CHAPTER THREE

6.1K 334 10
                                    

"Sudah kuduga,pasti nggak dapet izin dari Aidan.Sepupumu itu kenapa tambah lama makin posesif sih,Rin" celetuk Mina.

Perempuan keturunan Jepang-Semarang yang duduk dihadapanku sekarang,merupakan sahabat baikku sejak masih sama-sama dalam kandungan Ibu masing-masing.Ibu kami sahabat baik sejak SMP.Dan kebetulan kami bertetangga dekat.

"Entahlah Na.Aidan kayaknya takkan pernah percaya padaku,meskipun aku sudah jadi Nenek sekalipun.Aku sendiri heran kenapa dia terus-terusan memperlakukanku seperti layaknya anak Tk. Dia melarangku pacaran padaha teman kencannya lusinan" jawabku dibarengi ekspresi pasrah. Nada suaraku marah.

Kuah di dalam mangkok berisi bakso di depanku ini seolah bisa merefleksikan kesedihanku.

"Ada dua kemungkinan sih.Dia pria yang luar biasa baik,menjaga janjinya sama Kakek kalian sampai segitunya.Atau kedua,bisa jadi jangan-jangan Aidan itu sebenarnya....."

Kalimat Mina menggantung di udara.Kedua matanya memincing penuh arti.

"Sebenarnya apa Na?kamu tuh kalau bicara jangan setengah-setengah.Buatku penasaran nih" tuntutku.

Mina membuka mulutnya lalu menutupnya lagi,kemudian tangan kirinya terangkat dan dilambaikan ke udara di hadapanku.

"Aish sudahlah lupakan saja omonganku barusan.Mendingan cari jalan keluar,supaya kamu bisa tetep ikuatan acara perkemahan kampus kita" Mina segera mengganti topik pembicaraan.Yang justru membuatku makin curiga.

"Bagaimana kalau kamu bilang sama Aidan,kalau kamu menginap di rumahku dua hari sebelum acara.Dia nggak bakalan curiga.Pertama,karena kita beda Fakultas,jadi kemungkinan kegiatan kita sama lebih sedikit.Kedua,dia tahu banget aku anaknya perkotaan sekali.Nggak bakalan cocok deh sama kegiatan menyangkut alam begituan" tukas Mina bersemangat.Kedua mata hitamnya berbinar riang ketika menyampaikan ide ini.

Aku terdiam beberapa saat.Berpikir."Kamu yakin?" tanyaku. Masih menimbang-nimbang resikonya kalau sampai rencana kami gagal.

"Percaya deh sama Mina.Kapan sih aku pernah mengecewakan kamu"ujarnya.Menepuk dada penuh percaya diri.

Aku tertawa."Baiklah.Makasih banyak ya sahabatku yang luarr biasa.Tapi ngomong-ngomong,apa sih motif kamu sampai mau terlibat di acara yang bukan duniamu sama sekali?" tanyaku penasaran.

"Itu.Karenaa..." ucapan Mina terputus.

Pipi sahabatku merona.Dia menundukkan kepalanya malu.

"Itu karena senior kita.Kak Dewa" jawab Mina lirih.

Aku tertegun."Tunggu dulu...maksudmu...Oh bukan Sadewa Gunaseta kan?putranya Alamsyah Gunaseta?"

"Iya.Sadewa yang itu.Memangnya ada berapa Sadewa anak konglomerat yang aku kenal,Rin?!" sahut Mina agak kesal.

"Maaf deh Na,bukan maksud menggoda kamu.Cuma heran aja,kok tumben-tumbennya kamu bisa suka sama di luar tipemu.Kamu tahu kan Kak Dewa playboy kelas super paus?"tanyaku penasaran.

Mina mengangguk lemah."Iya aku tahu Rin.Tapi hati kan nggak bisa memilih pada siapa jatuh cinta?"

"Iya aku paham Na.Namun,hati nurani juga bisa menilai mana yang paling benar buat diri kita.Jangan campur adukkan cinta dan ego Na,walaupun kata cinta sendiri adalah sebuah keinginan.Namun cinta sejati tulus adanya.Duh,omonganku sudah macam Dosen aja" mendadak aku tertawa sendiri.Begitu juga Mina.

"Kamu emang Dosen cinta yang gagal praktek Rin" ejek Mina.

Tawa kami meledak bebarengan.

"Eh tapi jawab aku dengan jujur ya Rin.Pernah nggak sih kamu ngerasain jatuh cinta yang sebenar-benarnya sama cowok?Yah,seperti perasaanku saat ini ke Kak Dewa.Jantung berdetak cepat banget macam melesat pakai roket ke luar angkasa,terus sering kebayang wajahnya tiap menit dan detik.Senyum-senyum sendiri macam orang gila" Mina bicara sambil menengadah menatap langit.Seulas senyum terkembang lebar pada bibir seksinya.

Astaga!sahabatku sedang berada di alam imajinasinya sendiri.

Aku mencoba membayangkan ucapannya barusan.Dan mendadak gambar pertama yang muncul di kepalaku adalah.

Deg!!!

Kok bisa dia sih!

"Kamu kenapa Rin?Wajahmu mendadak pucat gitu?" tanya Mina.Melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

Tersadar.Degup jantungku mendadak berdetak lebih cepat dari normalnya.

Aku menggeleng pelan.Mina menaikkan satu alisnya memandangku curiga.

"Jangan bilang kamu lagi mikirin Randu si cowok pengecut itu ya" sindir Mina dingin.

Deg!!!

Kenapa juga sih Mina mesti menyebut nama orang itu ke permukaan?!

Randu Tanjaya.Mantan pacar rahasiaku semasa SMU.Kami berhubungan secara diam-diam dibelakang Aidan,karena aku tak mau sepupuku itu sampai tahu dan justru merusak segalanya.Meski pada akhirnya,pilihan hidup juga harus memisahkan kami.

Randu melanjutkan studi sarjana strata satunya ke Universitas di Brisbane,sedangkan aku tetap bertahan di kota Pahlawan.Tempatku besar dan dilahirkan.

Kontak kami terputus di hari aku melihat bayangan punggung Randu terakhir kalinya ketika mengantarkannya ke Bandara Juanda. Sejak itu aku tak lagi mendengar kabar darinya.

Dan setelah itu juga,hatiku membuang jauh-jauh nama Randu dalam hidupku.Walau berat,aku tahu aku bisa menghadapinya.

"Rin,kamu jadi teringat cowo tukang PHP itu lagi ya? Sori,aku nggak maksud buka luka lama kamu lagi" tukas Mina.

Kedua tangannya terjulur di atas meja lalu meraih dan menggenggam tanganku erat.

Aku mendongak.Menatap dalam Mina dan hanya bisa tersenyum tipis sambil membalas genggamannya dengan erat.Tanda akh sulit berkata-kata lagi.

Tepat saat itu,ponsel di saku kanan depan celana jeansku berbunyi.Melepaskan tanganku dari Mina,aku merogoh dan meraih telpon pintarku.

Nama "Aidan The Evil" tertera pada layar.Mendadak aku mendesah panjang.

"Siapa?Aidan ya?" tanya Mina curiga.

Aku meringis."Aku angkat dulu ya" rekataku pada Mina.

Bangkit berdiri dan berjalan agak menjauh dari meja kami.Kami berdua sedang berada di salah satu restauran cepat saji.

Menekan tombol penerima,suara Aidan langsung bergaung dari sebrang tanpa ba...bi...bu.

"Airin,kamu sedang libur kuliah kan hari ini?"

"Emm ada apa ya memangnya?"

"Sebelum jam empat sore,aku mau kamu sudah ada di rumah.Temani aku ke acara penting perusahaan" kata Aidan tegas.Dengan gaya bicara khasnya kalau tak mau dibantah.

"Tapi Aidan aku mau..."

Tuttt...tuttt....tuttt.

Padahal aku mau bilang kalau ingin nonton bersama Mina.Selalu saja begini.

Menghembuskan nafas panjang,aku berbalik menuju mejaku.Di mana Mina sudah memberiku tatapan yang berarti.'Batal lagi ya rencana kita?'

Aku hanya bisa mengangguk pasrah."Sori" hanya itu yang mampu kukatakan pada sahabatku.

Mina tampak geram.Menyandarkan punggungnya pada kursi.Mina melipat kedua tangan di depan dada.Air mukanya begitu serius.

"Kamu tahu Rin,sering aku berpikir kalau kamu akan berakhir bersama Aidan selamanya.Hidup berdua.Menjadi Istrinya"

Ucapan Mina barusan bisa jadi menyedakku,kalau aku sedang makan atau meminum sesuatu.

"Mina!" bentakku sambil melotot.

Kemudian Mina terbahak."Bercanda Airin.Astaga!andai saja kamu melihat sendiri ekspresi wajahmu barusan" godanya.

Aku menunduk.Leher hingga wajahku langsung panas,hanya membayangkan ucapan Mina apabila sampai benar-benar terjadi.

Aku tahu Mina hanya bercanda,namun entah kenapa debaran di dada kembali menjadi aneh.Dan yang terpenting.Entah bagaimana.Terbersit pikiran ini.Meski sekilas.

Diam-diam aku berharap,bisa menjadi Istri Aidan.

WINNING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang