CODE 22

327 68 4
                                    

aku senang lihat kalian antusias dapetin 35 votes :) makasih! ini updatenya!

aku senang lihat kalian antusias dapetin 35 votes :) makasih! ini updatenya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DOR!

"Tampakin diri lo dulu, baru tembak. Cih! Lemah."

Nayeon memutarkan matanya malas, ia akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan menuju Chaeryoung yang ada di lapangan bersama dua orang pengikut setianya di belakang.

Chaeryoung menyilangkan tangannya. "Gue udah di sini, sendiri. Apa mau lo sekarang?"

"Mau gue?" tanya Nayeon sebelum tertawa. "Kurang jelas apa lagi? Gue mau nyawa lo! Gue mau nyawa semua orang di sekolah ini!"

"Tapi kenapa? Gue tahu, lo bukan typical orang psikopat, Kak. Pasti ada alasan kenapa lo bisa ikutan mafia-mafiaan kayak gini 'kan?"

"Nyokap gue kanker stadium 2, dia hidup sendiri di kampung gue. Bokap gue kabur, gue dan nyokap gak punya uang untuk hidup. Nyokap butuh pengobatan di rumah sakit, tapi gue gak punya uang! Cuma uang dari mafia itu yang bisa bantu gue," jelas Nayeon diiringi oleh dengusan kasar.

"Emangnya gak ada kerjaan lain yang bisa lo lakuin kak?" jujur, saat ini Chaeryoung merasa kasihan dengan Nayeon dan keluarganya. Rasanya, ia ingin membantu keluarga perempuan bergigi kelinci itu. "Kalian berdua... juga... kenapa?"

"Butuh duit lah gila! Lo pikir gue orang berkecukupan kayak lo? Kayak Jinyoung? Changbin? Kayak Lia yang tinggal nunjuk barang langsung bisa dapatin? Nggak! Gue bayar uang sekolah aja harus kerja keras dulu!"

"Sedangkan dia? Pribadi yang lainnya juga muak hidup miskin, walau aslinya biasa aja. Kita gunain kepribadian ganda dia buat ngebantu kita," sambung Nayeon sambil menunjuk lelaki berhoodie hitam.

"Dan gue juga gak masalah," tambah lelaki itu dengan seringaian kecil.

"Uangnya lo dapat darimana? Bawa mayatnya ke si mafia? Perasaan, mayat-mayatnya aja masih disini terus entarnya dikubur sama keluarga masing-masing," ucap Chaeryoung bingung.

"Ya, foto aja mayatnya—entah masih berwujud atau enggak. Walaupun gak begitu jelas, kalau ada bukti dia matinya sih yaa kita dapat imbalan," jelas Nayeon. "Yaaa minimal pas udah kena tembak sih. Kayak Jeongyeon waktu itu, tapi keburu dia kabur setelahnya."

Chaeryoung mendengus. Matanya menatap sosok di lantai dua yang sudah mengambil posisi di belakang Nayeon. Senyuman miring tercetak di bibirnya.

"Jadi benar ya, Kak Nayeon pemimpinnya?" tanya Chaeryoung, lengannya disilang.

"Kalau iya, kenapa?" ucap Nayeon dengan santai.

Chaeryoung tertawa kecil. "Gak kenapa-napa sih, nanya doang. Kok orang seorang anak kebanggaan guru-guru bisa jadi ketua dari sekumpulan mafia kayak kalian? Aneh banget, jadi bingung gue."

Aduh, Chaeryoung! Kok lo malah pancing emosi mereka sih, batin Jisung. Ia tidak mau Chaeryoung terbunuh karena ini.

"Bacot banget!" lelaki itu menendang tulang kering Chaeryoung, membuat perempuan itu terjatuh ke belakang.

𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐚𝐟𝐢𝐚 , 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐨𝐧𝐞 [𝐟𝐢𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang