Jaemin

2.4K 251 16
                                    

Baik Jaemin ataupun Chenle menyukai games online. Bahkan sering sekali bermain bersama. Jeno terkadang iri dengan sepasang kekasih dihadapannya. Ingin mengajak Renjun pun pasti berakhir ia bermain sendiri.

"Gua pulang, ogah jadi nyamuk."

Dengan sewot Jaemin menjawab Jeno. Chenle bahkan menggeleng tidak memaklumi sifat kekasihnya itu. Terkadang sangat peduli pada Jeno tapi lain waktu seperti musuh bebuyutan.

"Pulang sono! Yang minta lu disini saha!"

"Awas lu minta contekan fisika, gua lempar dari atas aula."

Jeno memakai jaket yang terlampir apik pada kursi. Chenle menahan lengan Jeno sebelum beranjak jauh dari kursi. Jaemin yang melihat adegan romantis tentu saja cemburu. Yang berstatus sebagai kekasih Jaemin tapi drama dihadapannya terlihat seperti Jeno kekasih Chenle.

"Heee... Udah itu ga usah lama-lama megang si Jeno. Kasian ntar dia pusing, muntah, ingusan, diare dan mag."

"Mending dengerin saran gua yang kemaren deh Le, Jisung jauh lebih berotak daripada Jaemin. Putusin sekarang daripada nyesel."

"Heh papan tulis mata segaris diem aja deh, mending urusin si kudanil kurang gizi noh. Masa iya masih menelin pacar gua."

Chenle langsung membekap Jaemin dengan sebuah donat dihadapannya. Jeno sudah ingin melempar tas ransel yang ia tenteng. Chenle menyela dengan menunjuk sebuah kotak berisi kue yang ia pesan untuk Renjun.

"Itu buat Kak Renjun titipan dari Mama, buat Kak Jeno kotak yang warna merah. Udah gih kasian udah ditunggu pacar."

Jeno mengusak rambut Chenle, Jaemin menepis kasar tangan Jeno. Sungguh ingin sekali Jeno melempar Jaemin keluar angkasa saja, tingkah kekanakannya melewati batas.

"Aku pulang ya, aku sudah bayar bagianku sendiri. Jangan lupa putuskan Jaemin dan Jisung pasti akan senang."

"Pergi lu sono ke kandang naga!"

Jaemin tidak peduli dengan pelanggan lain yang mulai menatapnya aneh. Chenle bahkan bersembunyi dengan menarik jaketnya ke atas. Terkadang malu menyelubunginya.

"Udah ayo pulang, ga usah rewel Kak Jaemin bukan bayi."

"Masa iya aku biarin Renjun deketin kamu lagi, jatohnya belok dong sayang."

"Kita juga belok, udah ayo pulang. Cemburu ga bikin makin kaya."

Chenle memasukkan barang miliknya kedalam tas selempang, Jaemin hanya memperhatikan.

"Ga gitu konsepnya ya ikan arwana, kalian itu sama-sama pihak wanita jatohnya ntar lesbi lho. Kamu mau dikatain lesbi gitu?"

"Seenggaknya Kak Renjun ga nyabe bareng Kak Ten. Beresin kita pulang atau aku telfon Jisung buat anterin pulang! Dan inget ya aku bukan ikan arwana, enak aja kalo ngatain."

Jaemin yang membereskan barang menoleh sekilas, Chenle menatapnya sebal.

"Ya kan Chenle anak sultan masa iya dipanggil ikan pindang, ikan arwana kan mahal tuh atau mau dipanggil ikan koi?"

"Ngaco bener jadi orang, udah kan ayo bayar terus pulang."

Keduanya membayar menu yang mereka pesan tadi. Membayar dibagi secara adil. Sekalipun berpacaran bukan berarti Jaemin yang harus membayar semua saat berkencan.

"Sebenarnya Kak Jaemin mengantuk iya kan? Dari tadi rewel terus kayak bayi."

"Hmm... Aku ga suka ya kalu kamunya sebut-sebut Jisung itu. Udah ya aku ngantuk."

Dua remaja dengan rambut mencolok pastilah menarik perhatian orang sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua remaja dengan rambut mencolok pastilah menarik perhatian orang sekitar. Jaemin telah nyaman bersandar dan menyebrangi samudra mimpi.

"Tidur yang nyenyak Kak Jaemin."

Tangan kanan Chenle  mengelus surai pirang milik Jaemin. Tangan kirinya yang menganggur digenggam Jaemin erat. Menikmati hening yang menyenangkan dan candu bagi keduanya.

"Nanti jangan lupa bangunin kalo busnya dateng, jangan telfon Jisung buat anterin pulang, inget ada aku disini."

"Berarti kalau ga ada boleh ya sama Jisung?"

"Ga gitu ya konsepnya."

"Udah tidur Pangeran Bebek."

Chenle sesekali mencium surai Jaemin. Terkadang menjadi pihak yang memanjakan menjadi favoritnya toh Jaemin tidak keberatan.

"Lagi..."

"Hmm?"

"Elus lagi rambutku Putri Arwana."

Chenle menuruti apa yang dikatakan Jaemin. Menunggu bus mungkin akan menjadi kenangan yang indah untuk diceritakan pada Haechan dan Renjun.

.....

𝔸𝕥𝕥𝕖𝕟𝕥𝕚𝕠𝕟 𝔽𝕠𝕣 ℂ𝕙𝕖𝕟𝕝𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang