CHAPTER SIX

5.4K 336 19
                                    

Aidan benar-benar menepati ucapannya. Dia mengizinkanku mengikuti acara perkemahan akhir pekan ini, dengan catatan dia akan hadir. Dan dia melakukan itu.

Aidan datang bersama rombongan para Dosen. Menyebalkannya lagi dia juga tidur di tenda para Dosen serta Staff pengajar lain. Lebih super menjengkelkan lagi karena dia mengajak tiga orang pengawalnya, mereka bahkan mendirikan tenda di depan tenda Aidan. Benar-benar tidak mau bersusah payah untuk membaur.

Puncak dari kejengkelanku adalah. Ketika para mahasiswi itu mengerubunginya seperti lebah, dan juga mengejar-ngejarku untuk minta diperkenalkan ke Aidan, begitu mereka tahu sepupuku tersebut ikut serta. Banyak dari mereka sudah tahu kalau aku dan Aidan bersaudara, sisanya yang baru tahu justru lebih beringas.

“ Kita takkan bisa tidur tenang malam ini” kataku kesal pada Mina.

Mina baru selesai mengambil kayu dan menumpuknya di depan tenda kelompok kami. Dia berdiri sambil memutar pinggangnya lalu menatap tenda Aidan dan para Dosen yang terletak di lereng atas tempat tenda-tenda para peserta kamp berada.

“ Sepupumu agak sarap memang” ujar Mina asal. “ Mau secakep apapun,kalau kelakuannya macam begitu aku saja nggak bakal betah. Kok kamu tahan sih diperlakukan mirip tahanan begini” protes sahabatku.

Jangankan kamu Mina, aku sendiri ya heran.

Tapi itu hanya kata hatiku saja, aku lebih memilih mengedikkan bahu dan kembali bekerja, memanaskan air untuk memasak kelompok kami. Saat itulah seseorang dari balik punggungku melangkah menuju kami dan menyapa Mina.

Aku menoleh melalui bahuku, melihat pemuda bertubuh tegap berotot, berkulit sawo matang, dengan rambut ikal pendek mencapai leher lalu diikat kuncir kuda. Dia sangat manis. Pantas saja Mina menggilai Kak Dewa sejak hari pertama OSPEK Jurusan.

“ Hai Mina” sapa Kak Dewa berseri-seri. Jelas sekali kalau lelaki itu punya rasa terhadap Mina. Aku langsung lega karena cinta sahabatku tidak bertepuk sebelah tangan.

“ Ah, hai Kak Dewa” langsung saja Mina berubah dari Dewi perang menjadi layaknya remaja di mabuk asmara.

“ Ada yang bisa kubantu?” tanya Kak Dewa basa-basi. Membuatku ingin tertawa saja.

“ Ehmm, nggak usah Kak. Semuanya sudah bisa Mina atasi kok” Mina menunduk malu-malu. Dan astaga pipinya merona.

“ Kelompokmu ada berapa orang?”

“ 15 Kak termasuk Mina”

“ Perempuan semua kan?”

“ Iya”

“ Oh gitu. Hati-hati loh ya. Harus saling menjaga”

“ He..em”

Rambut Mina tersapu hingga ke depan wajahnya. Dan aku berani bertaruh Kak Dewa nyaris saja meletakkan sejumput rambut Mina ke balik telinganya andai saja aku tidak secara refleks melakukan.

“ Ehem….Ka..cang…godokkk….” Aku sengaja menirukan suara penjual kacang yang selalu lewat di depan rumahku setiap sore. Itu adalah kelakar menggoda, apabila seseorang merasa diabaikan keberadaannya. Seperti aku sekarang ini.

Reaksi Mina dan Kak Dewa sesuai dugaanku. Melonjak saking kagetnya lalu menoleh ke tempatku berdiri sambil tersenyum-senyum sendiri pada mereka. Pupil Kak Dewa melebar, terkejut seolah-olah baru menyadari eksistensiku di sini.

“ Oh, halo Airin” sapa Kak Dewa kaku. Pipinya mulai memerah karena malu.

“ Ya sudah deh saya yang pergi saja kalau begitu” kataku mengambil ember didekat tungku.

WINNING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang