Saya kerjakan bab ini sambil nonton drakor HEALER...dan jadinya buanyakkk hahahhahaha. moga2 kalian gak bosan ya. Selamat membaca teman2 tercinta :)
***************************************************************
" Kamu masak?"
Aku mengangguk penuh semangat, sementara tangan kananku sibuk memegang pegangan panci dan menggoyang beberapa kali. Tangan kiriku mematikan kompor satunya lagi.
" Hemm, aromanya enak sekali" Aidan berdiri tepat dibelakangku. Begitu dekat hingga uap panas nafasnya mengenai pipi kananku.
Langsung saja semua bulu halusku berdiri,disertai cengkraman kuat aneh di dalam perutku.
" Aidan jangan begitu" bisikku serak. Mencoba mendorongnya agar lebih menjauh memakai sikuku.
" Kenapa memangnya.Kamu kan pacarku" rajuknya seperti anak kecil. Tiba-tiba memeluk pinggangku dari belakang begitu saja.
Membuatku tersentak kaget hingga menghentikan kegiatan memasakku.
" Aku tidak bisa konsentrasi memasak kalau begini" kataku panik. Mataku bergerak-gerak gelisah sementara tubuhku kaku ditempat.
Padahal sudah dua minggu lebih kami resmi berpacaran, tapi tetap saja tubuhku selalu terkejut ditiap kali dia menyentuhku, atau sekedar menatapku. Ya Tuhan, aku memang payah.
" Ya sudah berhenti memasak kalau begitu" jawab Aidan manja.
Dia Meletakkan kepalanya pada bahu kananku. Sengaja menyundul-nyudulkan kepalanya ke arah leherku, hingga membuatku tertawa karena geli. Sementara pelukannya di atas perutku semakin erat saja.
Gelenyar kebahagiaan membanjiri setiap inchi diriku. Darahku bergolak dan mendidih. Sampai detik ini aku bahkan tidak percaya telah menyandang status sebagai pacar Aidan Sentosa. Lelaki yang walaupun tak ada hubungan darah denganku namun sudah bersamaku nyaris seumur aku hidup dan menghela nafas.
Atas permintaanku, untuk sementara kami menyembunyikan hubungan kami. Setidaknya sampai aku lulus kuliah dan sudah benar-benar menjadi wanita matang. Aidan bilang ketika tiba waktunya, dia bakal pindah dari rumahku namun hanya untuk sementara waktu. Demi menghindari gosip dan fitnah yang pastinya datang di masa depan kelak, ketika dunia tahu mengenai hubungan kami.
Kami sepakat takkan memberitahu siapapun. Baik itu Mina, sahabat baikku. Ataupun Paman Hendarto. Seseorang yang sudah seperti Kakek kami sendiri, dulunya orang kepercayaan Kakek sekaligus juniornya, semenjak Kakek tak ada beliaulah yang telah banyak berjasa membimbing Aidan serta menjagaku dan harta keluarga Sentosa.
Paman Hendarto sudah 6 bulan ini berada di Seoul untuk mengurusi beberapa keperluan anak perusahaan Sentosa di sana, karena masih baru jadi membutuhkan banyak sekali bimbingan. Sedangkan Aidan juga tak bisa meninggalkan Nusantara terlalu lama,jadi dia mengutus Paman Hendarto sebagai perwakilannya di sana.
Sejujurnya selama ini aku selalu penasaran, ada begitu banyak pertanyaan menjejali kepalaku hingga terkadang membuatku susah tidur. Semuanya menyangkut perasaan Aidan padaku.
" Aidan, kan mubazir kalau masakannya tak selesai dimasak. Orang sudah susah-susah kubuatkan" rengekku.
" Baiklah" akhirnya Aidan menyerah. Dia melepaskan pelukannya dan berdiri agak menjauh. Memperhatikanku memasak.
" Terima kasih" kataku sambil mengedipkan satu mata padanya.
Aidan hanya terkekeh. " Sebaiknya cepat selesaikan memasakmu sayang. Aku tidak hanya lapar perut, tapi juga hati"
" Astagah? Apakah barusan itu rayuan? "
Kedua alis Aidan terangkat naik,deretan kelopak matanya yang tebal dan sehitam rambutnya mengerjap cepat. Aku menahan nafas, dia terlihat luar biasa tampan sekaligus manis. Ke mana saja aku selama ini sampai tak melihat fakta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINNING LOVE
Romance" Ini bukan sekedar sumpah semata, melainkan soal hati. Aku mencintaimu dulu,kini, dan nanti. Penuh dan dalam " - A.S - Airin Sentosa (20) seorang gadis yatim piatu, sadar jika dia mulai jatuh cinta kepada Aidan Sentosa (34)Sepupu tiri, sekaligus cu...