Haechan x Chenle

1.5K 158 25
                                    

Tetiba kangen nulis di book ini, dan tetiba muncul ide. Maaf ya ga bakal panjang, aku usaha biar ceritanya manis.

.
.

.
.
.
Sebenernya bingung, aku pengen banget buat lokal, dan kalau lokal biasanya aku pakai nama Indonesia tapi, kemarin ada yang bilang susah buat inget nama mereka.

Tolong kasih saran ya, enaknya gimana kalau buat lokalan. Terima kasih
.
.
.

Chenle merasa energinya telah habis terkuras. Sangat panjang dan melelahkan hari ini. Suasana hatinya yang muram didukung langit yang tertutup kelabu. Percikan air menerpa seluruh permukaan bumi. Manusia yang awalnya berjalan santai mulai berlari menepi agar terhindar dari kebasahan.

"Kurang buruk apalahi hari ini, ayolah kurang sebentar lagi sampai rumah tapi malah hujan." rintih Chenle yang mulai kesal dengan gerimis yang menjadi hujan deras.

Tak lama menunggu bus transjakarta baru saja hadir, tak menyiakan kesempatan, Chenle langsung masuk. Beruntungnya bus dalam jeadaan renggang. Namun AC yang terlalu kencang membuat Chenle kedinginan.

.....

"Bentar gan, ini tunangan gue belum balik. Ijin nelfon dulu ya." Haechan yang sedang melakukan siaran langsung harus merasa cemas. Seharusnya Chenle sudah pulang beberapa menit lalu namun, sampai sekarang belum juga terlihat wajah rupawannya.

"E buset kaga diangkat, ni bocah kemana sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"E buset kaga diangkat, ni bocah kemana sih." berulang kali gamer kesayangan netizen mendial nomor telfon tunangannya.  hal tersebut membuat wajah cemasnya semakin ketara dqn terpampang jelas pada layar komputer.

Klik!

"Aku pulang." Chenle mengucapkan dengan nada lemah dan sedih.

Haechan langsung berlari dan melempar ponselnya begitu saja, bodo amat dengan ponsel, bisa beli lagi. Kalau tunangan seperfect Chenle belum tentu bisa dicari lagi.

"Kok pulangnya telat? Nah lho basah, kan tadi udah dibilang bawa bawung lipat. Kok nggak nelfon kan bisa jemput." cerewetnya Haechan menjadi satu hal yang Chenle rindukan dari rumah. Bukannya menjawab, Chenle malah menangis dan memeluk Haechan.

"Lho...lho...lho kenapa? Ada yang gangguin kamu? Mau cerita apa mau dipeluk? Ganti dulu ya, bajunya basah nanti sakit. Ayo ganti dulu."

Chenle bergegas masuk kamar dan berganti baju. Haechan mengepel lantai yang basah akibat Chenle. Tak lupa memasak air dan membuat seteko hangat teh melati kesukan Chenle.

"Maaf ya lama ninggalin, oke bahas apa tadi? Buset kenapa kalian pada muji gue. Gini ya, ini rumah kita, artinya ya gue sama Chenle punya kewajiban yang sama buat jaga dan bersihin rumah." Haechan menggeleng saat melihat banyak orang memuji dirinya lantaran hal sederhana.

"Gini lho, gue mau tunangan sama Chenle ya karena gue sayang dia. Bukan punya tujuan buat jadiin dia babu. Kita bagi tugas. Chenle di dapur sama bagian pakaian. Gue ada dibagian nyapu, ngepel dan lap barang rumah. Kita semua punya andil yang sama. Jadi tolong lah mindset kalian tentang, pasangan kita yang cewek atau mungkin yang ambil peran cewek kalau kalian sama kek gue, itu tolong diperlakukan kek orang yang punya hati dan bukan babu. Itu mindset tergila yang selalu turun temurun."

Saat Haechan menyampaikam opininya, Chenle sudah berganti pakaian dan mengeringkan rambutnya. Memeluk leher Haechan dari belakang dan mencium pipi tembam Haechan .

"Hi, duduk situ gih, kursinya tarik aja atau mau dipangku aja?"

"Ga usah modus ya, inget followers kamu banyak bocil ntar ditiru malah rusak moral mereka." ketus Chenle.

"Ya kan moral mereka udah tergerus tipis kebanyakan nonton gosip, nontonin apa lagi tu sinetron balapan.  Jatohnya makin rusak moral anak bangsa. Coba kayak kita dulu. Nonton paling ya Spacetoon, Ninja Hatori, Popeye atau animasi yang lain dengan tujuan asli menghibur."

"Udah tu ditungguin, mau lanjutin siaran apa enggak?"

"Nih ditanya, "kak kalau misalkan cewek apa perlu banget sekolah tinggi-tinggi kan nanti ujungnya masuk dapur juga?" nah jawab gih."

"Gini ya, seorang anak memiliki kecerdasan yang diturunkan ibunya. Kalaupun kamu ga mau sekolah tinggi-tinggi setidaknya harus berwawasan biar besok anaknya ga gmpang dirusak moral dan kelakuaannya baik." Chenle menjelaskan dengan penuturan tyang tenang dan kalem. Sementara Haechan mengunyah takoyaki yang dipesan setelah Chenle pulang.

"Anak itu kan meniru orang tuanya. Kalau bisa ya sedini mungkin diberi arahan yang baik, kasih contoh yang bener. Jangan dikasih sinetron mulu, ntar giliran hamil duluan baru anaknya disalahin."

"Haechan ih muncrat nih! Ga usah ngegas." Chenle mengambil tisu dan membersihkan layar laptop.

"Ya maaf, abisnya kesel. Tau lah besok ayo bikin konten "komen salty buat mindset aneh dan ga masuk akal" kita undang sekalian Jaemin ama Si kudanil."

Dan begitulah seterusnya siaran mereka yang berargumen dengan netijen.

End

𝔸𝕥𝕥𝕖𝕟𝕥𝕚𝕠𝕟 𝔽𝕠𝕣 ℂ𝕙𝕖𝕟𝕝𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang