Flashback

35 5 9
                                    

Aku akan menjadi warna jingga untukmu. Sekalipun terbenam, aku akan ikut tenggelam bersamamu, Senja.

-Jingga Azara

Seorang laki-laki kecil sedang asyik menghabiskan waktunya untuk bermain. Berlari mengejar sebuah benda bulat untuk mengoper dan mengambilnya dari milik lawan. Ketika bola sudah didapat ia tendang begitu saja menuju gawang lawan yang menandakan kemenangan telah menjadi miliknya. Tidak perduli keringat membasahi tubuhnya, tidak perduli lumpur mengotori kakinya yang terpenting adalah kemenangan menjadi miliknya dan kebahagiaan mengiri langkahnya.
Sedangkan dibalik pohon besar itu, perempuan kecil sedang tersenyum miris

"Senja, pulang! Udah sore"
Itu adalah suara dari perempuan paruh baya

Senja yang merasa terpanggil oleh bunda segera berlari meninggalkan teman-temannya. Ia berlari dengan senyum kemenangan.

"Aduh, sakit tau!"

"Eh maaf yah, kamu gapapa?"

"Gak. Gapapa" ucapnya lalu meninggalkan senja.

Senja yang melihat perempuan tersebut terluka segera menarik lembut tangannya

"Nama gw Senja. Sorry ya gw ga liat lo tadi. Sini gw obatin"

Belum sempat Jingga menolak ia seakan dipaksa oleh Senja. Ia membawa Jingga kerumah nya karena merasa bersalah telah melukai Jingga. Senja membungkukkan badannya memberi isyarat agar perempuan itu naik ke punggung nya.

Dengan Jingga dalam gendongan Senja mereka berjalan ke rumah Senja. Kebetulan rumah lali-laki itu tidak jauh dari lapangan.

Rumah yang tidak telalu besar, tetapi nyaman. Tembok bernuansa putih itu terlihat jelas. Kedua anak kecil tersebut duduk pada kursi taman yang berada tepat di depan nya.

Dengan cepat ia keluar kan sebuah kotak P3k miliknya. Senja berhasil mengobati luka yang telah ia buat, sampai-sampai Jingga melupakan rasa sakitnya.

Rasa sakit yang ia tahan selama ini, rasa sakit yang sering ia rasakan sendiri. Rasa sakit dari luka-luka di tubuhnya seakan hilang entah kemana.

Jingga melupakan rasa sakitnya setelah melihat senyum indah Senja. Seakan tersihir laki-laki itu membuatnya nyaman disampingnya.

"Nama kamu Jingga Azara?"

"Kenapa masih pake seragam sekolah? Kamu satu sekolah sama aku ya? lanjutnya

"Mmhm iyah makasih, ya. Aku pulang dulu"

Hanya itu percakapan singkat mereka berdua. Dipertemukan karena ketidaksengajaan. Dipertemukan tanpa sebuah alasan.

*****

Setelah kejadian itu, Senja dan Jingga selalu bersama. Jingga senang, karena luka yang selama ini ia pendam bisa hilang begitu saja hanya cowok itu. Senja dapat menjadi pendengar yang baik untuknya. Ia kagum, pada sosok Senja yang berhasil membuatnya lupa akan luka. Padahal, ia sangat membenci Senja.

Pada hari itu, hari dimana langit sedang indah-indahnya. Ia merasakan hal yang berbeda dari yang lainnya. Ketika sore tiba, ketika anak-anak sebaya dirinya bisa tertawa bahagia, ia hanya sendiri. Menikmati luka yang entah siapa penciptanya. Jingga hanya bisa menikmati Senja disore hari dengan luka yang ia punya. Sering kali ia meratapi hidupnya sendiri

"JINGGA! Kenapa nilaimu sangat kecil? Kamu lihat ini! Adik mu tidak pernah mendapatkan nilai seperti ini! Kamu juga sering dihukum guru karena tidur di kelas, kan? Mahal-mahal saya sekolah in kamu tapi kamu malah tidur di kelas!"

"Maaf, mah. Tadi Zara ketiduran dikelas karena semalaman belajar untuk ulangan"

"Alasan kamu! Belajar kok nilainya kecil. Namamu Jingga. Hanya ayahmu yang memanggilmu Zara!"

Jingga tidak suka dibanding-banding kan oleh kembarannya. Padahal munurutnya, setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Padahal, ia sudah bersusah payah untuk memahami pelajaran-pelajaran tersebut. Padahal, ia kelelahan karena berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik. Untuk menjadi yang oranglain inginkan.

Coba saja mamah tau bahwa aku hanya butuh bimbingan, aku butuh dukungan seperti Zeta.

Bunga Razetta. Dia adalah adik kembar jingga. Mereka tidak memiliki wajah yang sama, begitu juga dengan kepribadian nya. Zetta sangat pintar dalam bidang pengetahuan dan selalu ceria pada semua orang

*****

"andai aku bisa seindah namaku. Andai, aku menjadi Senja yang membuat oranglain bahagia. Andai, ibu tidak pilih kasih kepada ku. Andai, keluarga ku selalu bahagia seperti keluarga lain. Andaikan semua ini bukanlah sekedar perandaian, aku akan senaaaang sekali"

Senja yang mendengar ucapan Jingga merasa tertegun dan iba. Hanya saja karena Jingga terlihat menarik saat bercerita tentang dirinya. Melihat Jingga yang memajukan bibirnya beberapa centi membuat Senja sedikit menaikkan lekuk bibirnya.

Tidak menyangka bahwa perempuan kecil yang selalu ia lihat menangis dibelakang pohon adalah perempuan yang terluka. Untung saja, saat itu Senja menabrak dirinya, walaupun tidak sengaja. Setidaknya ia bisa menjadi pendengar untuk Jingga. Ia bisa menjadi sahabat sekaligus Kakak laki-laki untuknya.

Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Layaknya Senja yang hilang dan tergantikan langit malam. Senja kehilangan warna indahnya. Bukan, Tetapi justru Jingga lah yang kehilangan Senja. Saat Jingga dipaksa untuk mengikuti ibu nya ke Jakarta, ia kehilangan Senja. Senja yang selalu ada untuknya, Senja yang menemani hari-harinya yang penuh luka

"Kamu jaga diri yah, ga. Aku janji akan menemuimu lagi. Aku akan menjagamu saat besar nanti."

Dipinggir danau biasa mereka bermain, Jingga mengucap salam perpisahan untuk Senja.

Dengan wajah sendu dan mata berbinar Jingga menahan rasanya yang pilu , yang tak ingin ia tunjukkan pada sahabatnya itu

"Tenang aja, nja. Kamu jaga bunda yah" jawabnya

"Iyah kamu hati-hati yah. Jangan lupa kabarin aku!" Ucap Senja

Jingga pergi meninggalkan Senja. Meninggalkan tempat indah yang penuh kebahagiaan. Jingga Membawa secarik kertas pemberian Senja. Ia tidak akan melupakan Senja. Senja yang menemaninya disaat ia terluka. Senja yang memberinya luka tetapi berhasil menyembuhkan luka lain dihati nya. Ia akan menjadi warna jingga untuk senja nya. Sekalipun tenggelam, warna indah itu selalu bersama senja.


Vote💛
Terimakasihhh udah mau baca cerita aku, Semoga suka

Even if I lost youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang