Ruang makan ini megah.Meja marmer onyx abu-abu.Lampu kristal di atas langit-langit tinggi.Aneka sajian makan malam lezat tersaji.Mulai dari olahan ayam hingga ikan.Tapi tak satu pun bisa membuat selera makanku naik.
Alasannya karena kata-kata lelaki yang sedang duduk di singgasananya.Kursi paling tinggi dan terletak di ujung kanan meja.Tempat Kakekku dulu biasa duduk.
Aidan Sentosa.Lelaki mapan,cerdas,dan tampan berumur 34 tahun itu adalah Presiden Direktur dari Perusahaan tertutup milik keluargaku.Kakek menghadiahinya semua nama atas kepemilikannya yang sah sebagai penerus lelaki satu-satunya dalam keluarga kami.
Aidan cucu angkat Kakek yang diambil dari rumahnya ketika usianya lima belas tahun, awalnya sebagai bentuk rasa tanggung jawab Kakek. Sebab satu-satunya keluarga Aidan, yaitu Ayahnya, meninggal dalam kecelakaan mobil bersama Orang Tuaku. Dia dididik dan dibesarkan penuh cinta juga tradisi layaknya keluarga Sentosa.
Kakek selalu menekankan pada Aidan dan aku,jika Aidan bukan lagi putra seorang Supir, melainkan bagian utuh dari keluarga Sentosa.
Sebetulnya Kakek membenci orang luar,namun setelah kematian Papa dan Mama dalam kecelakaan,juga mengingat faktor umur.Kakek tidak memiliki pilihan selain mengangkat anak lain guna menjaga warisan keluarga, dan pastinya mengurusiku bila nantinya beliau tiada.
Aidan anak yang terampil dan cepat bisa.Dia cerdas,ulet,pantang menyerah.Semua dibuktikannya melalui prestasi akademik dan non akademik selama sekolah dan dua kali berkuliah untuk dua jenis strata berbeda.Berbanding terbalik dariku yang tidak pandai dalam bidang sains dan membenci matematika.
Aku jatuh cinta pada keindahan dan seni.Kata Kakek sih mirip Sonya,anak menantu kesayangannya.Almarhumah Mamaku.
Singkat kata,Aidan lebih cocok menjadi seorang Sentosa melebihi diriku sendiri.Semua orang mengelu-elukan namanya,bahkan tidak ada satupun orang tahu mengenai identitas aslinya selain Kakek,aku,Om Bob Pengacara Kakek,dan Pak Hendrick tangan kanan Kakek sekaligus kepercayaan Aidan.Sering aku iri padanya karena begitu sempurna.
Tapi tetap saja.Dibalik semua kelebihannya,Aidan adalah sosok sedingin es serta super kaku.Akulah yang paling sering menjadi korban sikap jeleknya itu.Salah satunya malam ini.
Aku hanya minta padanya agar mau menandatangani surat ijin acara perkemahan Kampusku,minggu depan.Alih-alih mengiyakan,dia malah memberiku tatapan ala Magneto yang dapat membuat orang mematung lalu berkata.
"Kamu masih bisa hidup kan jika melewatkan acara itu.Jadi jawabannya adalah tidak.Aku takkan membiarkanmu berada terlalu jauh dari pengawasanku"
Dan,sudahlah.
Selamat tinggal kesenangan. Selamat datang di salah satu akhir pekan membosankan. LAGI.
Aku terlalu hafal karakter Aidan.Membantahnya hanya menghabiskan energi.Jadi kuputuskan berpura-pura menurut.Dalam hati aku bersumpah akan memalsukan tanda tangannya dan kabur dari rumah untuk mengikuti acara....
"Jangan coba-coba berpikir kabur dari rumah serta berbuat nekad Airin.Karena kalau itu sampai terjadi aku takkan segan membakar bumi perkemahan untuk menemukanmu dan menyeretmu pulang.Meski harus menanggung resiko" kata Aidan.Dingin.Tegas.
Jantung terjatuh dari rongganya.Aku mendongak kaget.Mataku mengerjap padanya beberapa kali dan sangat bingung.
Kenapa dia bisa tahu!Jangan-jangan benar dugaanku selama ini.Kalau Aidan anak Profesor Charles Xavier yang hilang!
Aidan masih dalam posisi menunduk.Kedua tangannya mengiris daging steak tenderloin separuh matang dilengkapi saus jamur dan tar-tar dengan anggun.Aku terkesiap melihatnya bisa tetap setenang itu sambil mengatakan hal seserius barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINNING LOVE
Romance" Ini bukan sekedar sumpah semata, melainkan soal hati. Aku mencintaimu dulu,kini, dan nanti. Penuh dan dalam " - A.S - Airin Sentosa (20) seorang gadis yatim piatu, sadar jika dia mulai jatuh cinta kepada Aidan Sentosa (34)Sepupu tiri, sekaligus cu...