CHAPTER FOUR

5.5K 333 19
                                    

Malam ini aku berakhir dengan terdampar di sebuah Hotel bintang lima milik keluarga konglomerat Lutchell.Akan ada acara semacam 'reunian'  perkumpulan para pengusaha dan pebisnis. Kegiatan ini diselenggarakan setahun sekali dan sekarang sudah memasuki tahun ke dua puluh empat.
Pastinya nama keluarga Sentosa ada di dalamnya.

Aku sedang berada di salah satu sudut Hall utama Hotel yang telah disulap serupa Hall sekolah sihir Hogwart. Aneka hiasan Natal dan misletoe tergantung di mana-mana. Pohon Natal terbuat dari botol bekas ditaruh tepat di tengah ruangan. Cahaya lampu warna warni berkilauan di tengah kemilau deretan lampu kristal langit-langit yang berpendar.

Harus kuakui Nyonya besar Najiwa Lutchell memang memiliki selera tinggi dalam urusan mendekorasi sesuatu.

"Tersesat?"

Aku mendengar suara maskulin khas lelaki bergaung dibalik bahuku. Memutar badan,aku pasti melongo ketika melihat sosok pria tampan itu.

Tubuh tinggi atletisnya terbalut sempurna di dalam dua setelan mahal berwarna merah tua. Rambut gelap lurus, agak panjang berantakan. Alis lebat sekelam rambutnya. Hidung mancung cenderung bengkok. Bibirnya tebal sewarna kelopak mawar merah. Sepasang iris abu-abunya begitu indah,berkilau serupa perak.

Aku menelan ludah susah payah, mencoba berkedip ketika lelaki itu bergerak santai menuju tempatku berdiri. Begitu kami sudah saling berhadapan,dia memiringkan wajahnya ke satu sisi. Tersenyum.

Astaga. Sepasang lesung pada pipinya betul-betul dalam

"Anda bicara dengan saya?" tanyaku bingung.

Lelaki itu menatap sekitarku, bibirnya mengulas senyum tipis dan berkata.

"Mengingat hanya anda satu-satunya yang memakai gaun terusan selutut, lengan pendek, berwarna oranye terang rancangan Aqilla Gunaseta. Maka ya, jawabanku adalah, anda yang kuajak bicara"

Lelaki itu mengalihkan perhatiannya lagi padaku. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku depan celana kain hitamnya.

"Dan halo,namaku Wisma Lutchell. Anda?"

Ya Tuhan. Jadi gosip kalau keluarga Lutchell separuh keturunan dewa dan dewi itu benar?

Oke, tampaknya barusan aku terlalu berlebihan.

"Rupanya anda keluarga yang mengadakan pesta ini. Maafkan saya karena tidak mengenali anda sebelumnya.Saya Airin Sentosa" kataku canggung. Menggerak-gerakkan kaki kiriku akibat gugup.

Satu alis tebal Wisma terangkat naik. "Jadi anda saudari si macan purba Aidan Sentosa ya. Pantas saja, penuh kharisma"

"Macan purba?" tanyaku kebingungan.

Tapi segera memahami maksudnya dan ikut tertawa bersama Wisma.

"Aku sering memanggilnya patung pancoran" kataku jujur.

"Pasti saat itu anda sedang kesal ya?" tanya Wisma.

"Ya. Anda benar. Masalahnya adalah, aku sering menyebutnya seperti itu" kataku terkikik.

Tawa Wisma makin kencang. Tangannya sampai terjulur untuk menutupi mulutnya. Saat itulah aku melihat sebuah cincin emas putih melekat di jari manis tangan kirinya.

Aku berdeham. " Jadi,saya bertanya-tanya di mana kira-kira tunangan anda berada? Apakah nanti dia takkan marah melihat kekasihnya sedang menggoda wanita lain?" tanyaku. Berusaha membuat suaraku seseksi mungkin.

Wisma awalnya bengong menatapku, pandangannya bertemu tatapanku. "Oh ini" menunjukkan cincin miliknya. " Dia takkan marah karena aku kan bukan sedang menggoda perempuan, melainkan mencoba mengakrabkan diri dengan orang kesayangan mentorku"

WINNING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang