CODE 27

332 64 22
                                    

aku mo mulai revisi dikit-dikit yah jadi jan bingung klo entar chapter-chapter awal ke-republish hehe~^^

aku mo mulai revisi dikit-dikit yah jadi jan bingung klo entar chapter-chapter awal ke-republish hehe~^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya menjadi normal setelah malam itu. Yah... walau yang tersisa sekarang hanyalah Mark, Minho, Sana—yang tidak hadir saat kejadian malam itu karena disuruh Ryujin untuk menjaga diri di markas, Jeongyeon, Minho, Jisung, Felix, Lia, Ryujin, BamBam—yang kini sudah balik ke negara asalnya, Thailand, dan juga.... Jeongin. Yang nanyain Bambam, udah kejawab ya! :)

Setiap akhir pekan, salah satu dari yang tersisa pasti akan datang ke rumah sakit jiwa—tempat dimana Jeongin ditahan. Lelaki berbehel itu melakukan terapi rutin agar Ayen tidak dapat balik dan menguasai dirinya.

"Gue ngerasa tenang banget sekarang pergi dan pulang dari sekolah. Udah ngerasa kayak beban lepas semua gitu," ucap Lia. Kali ini, akhirnya Lia dapat menunjukkan senyum tulusnya yang semanis gula itu kepada teman-temannya kembali.

Ryujin ikut senang untuk Lia. Ia merangkul temannya itu. "Iya, Li. Gue juga sekarang ngerasa beban yang gue tanggung udah ringan banget! Kepala detektif tingkat kota juga udah ngakuin hasil kerja gue! Gue gak akan bisa gini tanpa bantuan kalian semua," Ryujin menyenderkan kepalanya di bahu Lia.

"Yo! Wassap mate!"

Suara berat beraksen Australia kental itu menyapa Lia dan Ryujin yang sedang berteduh di bawah pohon beringin. "Hey, Lixxie, Icung, dan Kak Ino! Come here!" balas Lia sambil menepuk tempat di sebelahnya.

Mereka bertiga mengangguk dan duduk melingkar bersama dua perempuan itu. "Tinggal berlima nih. Kapan-kapan jalan ke dufan enak nih?"

"Kalo lo yang bayarin sih gapapa, Kak," cibir Jisung pada Minho.

"Apa kabar Chaewon, Lix? Katanya, dia baru keluar dari rumah sakit ya?" tanya Lia.

Oh ya, Lee Chaewon ini kembaran Lee Felix. Udah tiga bulan ini Chaewon sakit dan dirawat di rumah sakit. Katanya sih... patah tulang soalnya Felix sengaja nabrak Chaewon pakai sepeda.

Gak tahu juga sih, kan Chaewon yang ngalamin, bukan authornya. Coba kita wawancara Mbak Chaewonnya dulu ya.

"Kak Chaewon!" teriak Rain yang baru sampai di depan rumahnya. Tepat sekali, Chaewon baru saja mau masuk ke dalam rumah.

"Eh? Kembarannya Park Sungwon kan ya?" ucap Chaewon memastikan kembali.

Rain mengangguk membenarkan. "Lebih tepatnya, ulang tahunnya doang sih yang kembaran. Jadi jangan lupa yah Kak, 18 Desember aku ulang tahun, bentar lagi loh! Oh iya, Kak Chaewon kembarannya Kak Felix kan?"

"Iya, kenapa Rain?"

"Gini... Katanya Kak Lia, lo baru keluar dari rumah sakit. Denger-denger nih, lo patah tulang karena ditabrak Kak Felix pake sepeda. Emang bener Kak?" tanya Rain dengan sebuah mic yang entah ia dapatkan darimana.

"Iya hehehe, makanya sekarang gue lagi kemusuhan sama Felix," balas Chaewon, berbicara sambil mendekati mulutnya ke microphone yang Rain pegang.

"Wah, kok bisa sih? Kak Felix ngebut emangnya pake sepeda?" tanya Rain kembali. Kini, perempuan berpipi tebal itu sudah sangat terlihat seperti wartawan.

"Enggak juga sih. Pake kuchiyose no jutsu," ucap Chaewon.

"Chidori sekalian."

"Hiyahiyahiya."

"Oke kalau begitu, Kak Chaewon! Gue tutup wawancara hari ini. Moga Kak Felix dapat karmanya segera. Terima kasih! Saya kembalikan kepada author alias saya sendiri lagi hehehe!"

 Terima kasih! Saya kembalikan kepada author alias saya sendiri lagi hehehe!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu ini adalah jadwalnya Lia untuk menjenguk Jeongin di rumah sakit jiwa. Kaki Lia melangkah ringan menuju lift dan menekan tombol untuk naik di pojok lift tersebut. Senyuman terukir di wajah cantiknya, tangannya menenteng plastik berisi roti cokelat favorite Hyunjin dahulu.

Ah... Hwang Hyunjin. Lelaki yang paling dirindukan oleh Ryujin, Jisung... dan juga anak-anak lainnya. Sebelum ia ke alam yang selanjutnya, ia menitipkan pesan kepada Jisung.

"Sung, gue pamit. Lo jaga diri ya? Bilangin ke yang lain juga. Sorry gue gak bisa pamit ke semuanya. Jangan nyusul gue cepat-cepat ini ya? Gue mau lo hidup di dunia ini sampai akhir. Dadah."

Sesampainya di lantai yang dituju, Lia langsung menggerakkan kakinya menuju kamar rawat Jeongin—kamar rawat sekaligus penjara untuk lelaki itu. Lia mengetuk pintunya dua kali.

Tok tok!

"Masuk aja, gak dikunci."

Lia sempat curiga. Kenapa nada bicara Jeongin sangat datar hari ini? Ah, mungkin perasaannya saja.

Lia membuka pintu kamar rawat tersebut dengan senyum yang lebar. "Siang, Jeongin. Apa kabar?" Lia tidak melihat Jeongin terlebih dahulu, melainkan ia menaruh barang bawaannya di meja di seberang ranjang Jeongin dahulu.

Jeongin mendengus. Ah... tidak... Ini adalah Ayen. Entah darimana asalnya, lelaki itu memegang sebuah pistol di tangannya.

Lia menoleh kepada Jeongin karena ia merasa ada yang tidak beres. "Jeong? Lo gapapa?"

"Seharusnya gue bunuh lo dari lama ya, Lia?"

DOR!
DOR!

"AGH!"

nahluh ada ape nii !?? —MALMING EPILOGUEE —UEUE EXCITED GA LU !?engga yak? yowes :(tiati desember banyak kejutan —bikos ini bulan kelahirannya rainUwU🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nahluh ada ape nii !?? —
MALMING EPILOGUEE —
UEUE EXCITED GA LU !?
engga yak? yowes :(
tiati desember banyak kejutan —
bikos ini bulan kelahirannya rain
UwU🥰

𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐚𝐟𝐢𝐚 , 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐨𝐧𝐞 [𝐟𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang