CODE 19

349 79 6
                                    

yeyyy 5k readss! makasih💞 aduh sebenernya gregetan banget mau publish semua chapter... tapi nanti gak seru dong😔

Bambam dan Youngjae berjalan mengelilingi sekolah dengan tatapan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bambam dan Youngjae berjalan mengelilingi sekolah dengan tatapan kosong. Tinggal berdua, belum lagi jika salah satu meninggal, pikir mereka saat ini.

Youngjae menghela nafas. "Bunuh diri aja lah daripada dibunuh mafia," ucap lelaki itu dengan frustasi.

"Haruskah?"

Youngjae tersenyum miring. "Liat aja entar."

Bambam menatap Youngjae kembali dan ikut tersenyum miring. Entahlah, tidak ada yang tahu arti dibalik senyuman miring tersebut.

Semoga saja, senyuman miring itu tidak memiliki arti yang kita tidak inginkan.

"Kak Mark!" suara perempuan itu masuk ke dalam telinga Mark, membuat lelaki itu menolehkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Mark!" suara perempuan itu masuk ke dalam telinga Mark, membuat lelaki itu menolehkan kepalanya.

"Kenapa?" balas lelaki keturunan Amerika itu singkat. Tampaknya, Mark masih tidak suka didatangi oleh Chaeryoung saat di sekolah.

Chaeryoung menyengir. "Kak, menurut lo—"

"Diam," ucap Mark dengan datar. Fokusnya kembali kepada kertas penuh coret-coretan di hadapannya.

Chaeryoung cemberut. "Kak Mark mah gitu."

"Ada apa nih? Eh? Hai, Chaeryoung. Kamu ngapain?"

Im Nayeon.

Dengan senyuman manis, Chaeryoung menyapa Nayeon balik. "Hai, Kak Nay! Lagi minta kesaksian dari Kak Mark nih," ucap Chaeryoung dengan nada yang riang.

"Kesaksian? Tentang apa?" tanya Nayeon bingung.

"Soal mafia, Kak. Kak Mark tuh paling tahu tentang ini, tapi dia gak mau buka suara nih! Diapain ya? Hidup gue gak tenang banget kalo ada mafia," jelas Chaeryoung. Dalam hati ia tertawa, Bakal masuk ke dalam trapnya gak ya?

"Oh ya? Seriusan lo tahu semuanya, Mark?" Nayeon menatap Mark dengan seringaian kecil.

Mark menatap Nayeon sebelum ia tersenyum. Lelaki itu mengangguk, "Tahu."

Tak lama kemudian, Nayeon menarik tangan Mark ke suatu tempat, meninggalkan Chaeryoung yang sedang menertawai kebodohan perempuan itu sendirian. Tatapan mata anak murid kelasan Mark menatap Chaeryoung aneh, sepertinya perempuan itu sudah gila.

Bodoh banget ih! Gemes!

Di sisi lain, Nayeon mendorong tubuh Mark menghantam sebuah tembok. Tatapan matanya marah. Mark hanya menatap perempuan itu balik dengan sebuah senyuman.... yang Nayeon tidak tahu artinya.

"Lo gak kasih tahu dia kan?" Sebuah pistol ditodongkan ke pelipis Mark. Dalam sepersekian detik, peluru dalam pistol tersebut dapat ditembakkan dan menewaskan Mark.

Mark menjauhkan pistol tersebut dengan tangannya. "Nggak. Mana mungkin? Kan gue di pihak lo," senyuman miring terlukis di bibirnya.

Nayeon memasukkan pistol tersebut ke dalam kantung pistol yang ada di dalam roknya. Ia mengangguk sambil tersenyum miring.

Next target? Lee Chaeryoung. Si detektif sialan itu.

"Malam ini, bakal ada pertempuran di antara dua cewek kuat di sekolah kita."

"Udah capek hidup mah bilang aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah capek hidup mah bilang aja."

Felix menoleh, dirinya mendapati Minho sedang mendudukkan diri di sebelahnya. "Huft," ia membuang nafasnya pelan. Pikirannya kalang kabut.

"Kak Minho, what is kepribadian ganda? Someone said that the mafia punya kepribadian ganda."

Minho menatap Felix, Orang ini gak lagi ngelindurkan? Tatapan Felix yang kosong menatap hamparan rumput di hadapannya. Felix sangat terlihat seperti orang depresi sekarang.

Minho menghela nafas. "Kepribadiannya ada dua gitu, Lix. Jadi misalnya, hari ini jadi si Felix besok jadi si Lilix."

Felix menoleh kembali kepada Minho. "Are you kidding me?" ucapnya dengan datar. "I dont understand what do you mean. Lebih jelas dong."

"Ibaratnya tuh, di satu tubuh manusia, ada dua orang di dalamnya. Saat jadi orang A, si B gak ingat apa-apa yang terjadi pas dia jadi A. Kalopun dia jadi si B, A gak ingat yang terjadi pas dia jadi B."

Felix mengangguk, ia menghela nafas lagi. "Rumit ya? What if.... I'm the mafia but I don't realize about it? Should I just kill myself? Rather than my other self kills anyone else?"

Minho menggeleng. "Nggak, Lix. Jangan gitu. Pihak kepolisian masih nyari tahu dulu, oke? Jangan pernah kepikiran buat bunuh diri lo sendiri atau sakitin diri lo. Gak pasti lo yang punya kepribadian ganda. Bisa jadi.. gue yang mafia tapi gue gak sadar kan?? Kita tunggu hasil penyelidikannya aja ya?"

Felix mengangguk lemah. Dalam hatinya ia sangat takut, Ia takut jika dia adalah dalang dari semua ini.

"Ah iya, Lix. Jangan lupa sama percakapan beberapa hari yang lalu ya? Di saat masih ada Hyunjin. Gue harap lo ngerti dan masih ingat sama percakapan itu."

Eh? Kok Felix bisa melupakan percakapan penting itu. Senyuman tenang terukir di bibir Felix. Ah, bodohnya.

udah lah, pasti dah tahu siapa —aja mafianya wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah lah, pasti dah tahu siapa —
aja mafianya wkwkw. btw, maaf
yaw pendek banget ;-;
votenya yukyuk❤️

𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐚𝐟𝐢𝐚 , 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐨𝐧𝐞 [𝐟𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang