Destiny

824 110 1
                                    

Tidak ada kebetulan didalam sebuah takdir.

🧸

Diperjalanan kali ini aku harus lebih rileks dan terbiasa dengannya, Jisoo eonni tak pernah mengatakan padaku bahwa ia berteman dengan Lisa. Tak ada salahnya si tapi aku sungguh tak menyangka aku bisa sedekat ini dengannya berkat Jisoo eonni, aku harus berterimakasih padanya.

Mengenai mata dan bibirnya yang sempat ku pandangi beberapa menit yang lalu tampak sangat sempurna, aku tak bisa menjelaskan bagaimana sempurnanya Lisa. Dia begitu manis dengan perhatiannya, membukakan ku pintu mobil, memasangkan ku seat belt, dan terus tersenyum padaku.

"Aku tak tau jika kamu anak tuan Kim, aku jadi takut mengantar mu pulang." Ucap Lisa tiba-tiba, mungkin ingin mencairkan suasana. Aku juga tak tau kalau appa tak pernah berbicara mengenai ku pada Lisa.

"Appa tak pernah mengatakan sesuatu mengenai aku padamu?" Dengan bodohnya aku malah bertanya seolah aku harus menjadi perbincangan antara mereka berdua. Kenapa mulutku jadi suka semaunya untuk berbicara, memalukan sekali.

Detik itu juga Lisa tertawa pelan, mungkin mengejekku yang sungguh tak memperhatikan ucapanku terlebih dahulu. Kim Jennie kau mempermalukan dirimu dihadapan Lisa? Yaampun.

"Kau sungguh ingin tau?" Tanya Lisa sembari memperhatikan jalan dan map bergantian.

Aku sempat bertanya mengapa harus menggunakan map padahal ada aku, Lisa malah mengatakan menunjukkan jalan ataupun arah bukanlah topik perbincangan yang cocok untuk suatu hubungan. Apa maksudnya? fikiranku sampai kemana-mana hanya karena ucapannya yang tak jelas.

"Tidak, aku hanya bertanya." Jawab ku sedikit kesal. Tentu saja aku ingin tau lalu untuk apa aku bertanya, ck tidak peka sekali.

"Hmm baiklah, ayah mu mengatakan dia mempunyai anak yang cantik." Ucapnya membuat ku sedikit tersenyum.

"Dan harus, bahkan sangat harus melanjutkan pendidikannya di California. Ayah mu berkata seperti itu padaku tanpa memberitahu nama mu." Lanjutnya lagi dan ucapannya benar. Ayahku meminta itu padaku sebulan yang lalu tentu saja aku belum menyetujuinya karena aku tak ingin eomma dan appa menua sendiri tanpa aku didekatnya.

Aku meliriknya perlahan, matanya masih memperhatikan jalan dengan senyum yang tak bisa kujelaskan. Sempat menghembuskan nafasnya yang terasa berat, Lisa melihat kearah ku saat lampu lalulintas berubah merah memaksanya untuk berhenti.

"Dan aku baru saja berharap itu bukan kamu, melainkan kakak atau adikmu. Tapi bodohnya aku juga baru ingat tuan Kim hanya memiliki satu orang putri."

"Aku belum menyetujuinya dan aku tak akan setuju." Ucapku kembali melihat jendela yang memperlihatkan jalan begitu sepi, diluar cukup dingin karena salju, orang-orang saling mencari tempat untuk berteduh sejenak. Aku adalah salah satu orang yang tak pernah berteduh saat hujan salju karena aku menyukainya.

"Kau tak akan bisa menolak, Ayahmu menyuruhku untuk menjadi pembimbing mu selama akhir semester ini. Bimbingan belajar mu akan berjalan 2 bulan Jennie, sebelum kau berangkat ke Amerika untuk tes USMLE." setelah mengucapkannya Lisa kembali menginjak pedal gas dan kembali lagi memperhatikan jalan menuju rumah ku.

Dan aku? Aku bingung, entah harus bahagia karena Lisa yang akan mengajarku atau bersedih karena tak bisa menolak dan melakukan apapun untuk tidak pergi. Bisa ku katakan appa memanglah orang yang egois, dan akan melakukan apapun untukku tapi bisakah kali ini aku memilih sendiri?

"Jika ingin menolak, maafkan aku, aku tak bisa membantu mu. Tuan Kim datang memohon padaku dan kurasa aku adalah orang yang jahat dan bodoh jika menolak." Aku tak tau harus menjawabnya dengan apa. Lisa kembali sibuk dengan jalan yang terlihat semakin tak jelas, hujan salju cukup lebat kali ini hingga dinginnya terasa masuk kedalam mobil, aku bisa merasakannya.

Angel in the Next Life (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang