bikin baper.

.
.
.
.
Haechan - Harris Wardana
(Harris)
Chenle - Chiko Atmajaya
(Chiko)
.
.
.
.

Siapa yang tidak mengenal Harris Wardana. Seorang anggota osis dengan jabatan bendahara yang bermulut pedas. Selain itu ia juga menjabat bendahara di kelas 11 Ips 3. Julukkan preman pemalak sudah melekat pada dirinya sejak kelas 10.

"Ebuset ini duit Rp10.000 ilang kemana coba! Bisa gawat ini kalau ada yang nyipet." Harris mulai kebingunggan mencari sisa uang untuk acara sabtu hijau.

"Ris, udah makan belom? Dicari Chiko noh." Juna masuk dengan dokumen ditangannya, perhatiannya tidak tertuju pada Harris sama sekali.

"Suruh makan duluan, ini duit ada yang ilang." Harris masih mondar-mandir mencari hilangnya uang.

Juna yang mendengar adanya uang hilang ikutan kaget dan bingung. Tujuannya sekarang menemukan uang tersebut. Dengan tergesa ia ikut mencari uang tersebut, walaupun tidak tau berapa nominal yang harus ia cari.

"Lu taroh dimana tadi wailah, auto digantung depan ruang kepsek mampus lu."

"Ya tadi ada di atas buku, bantuin dong, bukan malah makin bikin anak orang kejer."

Tara dan Aldi yang baru masuk ruangan osis dibuat bingung dengan kedua temannya. Hendak bertanya tapi, takut dengan aura mencekam dari Harris. Bisa-bisa mereka yang kena omelan maut si preman pemalak.

"Lu berdua bantuin, jangan cosplay jadi patung pancoran depan pintu!"

Sudah mereka duga, Harris yang serius memang sangat menyeramkan. Berakhirlah mereka berempat mencari barang yang hilang. Ruang osis berubah menjadi kapal pecah, setelah diobrak-abrik oleh mereka.

"Bentar deh, ini nyari apaan sih?"

Aldi yang baru sadar bertanya pada ketiga kawannya. Juna yang hendak menjawab, terpotong oleh penjelasan Harris.

"Nyari duit Rp10.000 tadi ada di atas buku. Lu liat ga?"

Tara yang membenarkan letak kaca matanya seolah tersadar. Ia memiringkan kepala sambil melempar pertanyaan untuk Harris.

"Duit diatas buku utang? Yang lecek itu? Bau kunyit?"

Harris menunjuk dengan tampang serius. Mengira Tara sangat jago menebak seperti cenayang.

"Nah itu, lu tau?"

"Kan tadi dipake buat lunasin duit poster yang kurang, orang lu sendiri yang ngasih ke kita berdua."

Juna dan Aldi hanya diam, takut menyela dan malah mereka yang harus mengganti uang tersebut. Baru sadar setelah sekian lamanya, Harris mengingat jika yang dikatakan Tara memanglah benar.

"Eh iya lupa belum dicatet sih, maaf deh ya, maklumin orang ganteng suka puyeng gegara duit."

Melihat teman seumurannya menghela nafas berat, Harris berinisiatif mentraktir mereka es teh dan semangkuk batagor. Dengan senang hati diangguki oleh ketiga temannya. Gratisan tidak boleh dilewatkan.

"Lain kali, dicatet dulu kek baru duitnya serahin. Kalo sampai kejadian lagi, gua gantung di depan pager." Juna dengan tampang serius mengancam Harris.

"Duduk sebangku ama Chiko ya?"

Belum disetujui oleh temannya, Harris sudah melangkah meninggalkan mereka.

"Chiko kok diem aja? Makanannya dingin lho, mu dipeseinin lagi?"

Chiko yang melamun langsung tersadar, ia menggeleng. Menyadari teman Harris ia berusaha tersenyum ramah.

𝔸𝕥𝕥𝕖𝕟𝕥𝕚𝕠𝕟 𝔽𝕠𝕣 ℂ𝕙𝕖𝕟𝕝𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang