Hujan Deras

6 0 0
                                    


Kemarin, Zakky mengantarkan Lyra pulang pada pukul 10 malam. Ia hari ini rasanya ingin menghatam Willy dengan kedua tangannya. Disekolah, Zakky mengajak Willy kekelas kosong.

"Lu ngebiarin Lyra pulang sendiri?" Tanya Zakky menahan amarahnya

"Iya, tiba tiba ada kerjaan."

"Kerjaan lagi?, dan elu biarin pacar elu pulang sendirian?"

"Lu mau dia mati atau gimana?" Lanjut Zakky menaikkan nadanya

"Dih, santai aja napa sih, kalem."

"KALEM MATAMU COK!. Kemarin elu suruh dia pulang sendiri, hampir aja kena musibah Tolol!, hampir aja entahlah dia diapain ama preman preman dijalan. Tai lo, bukannya ngejaga sahabat gue, malah kayak gapeduli."

Pintu terbuka, Lyra tiba tiba datang

"Udah Zakky, elu juga gue telfon kaga diangkat!." Teriak Lyra

"Lyra?" Ucap Zakky 

"Apaan?, elu juga kaga dateng waktu gue lagi butuh." Balas Lyra.

Zakky berdiri, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Mood Zakky kali ini sudah sangat jatuh dan benar benar tidak memiliki mood untuk melakukan apapun. Perasaan Zakky sudah sangat campur aduk, ia bingung antara harus marah, kesal,dan merasa bersalah. Sepulang sekolah, Zakky bertemu dengan Vania dipintu gerbang,

"Vania?, kok elu ada disini?" Tanya Zakky 

"Eh, Elu sekolah sini ?, ini sekolah idaman gue dulu."

"Mau jalan jalan sekitar sekolah?" 

"boleh?!, Asikkk, mau donggg." 

Zakky menaruh motornya didekat pintu gerbang tadi, ia membawa Vania jalan jalan. Vania nampak senang melihat pemandangan sekolah idamannya dahulu, Vania tidak bisa masuk SMA ini karena jarak rumahnya dan SMA ini cukup jauh, sementara orang tua Vania keduanya sangat sibuk. 

"Mau makan disitu?" Tanya Zakky sambil menunjuk kantin sekolah

"Hehh?,boleh?" Balas Vania dengan wajah terkejut 

"Iya"

Vania membuka tasnya, uang yang ia bawa terlihat seperti kurang cukup untuk membeli beberapa makanan disini, karena tidak mungkin juga Vania hanya ingin membeli satu porsi, tentu ia juga ingin membeli beberapa porsi untuk dicicipi kelezatannya.

"Aku traktir." Ucap Zakky

"Astaga, peka banget deh."

Vania langsung memegang tangan Zakky, Zakky menunjukan beberapa makanan yang ingin ia pesan dan tentunya semoga tidak memberatkan Zakky. Zakky merekomendasikan nasi uduk favorit satu sekolah karena rasanya yang enak, untung saja masih cukup untuk mereka berdua, karena biasanya sudah habis. Mereka berdua makan bersama di bangku kantin sambil berbincang bincang, sambil menikmati cuaca yang agak mendung.

Setelah makan, Vania dan Zakky kini melanjutkan jalan jalan kesekitar sekolah. Cuaca makin mendung membuat mereka risau hujan akan turun. Saat berada didepan kelas Zakky, Vania melihat pacarnya dan memanggil nama pacarnya,

"Eh, ada pacar gue. Willy!"

"Hah? Willy?" Sela Zakky

"Iya, itu tuh orangnya."

Ternyata, Willy yang Vania maksud adalah Willy pacar Lyra juga. Zakky tersulut amarahnya dan langsung berlari kearah Willy lalu mendaratkan pukulannya kewajah Willy. Seketika Willy terjatuh, lalu Vania berlari mendatangi Willy dan Zakky dengan air mata, ia memeluk Willy yang terjatuh ketanah

"Kenapa? Apa maksud elu giniin Willy ?" Ucap Vania dengan air mata ketika memeluk Willy yang lemas

Zakky menoleh kearah belakang, ada Lyra yang sedang berdiri memperhatikan Zakky, Willy dan Vania. Ia menitihkan air mata lalu berbalik arah memutar lalu melangkah pergi perlahan, hujan deras turun seketika, seperti melambangkan perasaan Lyra yang sedang deras air mata.

"Lyra!, gue gapeduli kalo elu marah ama gue." Teriak Zakky

Lyra menghentikan langkahnya

"Gue udah muak sama luka yang udah dibuat Willy ke elu. Elu bukan orang yang kuat, gausah sok kuat didepan gue. Elu lemah, elu payah, elu susah buat ngelakuin banyak hal. Itu elu, itu diri lu." Lanjut Zakky dengan nada yang makin tinggi 

"Udah, gue udah gakuat lagi kalo liat elu jatuh kehati yang salah. Ke cinta yang gabisa ngejaga dan ngelindungin lu sepenuhnya. Lebih baik elu jadi punya gue!." Ungkap Zakky.

"Ternyata bener, elu emang gabisa dipanggil sekedar sahabat." Balas Lyra.

THE END

Hujan DerasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang