Aku bisa merasakan detak jantungnya yang bertempo cepat seirama detak jantungku.
Indra penciumanku menyesap dalam-dalam aroma musk bercampur daun jeruk yang merupakan bau khas Aidan selama ini.
Setiap inchi kulitku dapat merasakan hangatnya sentuhan dan pelukan Aidan,yang ingin kusimpan selamabya dalam memori.
Bibir Aidan terasa begitu lembut, rasanya semanis permen peppermint. Berbanding terbalik dari ciumannya yang panas.
Dia memang bukan ciuman pertamaku,tapi jelas paling hebat, dan hatiku menginginkan Aidan sebagai satu-satunya lelaki yang akan terus menciumku hingga akhir hidup kami.
Ya Tuhan. Aku mencintai pria ini. Dia membuatku berada di atas surga.
Kami melepaskan diri setelah paru-paru masing-masing memberontak, meminta dan membutuhkan oksigen.
Aku terengah, nafas Aidan di atasku memburu. Mataku masih terpejam,lalu terbuka ketika Aidan meletakkan kedua telapak tangannya ke kedua sisi pipiku. Membawa wajahku hingga iris kami saling bertatapan.
Di dalam bola mata besar hitam Aidan, tampak emosinya bercampur aduk. Bahagia, gairah, cinta, tapi tak ada satupun keraguan yang tersirat.
"Aku mencintaimu Airin Sentosa. Jangan tanyakan kapan dan kenapa" ujarnya lirih.
Tangan kanannya mengusap lembut pipiku, dan aku merasakan tenggelam sesaat didalam sentuhannya.
" Aku tidak menyesal pada apa yang baru saja terjadi,aku malah bersyukur karena akhirnya memiliki kesempatan ini. Aku tak takut atau ragu sedikitpun. Dan sekarang,aku siap menerima semua resiko darimu"
Kelopakku mengerjap membuka. Selama beberapa saat kutatap pantulan diriku melalui pupil mata lelaki di hadapanku ini.
Semuanya seperti mimpi. Di saat aku mereka-reka bagaimana perasaan Aidan sesungguhnya padaku selama ini. Membayangkan kemungkinan bisa jatuh cinta padanya saja tak pernah, hingga beberapa waktu lalu. Aku mulai sadar jika caraku melihat, memandang dan mendengarkan Aidan,lebih dari seorang sepupu.
Diam-diam aku menginginkan pria itu dengan cara yang berbeda. Aku kecewa ketika dia tak memahamiku, bukannya marah. Dadaku selalu disesaki rasa rindu yang menghimpit hingga membuatku sakit, ketika dia jauh dariku. Selama ini aku selalu mengabaikannya. Bertahun-tahun kuindahkan keinginan hatiku sendiri.
Sampai hari ini, akhirnya aku memiliki keberanian itu.
Panas seakan naik dari dasar perut,terus hingga mencapai dua sudut mataku. Tanpa bisa kucegah, air mata mulai turun ke pipi.
" Oh tidak,Airin, please jangan menangis" ujar Aidan mulai panik.
Melihatnya ketakutan membuatku tertawa kecil. Aidan mengernyit heran melihatku.
" Bodohnya aku" bisikku. Seraya menghapus air mata dari muka dengan kedua tangan.
Aku berjinjit. Kemudian kulingkarkan kedua tanganku dan menguncinya rapat dibelakang leher Aidan. Tanpa banyak berkata lagi, kukecup bibirnya lembut.
Tanpa keraguan.
Mataku terpejam.Bisa kurasakan keterkejutan Aidan,tapi hanya beberapa saat. Karena setelah itu, satu tangannya diletakkan dibalik punggungku, mendorongku lembut hingga merapat erat dibadannya. Sedangkan tangan lain melingkari pinggangku.
Dia membalas ciumanku juga. Tanpa keraguan.
Kali ini aku melepaskan diri terlebih dulu.Mataku membuka, beberapa butir air mata menetes dan menempel diantara sela-sela kelopaknya.
Tangan kanan Aidan menyusuri wajahku dengan lembut. Jemarinya menghapus air mataku perlahan,sementara tangannya semakin erat memeluk pinggangku.
Dia sedikit membungkuk. Menempelkan dahinya di atas dahiku. Nafasnya membelai lembut kulitku. Rasanya sungguh nyaman dan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINNING LOVE
Romance" Ini bukan sekedar sumpah semata, melainkan soal hati. Aku mencintaimu dulu,kini, dan nanti. Penuh dan dalam " - A.S - Airin Sentosa (20) seorang gadis yatim piatu, sadar jika dia mulai jatuh cinta kepada Aidan Sentosa (34)Sepupu tiri, sekaligus cu...