CHAPTER TEN

4K 193 10
                                    

Tadinya saya mau menciptakan kisah cinta yang simpel dan so sweet aja buat kisah ini, soalnya saya iri,...iriiiih sama temen2 sesama author yang bs nyiptain cerita so sweetth nan simpel, lalu saya sadar kalo itu sama aja maksain diri dan ga jadi diri saya sendiri. Di mana pada dasarnya saya paling susah buat crita pure romans wkakakakakaka karena itu saya putuskan ke jalur awal.Jadi mau kasih wanti2 dari awal sama temen2 pembacaku yang super ketceh dan baik. Setelah ini konflik akan lebih berat.

makasiu buat embak editor plus dosen plus plus plus laennya yang ketceh @Ayuditawindra yang bersedia menjadi tempat sampah sayahhh padahal dah ileran gitu idungnya wkkkaakkakakakakakakaak. Dan, sebelum ada yang protes saya mau bilang, dari gadget saya kalo ngetok ke wattie ga bs dibuat huruf miring/cetak tebal , harusnya ada yang dicetak tebal/miring kepaksa deh ga bs. Ntar deh kalo dah ada pc saya edit lagi 😊 tapi sekali lagi makasiii banyak banyak banyak atas perhatian temen2 semuahhh 😍ketcup atu2.

met baca ya. :))

***************************

Harusnya malam minggu ini aku berkencan bersama Aidan,makan malam lalu dilanjut nonton film bersama, tapi semuanya berantakan hanya karena satu telpon dari pabrik pusat yang katanya bermasalah. Meski merasa sebal,mau tak mau aku harus memahami situasi Aidan. Soalnya perusahaan Aidan kan juga milikku. Mengingat betapa keras perjuangam Aidan dalam mengurus warisan keluarga kami, membuatku sedikit luluh.

Jadi, disinilah aku sekarang. Gelanggang olahraga kampus, menonton pertandingan basket fakultasku melawan ekonomi. Semua karena ajakan Mina, dia ingin menonton pujaan hatinya, Kak Dewa yang merupakan pemain inti tim basket bermain malam ini.

Gegap gempita suporter Fakultas Ilmu Sosial bersaing ketat dengan Ekonomi. Disamping kananku Mina sudah tampak heboh membawa pom-pom warna kuning dan hijau, warna kebanggaan Fakultas kami.

Aku sendiri heran kenapa pihak kampus suka sekali mengadakan pertandingan olahraga antar fakultas kalau universitas sendiri memiliki tim untuk melawan universitas lain.

Meski tak terlalu suka olahraga tapi lumayanlah daripada harus malam mingguan sendirian di dalam rumah seperti orang memelas.

" Aku dengar tim fakultas kita ketambahan pemain inti baru untuk menggantikan senior" kata Mina.

" Oh ya?" tanyaku seraya meneguk jus jeruk. Sebetulnya aku tak terlalu tertarik pada topik ini. Masalahnya, anggotanya siapa saja aku juga tidak tahu.

Mina mengangguk. " Kak Dewa bilang dia transferan dari Universitas ternama di Brisbane, beberapa mahasiswi sudah melihatnya siang tadi dan mereka langsung heboh. Kata mereka Choi Shi Won siap-siap kalah pamor" ujarnya.

Tawa kami berdua meledak bersamaan. " Menurutku mereka terlalu berlebihan" kataku.

" Ya. Dasar para gadis. Eh sebentar"

Mina meraih ponselnya yang berbunyi dari saku celana depan, dia berdiri sambil menerima telpon dan agak menjauh dari keramaian. Kuperhatikan tampangnya cukup serius. Setelah selesai, dia segera berbalik dan mematikan sambungannya.

" Itu dari Kak Dewa, katanya ada hal sangat penting sehingga meminta kita menemuinya diruang pemain" ujar Mina.Raut wajahnya serius.

" Kita? Maksudmu aku juga?" tanyaku kaget.

" Iya. Justru dia memintaku supaya mengajakmu, dia bilang ini berhubungan denganmu. Ayo kita segera ke sana sebelum pertandingan dimulai"

Tanpa menanyakan pendapatku terlebih dulu, Mina sudah seenaknya menarik tanganku dan separuh menyeretku untuk mengikutinya. Meski enggan, rasa penasaran membuatku mau.

Setibanya di ruang persiapan, kulihat semua anggota tim fakultasku tampak sibuk berbicara satu sama lain, membicarakan soal strategi. Perhatian Kak Dewa langsung terpecah begitu melihat kami berdiri di ambang pintu. Dia segera keluar dari kerumunan, menghampiri kami.

WINNING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang