Sam

32 7 2
                                    

Pov Sam

Sedih rasa saat orang yang kita cintai tak mengenal kita. Saat beberapa tahun lalu dia memandangku bingung, seperti orang asing. Aku yang di pandang seperti itu hanya bisa tersenyum kecut. Dulu sebelum aku tahu penyebab dia seperti ini terus mendesak dia buat mengingatku.

"Nash, ini aku Sam," ucapku terus menyakinkan dia. Tapi dia terus menggeleng dan berteriak histeris. Sampai harus di tenangin sama beberapa perawat.

Sahabatnya, Bunga datang dan mengajakku berbicara. Aku hanya mengikuti setiap langkah gadis itu. Kita tiba disebuah taman rumah sakit dan dia menyuruhku untuk duduk.

Kami saat itu cukup lama berdiam diri dengan pikiran masing-masing. Hingga Bunga menghela napas berat, seperti ada beban kesedihan yang gak bisa dijelaskan.

"Nasha defresi berat akibat kehilangan keluarganya, dan membuat dia sedikit melupakan masa lalunya," jelasnya sambil terus fokus menatap ke depan dengan tatapan kosong. Aku yang mendengarnya jelas kaget.

"Maksudnya?"

"Ya, mungkin sebagian masa lalunya itu bagian hidupmu," jelasnya lagi.

Aku hanya bisa mengacak rambutku frustasi. Kenapa semuanya jadi begini.

Semenjak saat itu aku selalu diam-diam menjaga Nasha dari jauh. Termasuk iblis yang selalu mengganggu Nasha. Aku sudah tahu. Bahkan saat Nasha menjerit ketakutan di jalanan yang sepi.

Saat itu malam hari, aku mengikuti kemana pun Nasha pergi. Aku selalu menyamar menjadi orang lain. Maksudnya aku selalu menggunakan masker dan topi untuk menutupi identitasku.

"Tolong pergi, jangan ganggu aku ..." jeritnya sambil jongkok.

Setiap aku mendengar jerit ketakutannya, hatiku terasa sakit. Dia terus menjerit.

Aku langsung menghampirinya.

"Hei, ayo bangun!"

"Gak, kamu pergi! Pasti kamu iblis itu kan," ucapnya sambil terus menangis.

"Bukan. Aku manusia. Ayo bangun. Aku antar kamu pulang," ucapku meyakinkan. Awalnya dia terus menolak dan takut padaku. Tapi aku terus meyakinkan dia bahwa aku bukan orang jahat. Baru dia menurut.

Setelah mengantarkan pulang, aku pun langsung pulang ke rumah.

Aku langsung masuk ke kamarku dan menghempaskan badanku ke kasur. Aku menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Harus seperti apa menjaganya lagi.

Aku meringis kesakitan saat tiba-tiba darah merembes dari betisku menembus celana jins yang aku pake. Setiap aku dekat dengan Nasha pasti iblis itu menyiksaku dengan cara seperti ini.

Mama datang menghampiriku. Dan kaget melihat darah yang terus mengalir dari betisku. Mama langsung mengambil obat P3K untuk mengobati lukaku.

Mama menyutuhku untung menganti celanaku dengan yang lebih pendek supaya lebih gampang mengobatinya.

"Mama, gak tau harus melarang kamu seperti apa lagi, supaya gak terlibat sama dia," ucap Mama sambil terus mengobati lukaku. Aku hanya meringis pas Mama mengobatiku dengan obat merah.

"Ini hanya akan buat kamu celaka Sam. Mama gak mau kehilangan kamu," lanjutnya lagi.

"Aku udah janji mau jaga dia, Ma," sahutku sambil tersenyum.

Aku langsung memeluk Mama erat, aku juga sama gak mau kehilangan Mama.

Lamunanku buyar tak kala melihat iblis itu ingin mencelakai Nasha. Aku buru-buru berlari ke arah Nasha.

Brak!!

Pot bunga dari lantai atas berhasil mengenai punggungku. Aku hanya meringis menahan sakit. Aku langsung memandang ke arah Nasha yang masih syok dan ketakutan.

"Kamu gapapa, Nash?" tanyaku pelan. Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan dan langsung memeluk erat. Aku membalas pelukannya.

Rasanya aku ingin seperti ini terus bersamamu, Nash.

Birth (die) in juneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang